Share

Bab 3

Author: Yazmin Aisyah
last update Last Updated: 2022-11-22 14:34:29

PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 3

"Sudahlah, Ga. Masih banyak gadis lain. Nanti Mama kenalin sama anaknya Tante Ria, cantik deh. Kamu pasti suka."

"Nggak Ma. Aku cuma mau Winda. Aku sudah terlanjur cinta sama dia."

Huekk… rasanya aku mau mu-ntah. Namun ku teruskan menguping pembicaraan Mama dan Bang Arga. Lebih tepatnya, bujukan Mama pada Bang Arga.

"Kalau gitu, biarkan aja dulu jeda beberapa bulan atau berapa tahun ya Ga. Nggak usah ketemu dulu. Siapa tahu kalian akan lebih baik setelah ini."

Berapa tahun? Hahaha… Aku rasa Mama memang nggak suka juga sama si Winda, hanya Mama nggak berani membantah anak kesayangannya itu secara langsung. Ah, seandainya aja masih ada Papa.

"Arga nggak sanggup Ma. Lagian Emily kenapa jadi pelit gitu sih?"

"Pelit apanya, Nak. Sudah berapa banyak coba barang dia yang kamu ambil untuk Winda. Baju, tas, sepatu. Adikmu juga punya batas kesabaran. Dan kali ini, emm, Winda memang agak keterlaluan."

Suara Mama jelas ragu. Mama sangat takut membuat anak kesayangannya tersinggung. Hih.

"Terus kalau dia akhirnya malah kecantol cowok lain gimana, Ma?"

Ya bagus dong! Seruku. Tapi sayangnya cuma dalam hati.

"Ya kamu tinggal cari cewek lain, Ga." Mama tertawa kecil.

"Ah, Mama… aku nggak mau. Aku cuma mau sama Winda. Biar Arga lamar aja gimana?"

What? Apa? Aku langsung merinding membayangkan dia jadi iparku. Masih pacar aja kelakuannya nyebelin setengah mati. Gimana kalu udah nikah? Fix, aku nggak akan membiarkan Abangku menikahi gadis sakit jiwa itu.

"Eehh.. Ehh.. Jangan dulu, Ga. Mama belum punya persiapan."

Mama mencari alasan? Atau memang begitu kenyataannya? Kalau Mama benar-benar mengizinkan Bang Arga melamar Winda, berarti bukan hanya Bang Arga yang otaknya tak sehat.

Astaghfirullah. Tuh kan, aku jadi mengumpat Mamaku sendiri. Sial*n memang si Winda. Dia bisa dengan mudah memisahkan hubungan adik kakak yang dulunya harmonis.

Baiklah, sampai disini dulu nguping nya. Sepertinya tak ada yang penting penting banget. Aku hanya harus mempersiapkan banyak hal. Eh tapi apa benar dia minta putus? Kok rasanya aku nggak percaya ya?

***

Hubunganku dengan Bang Arga menjadi dingin. Pagi ini, kami bahkan tak bertegur sapa meski sarapan dalam satu meja. Mama yang tampak bingung melihat kedua anaknya saling mendiamkan, akhirnya memilih ikut diam. Hanya terdengar denting sendok beradu dengan piring. Sungguh, suasana kayak gini nih nggak enak banget. Dan ini semua gara-gara si Winda.

Suara ponsel Bang Arga yang dia letakkan di samping piringnya, akhirnya yang memecah kesunyian. Dia meraihnya, menatap layarnya sebentar, dan tak lama ku lihat dengan jelas bagaimana raut wajahnya berubah bahagia. Bang Arga bangkit dari kursinya sambil menempelkan ponsel di telinga.

"Halo Win?"

Aku terbelalak. Win? Winda? Astaga. Katanya minta putus.

"Nggak mungkin mereka putus semudah itu."

Aku menoleh mendapati suara Mama yang lesu. Akhirnya, Mama menyuarakan juga isi hatinya.

"Abang kayaknya perlu di ruqiyah deh, Ma. Dia sudah nggak wajar. Gaya pacarannya nggak sehat. Gimana kalau tiba-tiba si Winda hamil?"

Mama langsung memukul tanganku.

"Jangan mikir aneh-aneh. Gitu-gitu juga Abangmu masih waras, dia masih sholat dan ngaji. Nggak akan merusak anak gadis orang."

Aku meringis.

"Anak itu udah sakit duluan, Ma. Sakit jiwa."

"Emi…"

"Mama nih aneh. Nggak mau Abang terus sama Winda, tapi juga nggak ada usaha misahin mereka. Mumpung belum nikah, Ma. Mama bayangin deh punya menantu kayak dia. Kalau aku sih ogah. Kalo Abang sampai nikah beneran sama dia, aku bakalan pindah ke Amerika."

Aku bangkit dari kursi, membawa piring makan dan gelas ku yang sudah kosong. Piring Abang masih penuh. Punya Mama bahkan cuma diaduk-aduk. Ah, Winda bikin nafsu makan seisi rumah hilang.

Tengah aku mencuci piring bekasku tadi, Bang Arga masuk lagi ke dapur. Kali ini wajahnya cerah dan sambil bersiul-siul pula. Hemm, apalagi kalau bukan Winda? Yang bisa membuat mood-nya naik turun dengan cepat.

"Arga pulang agak telat ya, Ma. Mau kenalan dulu sama keluarga Winda."

"Hah? Uhukk… uhukk…"

Mama yang masih makan langsung keselek. Aku meletakkan piring yang kupegang dan cepat-cepat membantu Mama, menepuk punggungnya dengan lembut dan menuangkan segelas air. Setelah batuknya reda, Mama menatap Bang Arga nelangsa.

"Lah Ga. Katanya putus?"

"Nggak jadi. Winda mau balikan asal aku beliin dia dress putih yang mirip kemarin."

Sambil bicara begitu, Bang Arga mendelik padaku. Aku tak mau kalah, balas memelototinya.

"Bilang Winda, noh di kuburan, banyak dress putih. Ngapain Capek-capek nyari di mall. Apalagi sampe ke Thailand."

"Emiii…"

***

Kantor sudah sepi, maklum jam kerja sudah lewat satu jam. Aku terpaksa tertahan disini karena harus lembur. Sebagai karyawan baru, aku harus menurut apa kata supervisor, termasuk lembur. Ugghh, padahal mataku sudah perih, melotot di depan komputer sejak pagi.

Jam tujuh malam, akhirnya tugasku kelar juga. Usai meregangkan tubuh sejenak, aku bersiap untuk pulang. Kuraih laci meja, hendak mengambil kunci motor. Tapi, loh… kok nggak ada?

Aku panik. Mana sudah nggak ada orang lagi. Dengan langkah tergesa-gesa aku menuruni tangga dan berlari ke parkiran. Kadang, aku lupa nyabut kunci motor. Benar saja. Dan sialnya, kuncinya tertinggal dalam keadaan motor masih menyala. Aku mencoba menstaternya. Nggak bisa tentu saja. Akinya tekor.

Aku memutar kepala, sepi banget. Mana suasana remang-remang lagi. Kok jadi seram gini? Dari kejauhan, kulihat pak Satpam sedang merokok. Hanya terlihat baju putih seragamnya dan ujung rokok yang merah membara. Lah, malah tambah seram. Seperti…

"Emily?"

Seseorang menyentuh bahuku, aku menoleh dan refleks menjerit.

"Huaaaaaa…"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nunyelis
ehhh...gimana klo emily punya suami....masa mw diminta juga...idiiihh menyeramkn...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 69 (ENDING)

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA (ENDING)musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 15PoV WINDAEnam bulan kemudian"Kak, kenapa sih Mama nggak sayang sama aku? Seperti Mama sayang sama Kakak?""Kata siapa? Mama sayang kok sama kamu.""Tapi Mama dikit-dikit marah. Kalau sama Kakak nggak."Kak Laura tersenyum, mengusap rambutku dengan lembut."Mama cuma lagi nggak enak badan. Kamu tenang aja ya, kan ada Kakak." Ujar Kak Laura sambil tersenyum manis. Dia mengulurkan perahu dari kertas yang baru saja dibuatnya.Aku ikut tersenyum, meraih perahu kertas itu dan berlari ke dalam kolam ikan di belakang rumah. Berdua kami melarungkan perahu itu disana, membuat ombak kecil dengan kedua tangan hingga perahu itu sesekali terombang-ambing. Ah, masa kecil yang indah. Kenapa orang harus menjadi dewasa jika masa kecil sudah membuat bahagia? Padahal dengan menjadi dewasa, ada banyak masalah yang mulai menghampiri."Sayang…"Aku menoleh, segala kenangan tentang masa kecil itu segera lenyap dari benakku. Mas Adit

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 68

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa TertinggalBab 14PoV ADITYAKeadaan rumah baik baik saja kecuali satu hal, kunci pintu depan yang dibuka paksa menggunakan sebuah alat. Itu artinya, Winda pergi kesana tidak dengan sukarela. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Winda bisa ada disana bersama si pembunuh? Dan suara Siapakah yang menjerit demikian pilu? Suara itu, seperti seseorang yang tengah merasakan sakit yang luar biasa.Aku memandang wajah istriku dengan gundah, sekaligus kesal karena aku tak tahu apa-apa, persis orang buta. Wajah itu masih pucat pasi saat kuletakkan di atas pembaringan. Tapi setidaknya dia tak menolak semua sentuhanku padanya. Sepanjang subuh hingga pagi itu, Winda tak juga mau melepaskan diri dari pelukanku. Belum pernah aku merasa se bingung ini. Aku tak tahu apa yang telah menimpanya, dan juga apa yang terjadi. Dan suara tembakan itu? Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku percaya Mas Arfan akan melakukan yang terbaik, seperti dia selalu mempercayaiku

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 67

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2.SISA RASA TERTINGGAL.Bab 13Lika masih menjerit histeris, aku bisa memperkirakan bertapa kuat tenaga lelaki itu, apalagi dengan sepatu model boot yang keras dan berat menekan paha Lika. Jantungku berdebar sangat kencang. Aku tak sanggup, seandainya harus melihat seseorang disiksa si depan mataku. Lika memang bersalah, tapi bukan seperti ini hukuman yang kuinginkan untuknya. Dan lagi, adakah manusia yang punya hak melakukannya."Ya Allah… jangan! Tolong jangan! Lepaskan dia!"Mendengar suaraku, Lika berhenti menjerit. Dia memandangku sambil berurai air mata sementara si malaikat maut sama sekali tak menoleh. Dengan sebelah tangannya, dia mengulurkan pisau kecil membuka ikatan di kakiku, memutar kursiku dan kembali membuka ikatan di tanganku. Semua itu dia lakukan tanpa melepaskan kakinya dari paha Lika."Pergi Winda. Dan jangan sekali kali lapor polisi. Biarkan aku jadi hakim untuk mereka dan biarkan aku sendiri yang menanggung dosanya."Aku berdiri

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 66

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa tertinggalBab 12Dadaku langsung berdebar hebat membaca pesan itu. Aku refleks berdiri, memandang berkeliling. Aku sangat yakin lelaki itu tadinya ada disini. Sang malaikat maut yang telah menyiksa Kak Laura. Kak Laura sekarang tenang karena dia memutuskan pergi. Barulah kusadari arti kalimat Kak Laura selama ini : Dia ada disini! Ya. Setiap kali aku menjenguknya, ada kalanya Kak Laura tiba-tiba seperti melihat sesuatu dan dia ketakutan. Jadi, apakah selama lebih setahun ini, sebenarnya orang itu ada disini?"Ada apa?"Mas Adit memegang lenganku, menyuruhku berhenti. Dia merasakan gerakanku yang gelisah sedari tadi. Aku memberikan ponsel itu padanya. Dia mengamatinya sejenak, mengeluarkan ponselnya sendiri dan entah melakukan apa, mungkin melacak atau mencari tahu identitas si pengirim, entahlah. Ponsel pintarnya sepertinya bisa melakukan apa saja.Mas Adit melangkah sambil merangkul bahuku."Itu artinya, Kak Laura aman disini. Meski un

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 65

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 11Sepasang matanya yang dihiasi bulu mata tebal, juga pewarna dengan aksen smoke, memandangku tajam. Kami bertatapan sekian menit lamanya sementara si lelaki ikut mengamatiku. Entah apa yang kulakukan, nekat atau ceroboh, terserah. Aku telah membantunya malam itu, jadi pantaskah dia membalasnya dengan cara menggoda suamiku?"Suamimu tidak pernah menyimpan rahasia dariku. Dan aku jamin, dia tak akan pernah menyakiti hatiku. Jadi berhentilah berbuat bodoh. Silahkan mencari lelaki lain yang mau kau rayu. Tapi bukan suamiku."Lika diam saja mendengar aku memakinya. Aku berbalik dan berjalan dengan cepat menuju taksi online yang masih menunggu. Tiba di rumah, dengan nafas terengah-engah, aku merebahkan diri, teringat pada janin dalam perutku. Aku memejamkan mata. Apakah yang kulakukan tadi salah?Masih kuingat wajahnya yang tanpa ekspresi tadi. Entahlah, aku bukan Emily yang pandai membaca raut wajah orang lain. Aku hanya tahu b

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 64

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 10Aku belum pernah merasa marah dan cemburu sehebat ini. Bahkan dengan Bang Arga dulu, aku tak pernah merasa. Hubunganku dengannya terlalu mulus, tanpa sedikitpun gelombang. Bang Arga yang sangat mencintaiku, sama sekali tak pernah membuatku cemburu. Akibatnya, akulah yang sering membuat ulah hanya karena ingin menepis rasa bosan. Salah satunya, dekat dengan Mas Adit yang dulu jelas jelas hanya menggoda.Aku mengusap wajah. Kemarin, aku bahkan masih meragukan cintaku padanya. Tapi hari ini, membaca chat WA dari nomor tak dikenal, yang bahkan sama sekali belum dibaca oleh Mas Adit membuat dadaku berdebar hebat. Aku terbakar oleh amarah dan api cemburu.Tring!Pesan itu masuk lagi. Kali ini sebuah foto. Foto yang sangat vulgar. Dan aku semakin meradang mengetahui siapa yang mengirimkan foto itu.Lika!Dia berpose sensual, memakai baju dengan dua tali di pundak, tipis berenda-renda sehingga aku tahu dia tak memakai apa apa l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status