PAPA MUDA 5 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Penampilan terkadang tidak selalu menunjukkan sisi terdalam seseorang. Bisa saja semua itu berbanding terbalik dengan apa yang kita pikirkan. Ibarat buah nangka yang kulit luarnya berduri, tetapi dalamnya lembut memikat hasrat untuk menikmati.
Wanita yang masih sedikit terkejut itu hanya diam, menunggu gilirannya bicara. Benih kagum yang semula hampir memunculkan tunas, dengan cepat ia menepisnya.
Alsaki menyadari perubahan wanita yang masih berdiri di depannya. Pasti terkejut mendengar perkataan ibunya. "Ehem! Baiklah, kita bisa lanjutkan. Jadi, kapan kamu bisa mulai kerja?" tanyanya langsung tanpa basa-basi. "Oh, ya, wajahmu nggak perlu begitu. Gala memang anakku," ucapnya lagi seolah memberi tahu bahwa yang didengarnya memang benar, bukan kesalahan.
Seketika Dyra menoleh kanan kiri untuk menghilangkan gugup yang begitu jelas merantai kesadarannya. "Em, a--anu ... sekarang pun bisa. Jadi, saya memenuhi semua syarat yang ada, Mas?" tanyanya masih belum percaya atas keputusan pria di depannya.
Alsaki menutup lembaran kertas, menopang dagunya dengan kedua tangan, lalu menatap wajah wanita yang terlihat seperti belum percaya. Bahkan matanya memindai penampilan bernama Andyra Arsha dari ujung kepala hingga kaki.
"Saya memang mencari karyawan yang waktunya full bebas, energik, dan single. Kenapa? Karena saya butuh karyawan yang mau diajak kerja keras tanpa gangguan ini itu. Soalnya konter ini buka sampai malam. Apa ada hal yang ingin kamu tanyakan? Kalau tidak, kamu bisa kembali ke depan. Nanti akan saya suruh Adrian memberi tahu apa yang ada di Gala Cell," ujarnya tanpa mengalihkan tatapan ke arah lain.
Wanita yang mulai terlena mendengar suara Alsaki seketika tersadar. Kepalanya mendadak penasaran tentang bagaimana sistem pembayaran bekerja di konter seperti ini. Dengan menggaruk tengkuk, Dyra mencoba membuka bibirnya. "Ma--maf, untuk gajiannya gimana, Mas?" tanyanya sembari tersenyum tawar.
"Sampai lupa. Untuk hal itu akan saya bagi di setiap tanggal satu. Tapi, maaf belum bisa membayar sesuai UMR. Saya hanya mampu membayar satu juta di setiap bulannya. Tapi, jika nanti toko ramai dan banyak penghasilan, ada tips spesial. Untuk makan, bawa sendiri. Apa sudah jelas?" tanyanya setelah menjelaskan panjang kali lebar.
"Jelas, Mas!"
"Ya sudah, kamu boleh keluar. Nanti saya akan minta Adrian untuk mengajari semuanya," ujarnya sembari tangannya memberi kode untuk keluar.
Dyra berbalik menuju pintu dan keluar dengan hati lumayan bahagia. Baginya penghasilan satu juta akan cukup membiayai keperluan bulanannya. Setidaknya bisa membeli kuota dan jajan sendiri.
"Alhamdullillah. Akhirnya tidak jadi pengangguran lagi. Nggak apa kalau dia punya anak istri, yang penting aku bisa dapet uang sendiri. Lagian wajah masih terlihat muda begitu udah punya anak seusia Gala. Jangan-jangan hamilin anak gadis orang," ucapnya lirih. Akan tetapi, Dyra tidak menyadari kehadiran pria yang ia bicarakan tengah berdiri di belakangnya. Hal itu berhasil membuka kembali kisah lama seorang Alsaki Mahendra saat remaja.
"Kamu bilang apa barusan?" tanya Alsaki tiba-tiba, membuat wanita di depannya berjingkik kaget.
"Astaga! Mas Al! Kalau dateng bilang-bilang dong! Bikin kaget tahu!" jawab Drya sembari mengusap dadanya berkali-kali. "Saya nggak bilang apa-apa. Saya hanya senang bisa lepas dari jerat pengangguran. Dan, a--anu ... Mas Al masih kelihatan muda, kok, udah punya Gala? Nikah usia berapa?" tanyanya tanpa rasa bersalah. Ia merasa kepalang basah sudah ketahuan membicarakan tentangnya, jadi sekalian mandi untuk mengurangi rasa penasarannya.
Pria yang tidak tahu harus berekspresi seperti apa hanya menggeleng. Pertanyaan seperti itu bukan hanya sekali menghampiri hidupnya, tetapi sudah puluhan kali ketika tahu memiliki Gala di sisinya. Namun, semua itu bukan hal yang ingin disesali setiap hari. Karena kehadiran jagoan kecil itu mampu membentuk pribadinya lebih dewasa dalam segala hal, termasuk menyikapi keinginan Arista—mantan istrinya untuk melepas ikatan yang ada.
"Saya nikah setelah lulus menengah atas. Jelas, kan, kalau saya punya Gala di usia sekarang? Kamu ikut saya, akan saya antar ke Adrian," titahnya sembari melangkah lebih dulu, melewati tubuh mungil itu begitu saja.
Merasa mendapat jawaban atas pertanyaan yang membuatnya terkejut, Dyra mengikuti pria beranak satu itu sambil memukuli bibirnya yang tidak bisa mengontrol ucapan.
"Bodoh ... bodoh ... lain kali jangan suka kepo urusan orang," racaunya dalam hati.
"Adrian ...." Alsaki memanggil karyawan yang telah lama ikut dengannya. "Kamu tolong ajari Andyra tentang semua yang ada di sini. Sekarang dia bagian dari Gala Cell. Kalau gitu, saya tinggal," ujarnya lalu kembali memasuki ruangannya.
Pria yang menyukai warna hitam itu tersenyum, menyambut kehadiran anggota Gala Cell yang baru. Dari dua karyawan yang semuanya pria, kini ada satu tambahan karyawan wanita. Kecantikannya lumayan bisa digunakan sebagai pengusir lelah.
"Mari, Mbak. Sebelumnya, perkenalkan nama saya Adrian. Dan dia Malik. Tadi kata Mas Gala nama kamu Andyra?" tanyanya setelah memperkenalkan diri.
"Iya, Mas ... panggil aja Dyra," jawabnya sembari tersenyum.
Adrian merasa mendapat suasana baru melihat senyum manis wanita yang mengaku bernama Andyra. Ini pertama kali Mas Al menerima karyawan wanita. Padahal seminggu sebelumnya sudah ada wanita yang ingin mendaftar, tetapi ditolak dengan alasan usia.
"Oke, Dyra ... kamu juga boleh panggil saya, Adrian. Karena kita sama-sama karyawan di sini. Selain itu biar kebersamaan cepat terjalin. Semoga betah bergabung bersama Gala Cell. Sekarang, akan saya tunjukkan agar kamu bisa bekerja," jawabnya, lalu melangkah dari ujung etalase kanan hingga kiri, memberi tahu semua jenis perdana dan harganya. Bahkan harga setiap pulsa berbagai merek tidak lupa menjadi info selanjutnya. Semua itu beralih terus hingga ke berbagai macam aksesoris.
Kepala wanita yang lemah dalam ingatan, mendadak merasa pusing mengingat semuanya. Namun, konter ini cukup jeli. Mereka menempelkan harga di atas semua barang. Jadi, membuat segalanya menjadi lebih mudah.
Dyra merasa mulai tertarik dengan pekerjaannya. Meski jalannya lama dan berkelok, tetapi semangat melangkah maju ke depan harus selalu ada dan terus membara.
------***--------
Bersambung
PAPA MUDA 49LAST EPISODEOleh: Kenong Auliya ZhafiraTanpa pikir panjang, begitu bibir wanita di depannya berhenti bicara, Alsaki segera memberikan kecupan mesra dan santai. Bibir yang saling bertemu seakan tahu jika luka dulu masih ingin diberi penawar. Mencairkan segala luka yang terjebak kesalahan lalu. Perlahan, kecupan itu kian tenggelam bersama kehangatan yang begitu mereka rindukan saat hati merasa ingin pergi tapi kenyataan menawan kuat perasaan. Sungguh sesuatu yang membuat jiwa sekarat. Alsaki menarik diri setelah lima menit berlalu menyelam indahnya cinta berbalut rindu. Ya, meski bertemu setiap hari tapi rindu itu justru semakin menggebu. Apalagi jika tentang menguraikan bahasa paling indah dari cinta. Hal itu dipastikan melumpuhkan debaran dalam sekali tarikan napas. "Aku mencintaimu ... menikahlah denganku, Andyra Arsha," pinta sang pria sekali kali. "Aku juga sangat mencintaimu. Jangankan menikah denganmu, hidup dan mati bersamamu pun aku mau," jawab Dyra tanpa l
PAPA MUDA 49LAST EPISODE HOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra sengaja berjalan lebih cepat untuk memastikan keberadaan Malik di taman belakang. Takutnya itu hanya tipuan belaka. "Aku lihat Malik dulu ada apa enggak, Mbak. Bentar," ujarnya sembari mengintip dari balik tembok. Ia dapat melihat pria bernama Malik itu tengah memainkan ponselnya. "Oke, Mbak ... Malik beneran ada di sini," ucapnya lagi setelah memastikan kebenarannya. Arista tanpa ragu menuju taman belakang dengan pose layaknya bintang. Meskipun pakaian sederhana, tetapi ada niatan untuk mencari perhatian dari pria yang sibuk menatap layar ponsel. Namun, semua itu percuma. Pria bernama Malik itu tidak melirik sama sekali. "Haduh ... aku ini kurang cantik apa gimana? Wajahnya datar begitu tanpa ekspresi," kesalnya. Dengan mendekat beberapa langkah, Arista mencoba mengajak bicara. "Biarlah urusan hati bisa dipikirkan sambli jalan atau biar menjadi bagian dari masa lalu. Karena hati emang tidak bisa dipaksa," ucapnya lagi dis
PAPA MUDA 49LAST EPISODE GOleh: Kenong Auliya ZhafiraPria yang ingin melibatkan apa pun yang ada di konter sebagai sarana bagian dari kejutan itu berbalik, lalu menjelaskan apa yang terbayang dalam benaknya. "Jadi, begini. Nanti, ponsel second yang ada di etalase dinyalakan semua. Aktifkan senter dan masukkan ke botol minum plastik. Lalu bentuk lambang hati di sini. Kita akan berada di dalam lambang itu saat mereka datang. Nanti minta Malik menutup mata mereka. Setelah kedua wanita itu melihat kita, kita bergantian mengatakan apa maunya kita. Gimana?" terang Alsaki sebagai pemilik ide yang cukup menghemat biaya. Adrian sendiri cukup mengagumi pola pikir pria di depannya. Soal memperlakukan wanita yang dicintai memang Alsaki bisa dikatakan sebagai juara. Hanya keadaan yang tidak mendukung hingga hatinya tersakiti dan terluka dalam. Akan tetapi, semua itu telah berlalu. "Boleh, Mas. Mau mulai sekarang, atau gimana? Takut mereka keburu datang." "Ya udah. Kita mulai sekarang." Ked
PAPA MUDA 49LAST EPISODE FOleh: Kenong Auliya ZhafiraMereka bergegas merapikan semua, lalu berjalan bersama layaknya teman. Tidak ada lagi rasa ingin menyaingi atau pun tersaingi. Tuhan memang Maha Pembolak-balik Hati manusia. Arista dan Dyra melihat dengan jelas para pria duduk lesehan di lantai konter tanpa alas sembari menyantap mi ayam bersama. Hal sederhana tapi terasa istimewa. "Punya kita, mana?" celetuk Dyra tiba-tiba yang membuat mereka berhenti mengunyah. "Ada. Duduk dulu. Ambil sendiri, tuh, di dekat Malik," jawab Alsaki sambil menelan mi yang telah berada di mulut. Mereka membaur bersama tanpa ada batasan sosial apa pun. Bahkan perasaan seakan mengerti bahwa ini bukan waktunya untuk bicara. Sekarang adalah waktu untuk menikmati kebersamaan tanpa ada celah kebencian. Sungguh pemandangan luar biasa untuk manusia yang pernah terluka karena masa lalu bisa duduk bersama tanpa saling mengingatkan luka. Hidup mungkin aslinya sederhana, hanya pikiran yang membuatnya rumit ta
PAPA MUDA 49 LAST EPISODE EOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika para wanita asyik bercerita, para pria justru baru selesai setelah beberapa jam menggadaikan waktu untuk sebuah tanggung jawab akan pekerjaan. Ketiganya saling menyandarkan punggung pada tembok untuk menopang sebentar rasa lelah. Sesekali tubuh menggeliat guna melemaskan otot-otot. "Tumben banget hari ini ramai. Sampai kewalahan begini," keluh Malik yang merasakan lelah kaki. "Iya. Aku aja tumben merasa lelah," timpal Adrian. Alsaki paham apa yang mereka katakan. Tanpa basa-basi, ia segera melakukan panggilan telepon untuk memesan mi ayam langganan di sebelah selatan konter. Meski sedikit jauh, tetapi rasanya enak. "Halo, Pak ... pesen mi ayam spesia lima porsi ya? Bisa dikirim ke konter seperti biasa, kan?" pinta pria yang kerap melakukan pemesanan dadakan kalau perut mengajak bercanda pada jam kerja. "Siap, Mas Al!" sahutnya singkat. "Terima kasih sebelumnya." Sambungan telepon terputus. Dua pria yang mendengar
PAPA MUDA 49LAST EPISODE DOleh: Kenong Auliya ZhafiraOrang-orang di sekitar terdiam mendengar bisikan Adrian yang masih terdengar jelas untuk telinga normal. Mereka berpikir sesuai asumsi masing-masing. Akan tetapi, satu doa mengaminkan untuk sesuatu yang belum pasti antara Adrian dan hatinya. Tanpa mereka sadari dari arah lain pun ada wanita yang diam-diam mematung tanpa bisa beranjak. Ya, kehadiran Arista cukup bisa menyaksikan perdebatan manis itu. Ia hanya sengaja menunggu dua pria itu berhenti dari pertikaian kata. Akan tetapi, sikap Adrian justru membuatnya berpikir lagi tentang salam yang disampaikan Dyra waktu itu. Ia tidak memungkiri ada desiran setitik melihat pria yang biasa saja bisa berubah semarah demikian. Namun, ia tidak ingin gegabah menjalin kedekatan setelah kejadian kemarin. "Apa mungkin Adrian suka padaku? Bagaimana bisa?" batinnya masih menerka penuh rasa tidak percaya. Bertepatan tubuh Ghava yang berbalik, semuanya baru menyadari akan kehadiran orang lain