Our Secret Wedding

Our Secret Wedding

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-08
Oleh:  Cadiz EitramaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
5Bab
10Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Obsesiku yang ingin menjadikanmu seutuhnya miliku justru mengikatku pada takdir yang lain." Rengganis Prabakusuma seorang sekretaris cantik yang cerdas sekaligus kekasih diam-diam seorang CEO Wedhatama Group Javindra Wedhatama sudah tiga tahun menanti pengakuan. Namun statusnya yang hanya seorang sekretaris membuat keluarga besar Wedhatama menolak mentah-mentah kehadiranya sebagai kekasih Javin. Putus asa, Rengganis merancang skenario untuk menjebak Javin dengan malam yang tak akan pernah terlupakan. Tapi rencananya berakhir kacau saat laki-laki yang berada disampingnya setelah mengalami malam yang memabukan ternyata bukan Javin, melainkan adiknya, Druwenda Wedhatama. Satu malam yang salah dengan orang yang salah menjadikan pernikahan rahasia yang mengubah segalanya. Kini Rengganis harus menerima takdirnya sebagai seorang istri sah dari adik kekasihnya sendiri. Mereka sepakat menyembunyikan status mereka dari semua orang bahkan Javin itu sendiri. Haish... takdir macam apa ini? Bagaimana bisa ia justu menikah dengan seseorang yang justru paling ia jauhi, Lelaki yang tidak sedikitpun ia cintai. Tapi... apa jadinya ketika hati mulai goyah? Dan sang suami justru menjadi orang yang benar-benar melindunginya lebih dari yang ia kira. Happy Reading ❤️ DILARANG KERAS PLAGIAT Regard ❤️ Cadiz Eitrama ©®Mei 2025

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Aku, Kau dan Rumitnya Cinta

Langit Jakarta menjingga keemasan ketika Rengganis Prabakusuma memasuki lobi kantor WEDHATAMA GROUP. Denting hak sepatunya bergema di lantai marmer, seirama dengan degup jantung yang terasa lebih cepat dari biasanya. Sore itu, ia tak hanya datang sebagai sekretaris CEO muda Javindra Wedhatama, tetapi juga sebagai kekasih rahasia yang menunggu sebuah kepastian.

Rengganis melirik jam di tanganya. Sudah pukul enam lebih lima belas. Hampir semua karyawan sudah pulang kecuali beberapa staf penting dan tentu saja dirinya. Javin masih berada di ruangannya, ia masih sibuk rapat daring dengan klien bisnisnya dari Hongkong.

Rengganis mengetuk pelan pintu ruangan CEO.

"Permisi Pak???"

Javin yang masih memandang layar leptop sejenak mengalihkan pandanganya kepada Rengganis dan mengangguk sembari menyimpulkan senyum manis dari wajah tampannya.

Rengganis menunggu dalam diam di sofa ruangan lantai delapan itu, sesekali membenarkan poni dari rambut coklatnya yang tergerai lemas. Jantungnya berdesir setiap kali suara bariton Javin terdengar penuh dominasi ditengah daringnya. Suara bariton tegas yang selalu berubah menjadi sangat lembut ketika berbicara kepadanya, suara yang kerap kali meluluhkan logikanya.

"Ganis?" suara bariton Javin mendekatinya.

Gadis itu berdiri menyambutnya penuh kasih.

"Sudah selesai?"

Javin mengangguk. Kemeja putihnya masih rapih, sementara dasinya sedikit ia longgarkan. Dan mata itu... mata yang selalu saja mampu menenggelamkan Rengganis dalam perasaan cinta, namun kali ini mata itu nampak menatap dengan lelah.

"Nis?"

"Ada apa Mas?"

"I miss you!" ucap Javin menyandarkan kepalanya di bahu Rengganis.

"Ini di kantor Mas?"

"I knew... But I really miss you Nis?"

"Mas kenapa?"

"I said I miss you!"

"I miss you too"

Javin terdiam sejenak, membiarkan dirinya larut dalam dekapan hangat yang hanya bisa ia dapatkan dari bahu seorang Rengganis. Sore menjingga itu semakin meredup dibalik tirai kaca kantor. Tapi kehagatan dua insan itu seolah menahan waktu agar berhenti untuk tidak melaju.

"Aku lelah, Nis." bisiknya pelan.

Rengganis mengusap lembut pelipis pria itu. "Kamu nggak sendirian, Mas. I'm here with you."

Javin menarik napas panjang lalu menatap mata Rengganis dalam-dalam.

"Sampai kapan kita harus terus seperti ini?"

Pertanyaan itu menghantam dada Rengganis. Ia tahu, cepat atau lambat percakapan ini akan datang. Hubungan yang mereka jaga diam-diam terlalu lama tersembunyi dibalik profesionalisme. Ia menunduk, menghindari tatapan pria yang dicintainya.

"Kamu takut, ya?" tanya Javin, lembut namun menusuk.

"Aku... Aku... Aku takut kehilangan semuanya, Mas." bisiknya.

Javin menggenggam erat tangan Rengganis.

"Kalau aku bilang, aku ingin semua orang tahu tentang kita??? Aku siap, Tapi kamu juga harus siap menghadapi mereka. Terutama... Dru!"

Rengganis terdiam. Nama itu... Druwenda Wedhatama. Adik laki-laki Javin, Pria yang menjadi senjata utama keluarga Wedhatama dalam menjaga nama baik dan citra publik mereka. Sikapnya terkenal dingin dan mematikan. Sungguh bertolak belakang dengan Javin yang hangat dan bersahaja.

"Ini bukan cuma soal Dru, Mas!" suaranya bergetar. "Tapi tentang Nyonya, Keluarga besar dan tentang masa depan kita. Jujur aku bingung, tapi aku masih belum siap kalau kamu sampai ribut sama Dru nanti, Mas!!! kamu tahu sendiri gimana ganas dan menakutkanya Dru... media juga pasti bakal goreng hubungan kita habis-habisan."

Javin terdiam sejenak. Napasnya berat.

"Aku bisa handle itu semua, Nis..."

Rengganis membuka mulutnya perlahan, suaranya bahkan hampir tak terdengar.

"Aku... Aku... Aku takut..."

Keheningan menggantung di ruangan mewah itu, menyisakan detak jam dan helaan napas yang tak beraturan. Sorot mata Javin mengeras.

"Kapan kamu siap?" tanya Javin, suaranya berubah lebih dingin.

Rengganis menunduk dalam, tak sanggup membalas tatapan itu.

"Kasih aku bukti, Mas... Kalau kamu benar-benar bisa baik-baik aja ketika kita go public." ucapnya pelan, namun tegas.

"Nis... You know I love you, right?"

"You know I love you too...."

Rengganis menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan kembali kekuatan hatinya. Ia tahu, terlalu banyak yang harus dipertaruhkan malam itu. Namun, daripada larut dalam ketegangan yang membakar batas logika dan perasaan, ia memilih untuk mengalihkan arah.

"Mas..." ucapnya pelan, sambil melangkah mendekati pria yang kini memunggunginya. "Mas Javin udah makan?"

Pertanyaan sederhana itu menggantung di udara, menyejukan sejenak atmosfer yang mulai menghasukan.

Javin menoleh perlahan. Ada sedikit kerutan di dahinya, seolah tak menyangka Rengganis akan menanyakan hal sepele setelah percakapan yang begitu emosional. Tapi justru dari pertanyaan itulah, ia sadar jika Rengganis sedang menyelamatkan mereka dari jurang ledakan perasaan yang belum saatnya meledak.

"Belum..." jawabnya pelan. "Nggak kepikiran makan."

Rengganis tersenyum kecil, mencoba menenangkan suasana. "Mas selalu kayak gitu. Sibuk, stress, terus lupa isi perut."

Ia meraih tas kecilnya lalu mengeluarkan kotak makan bening berisi nasi, ayam panggang madu, dan sambal bawang kesukaan Javin. Masakan rumah, buatab tanganya sendiri. Bukan karena niat awalnya ingin memberi, tapi karena ia tahu setiap kali Javin sibuk rapat malam, ia akan melewatkan waktu makan dan hal itu pula yang membuat Rengganis selalu bersiap.

"Untung aku bawa ini." ucapnya, menyodorkan kotak makan itu dengan senyum hangat.

Javin menatapnya lama, seakan ingin mengingat wajah Rengganis baik-baik. Kemudian, ia mengambil kotak makan itu, membuka tutupnya pelan, dan aroma lezat langsung menyeruak.

"Kamu selalu tahu yang aku butuhin, ya Nis?" gumamnya pelan.

"Kalau bukan aku siapa lagi?" jawab Rengganis dengan nada menggoda, meski ada sedikit rasa getir dalam tawa pelannya.

Javin duduk di tepi sofa, menyendokkan nasi perlahan. "Kita harus berhenti pura-pura Nis...."

Rengganis tak menjawab. Ia hanya duduk disampingnya, membiarkan waktu kembali mengalir pelan, sambil menunggu malam Jakarta benar-benar menelan sisa jingga di langit.

Javin meletakkan sendoknya perlahan ke dalam kotak makan, lalu menatap Rengganis tanpa senyum. Matanya meredup, tak lagi segan menunjukkan luka yang sejak tadi ia sembunyikan.

"Kamu tahu Nis..." gumamnya, "Setiap kali ada klien yang datang ke kantor dan mulai sok ramah ke kamu, senyum-senyum, ngobrol terlalu lama, dan matanya gak pernah lepas dari kamu itu aku selalu pengen lempar mereka keluar ruangan!"

Rengganis menoleh cepat. "Mas..."

"Aku cemburu, Nis. Gila aja rasanya ngeliat kamu dilihat orang lain, disapa pakai nada sok akrab, padahal... Aku ini"

"Rengganis terdiam, matanya menatap kosong sejenak, lalu lembut berkata,"Tapi kamu ga pernah bilang."

Javin menghela napas. "Aku gak punya hak, kan? Kita sembunyi, Kita bahkan gak bisa sekedar bilang ke orang kalau kita saling memiliki!"

Rengganis memegang tangan Javin, menggenggamnya erat. "Tapi kamu tetap punya hati. Dan aku tahu Mas, kita sama-sama dihadapkan dnegan perasaan yang rumit."

"You know I really love you Honey" Ucap Javin yang luluh dan mencium lembut bibir ranum Rengganis.

~TBC~

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Cadiz Eitrama
Hai... Semoga bisa diterima ya Kak Terimakasih ......️...
2025-05-16 15:32:09
0
5 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status