PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 12BKami memilih bakso lapangan panah di mall, niatnya pengen sekalian cuci mata, melupakan apa yang membuat kami menangis hari ini, meski untuk alasan yang berbeda."Kamu tahu nggak, manusia bucin itu orang paling menyebalkan sedunia. Kalau kamu putus sama Dion, aku bakalan traktir kamu bakso seminggu. Aku serius, Na. Sebelum dia memanfaatkan kebucinanmu dan minta macam-macam sama kamu.""Dia nggak pernah minta apa-apa kok. Paling suka minta isiin kuota, Em.""Ishh, nggak malu. Masa cowok nggak punya harga diri gitu.""Pernah juga sih minta beliin kemeja.""Kamu beliin?""Iya. Habisnya kan aku sayang banget sama Dion."Aku meleletkan lidah."Sayangin noh, Buaya. Sekarang udah tahu kan belangnya gimana? Masih mau lanjut? Mau nunggu dia minta sesuatu yang paling berharga?""Apa?"Aku meleletkan lidah. "Keperawananmu.""Hah?""Loh iya. Makanya gaya pacaranmu itu nggak banget. Pokoknya aku dukung kamu putus sama dia. Sekarang aku traktir bakso dan apa saja terser
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 13"Jangan sering-sering patah hati deh kamu, Na. Bisa bangkrut aku."Raina cuma nyengir. Dia menerima mangkuk es krim yang diantarkan pelayan dan langsung melahap nya. Riana jenis cewek yang kalau sedih, marah atau patah hati, obatnya adalah makan dan makan. Untung saja badannya tetap langsing.Ponsel di tas selempangku berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Sebenarnya sudah sejak tadi ponsel itu berbunyi, tapi melihat bahwa yang menelepon adalah Bang Arga, aku mengabaikannya. Seharusnya dia tak butuh penjelasan lagi. Video itu telah mengatakan semuanya. Tapi kini, si pengirim pesan ternyata seseorang yang beberapa hari ini, perlahan tapi pasti menimbulkan debar halus di hati.(Nggak usah belajar bikin alis. Kamu sudah cantik apa adanya.)Ha? Dia bilang begitu? Bos jutek galak sombong itu bilang aku cantik? Dia ngigo atau gimana? Aaa… rasanya aku ingin melompat-lompat, lari ke pantai, berenang bareng kura-kura…Tiba-tiba saja ponselku lenyap dari genggaman. Meno
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 13B"Bang Arga…"Suara Winda lirih, hendak mendekati Bang Arga. Aku mendelik. Sementara si lelaki yang tak kutahu namanya itu menarik tangan Winda."Heh. Kutil. Baguslah abang gue ngeliat dengan mata kepala sendiri gimana kelakuan lo yang minus sepuluh.""Lepasin tangan lo dari Winda!" Bang Arga masih tak Terima."Emangnya kenapa? Winda ini cewek gue. Mau gue peluk, mau gue cium, mau gue apain juga terserah gue!""Huuuuuu!" Suara kerumunan orang berseru terdengar heboh sekali."Pulang kamu Em, biar Abang hajar lelaki ini!"Bang Arga mendorong ku. Aku bergeming, bertahan di tempatku."Yang bejat bukan hanya si lelaki, Bang. Tapi noh, cewek Abang itu. Lagian ngapain Abang ngotorin tangan gebukin orang? Kalau udah tahu selama ini Abang macarin sampah, tinggal buang aja ke tempatnya.""Yeeeaay betul itu! Betul dek! Duh liat adeknya pinter Bang! Ganteng-ganteng kok bucin!"Suara orang mendukung kata-kataku kembali terdengar."Kurang ajar! Lo bilang gue sama Winda b
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 14Sampai di rumah, hampir menjelang maghrib. Aku berhenti sebentar di depan kamar Abang yang pintunya tertutup. Sunyi sekali. Aku tidak tahu apakah Abang sudah melihat video viral itu atau belum, tapi aku jelas yakin Abang ada di dalam, mungkin sedang merenungi semua kebucinannya selama ini."Eh, Emi?"Mama keluar dari kamarnya, sudah memakai mukena. Mama kadang suka mengajak kami berdua sholat berjamaah di ruang khusus sholat, di ruang tengah. Sebuah bidang yang sengaja dibuat agak tinggi. Dulu saat Papa masih ada kami tak pernah melewatkan Sholat maghrib dan subuh berjamaah."Abang mana, Ma?""Ada di kamar. Ada apa sih, kok pulang-pulamg Abangmu langsung masuk kamar nggak keluar lagi? Oh ya makasih ya dasternya. Cantik banget."Aku tersenyum. Ku dekatkan bibirku di telinga Mama."Abang dan Winda putus. Fix putus beneran kali ini Mam. Tapi ceritanya nanti ya. Aku mandi dulu.""Serius kamu Em?""Seriuslah, Ma. Eh, rambut Emi bagus nggak Ma?"Aku mengibas ram
Bab 14B"Wow, cantiknya!"Riana, lebay seperti biasa. Dia tampaknya juga move on dengan cepat. Mungkin karena sudah menemukan gebetan baru, abangku sendiri.Aku mengibaskan rambut dengan gaya berlebihan, dan duduk dengan sok anggun. Karyawan lain, yang kebanyakan lelaki ikut pula sibuk menggoda, mengomentari rambut baruku. Namun, ada yang berbeda. Di meja pojok yang biasanya ditempati Pak Andi, kini ada seorang cowok yang sudah sibuk berkutat dengan layar komputer. Tadi, dia melirik sekilas ketika Riana berteriak cantik. Selebihnya, dia diam saja, tidak menegur dan juga tak memperkenalkan diri."Siapa itu?" Bisikku."Oh, karyawan baru, Pak Andi dimutasi ke Surabaya.""Ganteng.""Gantengan Pak Arfan. Udah jangan pindah target. Pak Bos lebih menawan."Aku terkikik. Riana benar juga. Aku meletakkan tas di atas meja dan mulai menghidupkan komputer. Jam delapan kurang lima. Tak ada lagi waktu ngobrol, meski aku masih ingin membahas video viral itu dengan Riana. "Permisi, Mbak. Boleh pinja
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 15Tanda tangan kontrak katanya. Ishh bilang aja naksir kenapa sih? Aku keluar dari ruangan Pak Arfan tanpa mampu menyembunyikan wajahku yang merona. Aku menunduk, berjalan dengan cepat ke mejaku. Tapi sial, karena otakku sibuk berpikir, aku tersandung kakiku sendiri. Aku nyaris saja terjatuh kalau saja seseorang tidak segera menangkap tanganku.Raya. Rupanya dia melompat dari kursinya dan berlari secepat kilat menahan tubuhku. Posisi kami persis seperti di sinetron ikan terbang. Begitu dekat, hingga aku dapat menatap wajahnya yang ternyata…"Dasar ceroboh. Sudah berapa kali kamu nyaris jatuh Em?"Riana menarik tanganku, memisahkan diriku dari si anak baru dan menyeret ku kembali ke mejaku sendiri. Gayanya sudah kayak emak-emak."Ingat, jangan sampai Pak Boss liat kamu dan aku gagal jadi asisten bos. Anak baru itu nggak ada apa-apa nya dibanding Pak Arfan. Dia cuma karyawan, Pak Arfan yang punya kantor. Ngerti?"Aku hanya meleletkan lidah. Ini dia jadi matre
Bab 15BHah? Apa aku tak salah dengar? Aku menatap lelaki di depanku ini lekat-lekat."Cemburu… kenapa, Pak? Kita kan cuma pacar pura-pura. Lagian…""Kita sudah sepakat Emily. Dan saya sudah memperingatkan kamu untuk tidak dekat dengan lelaki lain."Dia duduk di seberangku, terpisah oleh meja. Wajahnya di condongkan menatapku tanpa kedip."Raya hanya mau kenalan.""Tidak. Dia bukan sekedar mau kenalan. Dia ingin mendekatimu.""Bapak salah menduga.""Saya tidak pernah salah. Dan ingat saya ini lelaki."Aku terdiam."Dia baru sehari bekerja disini dan baru kenalan. Tapi dia sudah berani mendekatimu. Tipe lelaki playboy. Saya tidak mau karyawan saya menjalin hubungan sesama teman. Kinerja kalian akan menurun.""Bapak berpikir terlalu jauh. Saya nggak berminat menjalin hubungan dengan dia atau dengan siapapun.""Kalau dengan saya?"Dia tak henti menatapku, membuat jantungku terasa melompat-lompat. Dibandingkan Raya, tentu saja Pak Arfan jauh berbeda. Wibawanya mampu membuat siapa saja men
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 16Aku memandang mobil sedan Winda keluar dari halaman rumah, dengan Aditya di kursi sopir dan Winda yang nampak tak berdaya di kursi penumpang. Entah apa yang membuat Alien yang biasanya menyeramkan itu mlempem seperti kerupuk kehujanan. Masih ku ingat bagaimana Aditya mengedipkan sebelah mata seolah berkata : apa si boss bilang?Bos.Baru saja nama itu melintas di kepalaku, ponselku berbunyi. Jika biasanya Pak Arfan mengirim pesan WA, kali ini dia meneleponku langsung."Halo?""Jangan pernah berpikir untuk membatalkan kontrak. Ngerti kamu?!"Galak bener. Belum sempat aku menjawab, telepon langsung ditutup. Aku menghembuskan nafas, lalu berjalan menutup kembali pagar. "Jadi itu cowok di mall kemarin?" Mama tahu-tahu muncul.Aku mengangguk. "Kayaknya kita nggak perlu cerita sama Bang Arga deh Ma, kalau Winda tadi kesini.""Iya kamu benar. Mama senang banget akhirnya kita bisa bebas. Mama takut Abangmu keburu kena gangguan jiwa.""Tuh kan. Sekarang Mama setuju