Vanka berjalan mendekati Lintang yang baru saja sampai di sekolah. Cowok itu datang bersama Lisa.
Walaupun Vanka kesal karena Lintang datang ke sekolah bersama Lisa, namun ia mencoba meredam rasa kesalnya itu.
"Pagi Lintang," sapa Vanka dengan senyum lebarnya.
"Pagi-pagi udah ganggu aja. Lo gak ada kerjaan lain, ya selain ganggu Lintang?" sahut Lisa membuat Vanka menatap tidak suka padanya.
"Apaan sih lo? Kok jadi lo yang sewot? Gue kan pacarnya Lintang, jadi bebas dong kalau mau gangguin pacar gue. Lintang aja gak marah lo yang sewot," ucap Vanka kesal.
"Lis, lo duluan aja ke kelas. Nanti gue nyusul," ujar Lintang.
Vanka tersenyum sinis ke arah Lisa. Secara halus, Lintang mengusir cewek itu.
"Ya udah, tapi janhan lama-lama, ya."
Lintang hanya mengangguk.
Vanka berdecak melihat kelakuan Lisa yang menurutnya tidak tahu malu. Cewek itu bersikap seolah-olah Lintang adalah pacarnya. Padahal, Vanka lah yang berstatus sebagai pac
Vanka pikir setelah Lintang membentaknya di UKS tadi, cowok itu akan datang ke kelasnya untuk meminta maaf padanya. Tapi ternyata tidak. Apa Lintang tidak merasa bersalah sedikit pun padanya? Mungkin memang salah Vanka karena sudah memaksa Lintang untuk menemaninya ke kantin pada saat cowok itu sedang menemani Lisa di UKS, tapi apa tidak terbesit sedikit pun di benak Lintang untuk menemui Vanka?"Van, gak pulang?" tanya Lia."Ah, iya.""Ya udah ayo pulang.""Gak usah berharap kalau Lintang mau datang ke kelas buat ngajak lo pulang bareng," sahut Sela yang sepertinya tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Vanka."Apa salahnya berharap? Siapa tahu aja kan dia datang ke sini.""Gak usah berkhayal yang tinggi-tinggi. Lo pikir setelah dia bentak lo tadi, dia masih mau ke sini?" ujar Sela membuat Vanka tersadar kalau memang harapannya itu tidak akan terjadi.Vanka memang sudah memberitahu Sela dan Lia kalau Lintang tadi membentaknya di UKS. Awalnya
Vanka berjalan menyusuri koridor sekolah yang terlihat sepi. Maklum saja, sekarang baru pukul enam lewat jadi belum banyak siswa yang datang ke sekolah."Vanka," panggil seseorang.Vanka tahu kalau yang memanggilnya itu adalah Lintang. Tapi, ia tidak berniat untuk menoleh pada cowok itu.Biarlah Lintang terus mengejarnya. Ia ingin melihat seberapa keras perjuangan Lintang untuk mendapatkan maaf darinya."Vanka," panggilnya lagi. Namun, tetap sama. Vanka terus berjalan.Lintang pun mempercepat langkahnya lalu meraih tangan Vanka membuat langkah gadis itu terhenti."Lo dengar kan gue panggil lo?" tanya Lintang."Dengar," jawab Vanka singkat."Terus kenapa lo gak nyahut? Kenapa lo malah jalan terus?""Kenapa lo panggil gue?" Vanka masih memasang wajah juteknya."Gue mau minta maaf karena kemarin udah bentak lo," ucap Lintang."Kalau gue gak mau maafin lo, gimana?" Vanka melipat tangannya di depan dada."Kalau lo ga
Vanka dan Lintang sedang berada di sebuah cafe. Tadi, Lintang datang ke rumahnya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Vanka terkejut saat Lintang datang ke rumahnya dan mengajaknya ke cafe. Vanka sangat tahu bagaimana sifat Lintang padanya. Cowok itu biasanya tidak akan mungkin mau mengajaknya ke cafe tiba-tiba seperti ini. Biasanya, Vanka yang mengajaknya terlebih dahulu, itu pun harus dipaksa baru Lintang mau.Vanka meneguk cappucino miliknya sembari menatap Lintang yang sedang memainkan ponselnya. Merasa diperhatikan, cowok itu pun menatap Vanka."Kenapa liatin gue?" tanya Lintang."Lo ganteng.""Udah tahu.""Gue mau tanya kenapa lo tiba-tiba ajak gue ke cafe? Padahal, biasanya lo gak mau pergi sama gue. Kalau mau pun itu mesti gue yang ajak dulu.""Gue cuma mau ajak lo keluar aja. Biar kelihatannya kita itu pasangan yang serasi," ucap Lintang membuat Vanka mencibir."Lo itu pacaran sama gue cuma buat orang-orang ngomongin kita do
Vanka segera keluar dari rumahnya setelah mendapat pesan dari Lintang kalau cowok itu sudah berada di depan rumahnya."Pagi Lintang," sapa Vanka.Cewek itu masih mengunyah roti tawar yang sedang dipegangnya."Lo mau?" tawar Vanka hendak memberikan roti tersebut pada Lintang. Namun, cowok itu langsung menolaknya."Itu kan bekas lo, ngapain ngasih ke gue?""Dih, bekas gue itu enak tahu.""Itu menurut lo aja."Lintang melempar helm ke arah Lintang membuat Vanka dengan sigap menangkap helm tersebut."Bisa kan kasihnya itu baik-baik. Gak usah dilempar gitu," cibir Vanka.Lintang tidak membalas ucapan Vanka. Cowok itu naik ke motornya.Ia menatap Vanka yang masih diam dengan wajah cemberut."Buruan naik. Mau gue tinggal?"Vanka mendengus. Setelah memakai helmnya, ia naik ke motor Lintang.*****Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Vanka tidak henti-hentinya mengoceh. Tidak peduli
Lintang menatap malas ke arah ponselnya yang sedari tadi terus bergetar. Begitu banyak pesan yang masuk, tapi ia sama sekali tidak berniat untuk membaca pesan-pesan tersebut. Karena pesan-pesan itu dikirim oleh Vanka. Mungkin ada sekitar dua ratus pesan yang dikirim gadis itu, tapi Lintang sama sekali tidak berniat untuk membalas atau membaca pesan dari Vanka."Ini orang ganggu banget," dumelnya.Lintang pun memilih mematikan ponselnya. Lintang berjalan turun ke lantai bawah.Namun, ia dibuat terkejut saat melihat Vanka yang sedang mengobrol dengan mamanya.Lintang mempertajam penglihatannya. Apa ia tidak salah lihat? Apa itu benar-benar Vanka?Lintang pun berjalan mendekati mereka."Nah, ini Lintang nya. Kalau gitu Tante ke belakang dulu, ya," pamit Sarah."Iya Tan."Lintang duduk di hadapan Vanka. Ia menatap Vanka tajam."Liatnya biasa aja dong," ucap Vanka."Lo ngapain ke sini?" tanya Lintang."Gue mau minta
Setelah pulang dari sekolah, Vanka terlihat sangat sibuk. Tadi, waktu pulang sekolah, ia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan ia pergi ke mall bersama Sela dan Lia. Vanka pergi ke mall karena ia ingin membeli gaun yang akan dikenakannya malam ini.Karena hari ini adalah hari jadi satu bulan dirinya dengan Lintang, Vanka tampak bahagia.Malam ini, ia akan pergi ke sebuah restauran yang telah dibooking olehnya.Vanka dan Lintang akan pergi ke restauran untuk merayakan hari jadian mereka.Ya, walaupun Lintang terlihat cuek dan tidak peduli, tapi Vanka juga tidak boleh cuek seperti cowok itu. Biarlah ia yang akan mempersiapkan semuanya. Vanka ingin hari ini berkesan."Tumben kamu maskeran. Biasanya juga malas," ucap Erin menatap Vanka yang sedang menggunakan masker wajah."Iya. Soalnya kan hari ini hari spesial. Jadi, aku harus keliatan cantik di depan Lintang."Erin hanya geleng-geleng kepala. Putrinya itu sepertinya sudah ter
Lintang segera berjalan menuju kelas Vanka. Lintang ingin menemui cewek itu untuk meminta maaf padanya karena kemarin tidak bisa datang ke restauran."Sela," panggil Lintang.Sela menatap malas ke arah Lintang. Ia melipat tangannya di depan dada."Kenapa?""Vanka di mana?" tanya Lintang."Sebenarnya lo itu pacarnya Vanka atau bukan sih? Kenapa lo gak datang ke restauran, hah? Lo sadar gak, Vanka itu udah nunggu lo berjam-jam di restauran cuma buat rayain hari jadian lo berdua. Bahkan, Vanka udah siapin semuanya, tapi lo malah gak datang. Udah gitu gak ada kabar. Lo sadar gak, lo itu salah, hah?" cerocos Lia yang baru saja datang.Awalnya Lia tadi pergi ke kelas Lintang untuk mencari cowok itu ingin mengomelinya. Namun, karena Lintang tidak ada di kelas, ia langsung ke kelasnya. Dan, kebetulan cowok itu sedang berada di depan kelasnya. Jadi, ia langsung saja meluapkan amarahnya pada cowok itu.Biar Lintang tahu, betapa kecewanya
Hari ini Vanka sudah masuk ke sekolah. Sebenarnya, Erin masih tidak mengizinkan Vanka untuk ke sekolah, tapi karena Vanka terus memohon pada Erin, mau tidak mau Erin akhirnya mengizinkan. Sekarang Vanka sudah sampai di sekolah. Vanka sedang berada di dalam kelas. Cewek itu sedang menyalin catatan milik Sela."Nanti kan bisa lo catat di rumah, Van," ujar Lia."Kalau ada waktu luang kenapa harus nanti?"Lia hanya diam. Vanka memang tidak bisa dilawan."Van, tuh di depan ada Lintang," ucap Sela yang baru saja kembali dari toilet.Vanka melirik sekilas ke arah pintu kelas. Lintang sedang berdiri di depan sembari tersenyum ke arahnya.Vanka segera beralih menatap buku tulisnya. Membuat Lintang sedikit kecewa."Van, mendingan lo samperin dia deh. Terserah lo mau usir dia atau gimana, intinya lo temuin dia dulu biar dia pergi. Gue malas liat mukanya," ucap Lia.Lia memang masih kesal dengan Lintang. Padahal, ia sudah capek-capek memba