Beranda / Romansa / Owned by The Don / Di Antara Reruntuhan

Share

Di Antara Reruntuhan

Penulis: Wii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-20 15:38:40

Bianca menyandarkan tubuhnya di sofa, sementara Lorenzo duduk di seberangnya dengan napas masih belum teratur. Di tangannya, sebuah amplop coklat lusuh yang nyaris basah oleh hujan.

“Apa ini?” tanya Bianca, menatap benda itu tanpa menyentuhnya.

“Dokumen transaksi lama. Penanda awal semua kekacauan ini,” jawab Lorenzo lirih. “Termasuk alasan Chiara menjadi alat dalam aliansi keluarga. Tapi yang lebih penting… ini menyebut nama Lucca.”

Bianca mengernyit. “Maksudmu… dia terlibat?”

“Bukan. Tapi dia... menjadi titik kunci. Jika Lucca tahu dokumen ini sampai ke tangan lawan, reputasinya akan hancur. Bukan karena kesalahan, tapi karena persepsi,” jelas Lorenzo.

Bianca menggenggam lututnya. “Jadi sekarang tujuan Chiara bukan hanya untuk balas dendam. Tapi sedang bermain di atas kehancuran seseorang.”

“Dan jika rencana itu gagal,” Lorenzo menatapnya dalam, “dia akan menyerangmu lagi. Tapi kali ini... bukan ha
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Owned by The Don   Tumbal Masa Lalu

    Bianca menahan napas di balik meja panjang, tubuhnya bergetar hebat. Suara pria itu—dalam dan berat, tapi terdengar begitu yakin. Ia belum pernah mendengar suara ini sebelumnya. Bukan suara Lucca. Bukan pula anggota Il Trono del Nord yang ia kenal.“Aku tidak ingin menyakitimu, Bianca,” lanjut suara itu. Langkah kaki mendekat. Sepatu kulitnya berdenting ringan di atas lantai marmer. “Tapi jika kau memaksa untuk bertahan di pihak Lucca, aku tak punya pilihan selain menjadikanmu umpan.”Bianca menahan isak. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya, mencoba mengirim pesan cepat ke Lucca, tetapi sinyal menghilang. Tak ada koneksi. Mereka pasti sudah memotong jaringan komunikasi.Sial.“Baiklah, kalau begitu,” gumam pria itu lirih. Lalu—Braakk!—meja tempat Bianca bersembunyi ditendang keras hingga terbalik. Tubuh Bianca terjerembab ke lantai. Ia berusaha bangkit, tapi tangan pria itu lebih cepat. Ia ditarik kasar, rambutnya dijambak dan tubuhnya diseret ke sudut ruangan.Bianc

  • Owned by The Don   Mengungkap Kebenaran

    Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Felice. Tubuhnya terduduk di kursi besi dengan tangan terikat ke belakang. Wajahnya lebam, tubuhnya lemas. Tim Lucca datang terlambat. Ia sudah ditangkap duluan oleh anggota Chiara.Dan kini, Felice berada di sebuah ruangan sempit—berbau busuk. Ia merasa sudah tak punya harapan lagi untuk hidup di dunia. Ia menyerah.“Apa maumu, Chiara?” tanya Felice. Suaranya serak dan lemas.“Tanpa kukatakan, harusnya kau sudah tahu apa yang kuinginkan.” Chiara menarik dagu Felice dengan kasar—memaksa Felice untuk mendongak, menatapnya. “Sudah lama sekali aku ingin menghajarmu, Felice. Hari ini adalah hari yang sangat-sangat aku tunggu.”Felice mendecih. “Apa untungnya kau menangkapku, hah? Aku tidak takut kau bunuh. Justru kau yang akan rugi jika nekad melakukan hal itu.”“Berani sekali kau!”Plak! Satu tamparan lagi. Namun sayangnya, hal itu tak membuat Felice ketakutan. Justru ia tertawa—merasa lucu dengan tingkah laku Chiara. Sejak awal Lucca menjalin

  • Owned by The Don   Detonatore

    Kabut tipis menggantung di atas kota Milan pagi itu, seakan menjadi perisai samar dari gelombang bahaya yang mulai menyelimuti. Tak ada hujan, hanya langit kelabu yang membentang tanpa suara. Suasana di apartemen Bianca jauh dari kata ‘tenang’.Meja dapur dipenuhi kertas berserakan: cetakan Codice Nero, foto lama ayah Lucca, dan sketsa jalur logistik milik jaringan Chiara. Bianca berdiri menatap peta itu, sementara Lucca sibuk merakit bagian-bagian kecil dari senapan laras pendek yang baru saja ia bersihkan."Jika dia benar-benar memegang kendali penuh atas Codice Nero," gumam Bianca, "maka ini bukan lagi soal dendam. Ini akan jadi eksekusi sistematis.""Dan kita tidak bisa menunggu sampai giliran kita tiba," sahut Lucca sambil mengokang senapan. Ia mendekat ke meja. "Chiara tidak cuma punya sumber daya. Dia tahu cara mematahkan mental. Dia sudah melakukannya padaku… sekali."Bianca menunjuk satu titik merah di peta. "Ini tempat pertama yang dia sebutkan dalam berkas. Gudang tua di zo

  • Owned by The Don   Codice Nero

    Malam merayap perlahan di langit Milan saat deretan lampu jalan mulai menyala satu per satu. Di dalam apartemen Bianca, keheningan masih terasa. Lucca belum beranjak dari sofa, matanya masih terpaku pada amplop yang belum ia buka sejak tadi. Sedangkan Bianca berdiri tak jauh darinya, seakan menunggu sesuatu, entah menunggu penjelasan, atau menunggu sebuah kejujuran.“Codice Nero,” ucap Lucca pelan, akhirnya ia mengambil amplop itu. “Aku tahu nama ini. Tapi aku tak menyangka Chiara masih menyimpan aksesnya.”Bianca memicingkan mata. “Apa itu Codice Nero?”Lucca membuka amplop perlahan. Di dalamnya, dokumen itu tertulis dalam bentuk kode rumit dan stempel keluarga tua. Ia menghela napas dalam. “Itu adalah protokol rahasia yang dibuat oleh pendiri jaringan mafia internasional, di masa perang antar keluarga. Isinya… daftar rahasia transaksi kotor, pengkhianatan, dan bukti kolusi antar pemimpin.”Bianca menahan napas. “Dan namamu ad

  • Owned by The Don   Di Antara Reruntuhan

    Bianca menyandarkan tubuhnya di sofa, sementara Lorenzo duduk di seberangnya dengan napas masih belum teratur. Di tangannya, sebuah amplop coklat lusuh yang nyaris basah oleh hujan.“Apa ini?” tanya Bianca, menatap benda itu tanpa menyentuhnya.“Dokumen transaksi lama. Penanda awal semua kekacauan ini,” jawab Lorenzo lirih. “Termasuk alasan Chiara menjadi alat dalam aliansi keluarga. Tapi yang lebih penting… ini menyebut nama Lucca.”Bianca mengernyit. “Maksudmu… dia terlibat?”“Bukan. Tapi dia... menjadi titik kunci. Jika Lucca tahu dokumen ini sampai ke tangan lawan, reputasinya akan hancur. Bukan karena kesalahan, tapi karena persepsi,” jelas Lorenzo.Bianca menggenggam lututnya. “Jadi sekarang tujuan Chiara bukan hanya untuk balas dendam. Tapi sedang bermain di atas kehancuran seseorang.”“Dan jika rencana itu gagal,” Lorenzo menatapnya dalam, “dia akan menyerangmu lagi. Tapi kali ini... bukan ha

  • Owned by The Don   Bidak Terakhir

    Langit Milan masih menggantung mendung saat Bianca kembali ke apartemennya. Hujan tipis membasahi jendela kaca yang buram oleh embun. Sepulang dari pertemuan di Piazza del Duomo, tubuhnya menggigil bukan karena udara dingin, tapi karena kata-kata Lorenzo yang terus terngiang di kepalanya.“Dan kau, Bianca Costanza, adalah pion yang dia incar berikutnya.”Bianca meletakkan mantel basahnya ke gantungan di dekat pintu. Ia berjalan ke dapur, membuka kulkas hanya untuk menutupnya lagi tanpa mengambil apa pun. Pikirannya tidak bisa tenang. Ia tahu Chiara menyimpan rahasia, tapi tak pernah menyangka akan sejauh ini.Pintu diketuk keras. Tiga ketukan cepat, lalu dua lambat. Kode yang hanya satu orang tahu."Lucca," gumam Bianca, membuka pintu tanpa ragu.Benar saja. Pria itu berdiri di depan pintu dengan jaket kulit basah, wajahnya tampak lebih muram dari biasanya."Kau kemana?" tanya Lucca langsung, matanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status