Alsaki Mahendra—pria yang mengambil tanggung jawab akan kesalahan dulu bersama Arista Adila—sang kekasih. Satu kesalahan mengubah nasibnya menjadi papa di usia muda, bahkan ketika Arista memilih pergi meninggalkan dirinya dan Gala Mahendra—anaknya demi sebuah mimpi menjadi penulis terkenal, ia tetap menjadi papa yang baik. Satu keharusan yang diajarkan orang tua, yakni bertanggung jawab hingga total akan sebuah kesalahan. Memilih menjalani hidup berdua dengan Gala hingga lima tahun setelah kepergian Arista membuat hatinya melupakan cinta. Akan tetapi, permintaan sang ibu untuk mencari mama pengganti untuk Gala—anaknya menjadi dilema besar. Selain ada ketakutan akan ditinggal pergi kedua kali, ada rasa masih sanggup mengurus Gala sendiri. Namun, pertemuan dengan Andyra Arsha perlahan mengubah segalanya. Akankah kisah mereka bisa bersatu dalam ikatan kedua kali? Atau justru Dyra terkejut karena seorang Alsaki adalah pria berstatus papa muda? Lalu bagaimana jika Arista datang kembali?
View MorePAPA MUDA
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
"Al, aku ingin kita cerai. Aku udah mencoba melahirkan Gala untukmu. Sekarang, tolong biarkan aku mengejar mimpiku. Aku nggak mau fokusku terganggu karena kehadiran bayi kecil itu. Semua yang terjadi di antara kita tidak akan jadi penyesalan. Aku harap kamu mengerti."
"Apa kamu udah gila? Gimana aku bisa membesarkan Gala sendiri? Kamu jangan egois! Gala masih kecil, masih butuh sosok ibu! Dan kamu ingin pergi hanya demi sebuah mimpi?! Bulshit! Bilang aja kalau kamu nggak mau jadi ibu di usia muda! Kamu tahu? Bukan hanya kamu yang merasakan itu, aku juga tidak mau jadi papa muda. Tapi, inilah bentuk tanggung jawabku sebagai pria. Kalau kamu ingin pergi, pergilah! Tapi, ingat! Setelah kamu pergi, jangan harap bisa kembali. Aku yakin, Gala tidak ingin punya ibu seperti kamu. Ibu yang memberi kehidupan tapi dengan enteng meninggalkan."
Sebuah pertengkaran yang terjadi lima tahun lalu masih teringat jelas oleh Alsaki Mahendra—pria yang memutuskan bertanggung jawab atas kesalahannya saat merayakan pesta kelulusan bersama Arista Adila—kekasih yang mengikat hatinya sejak menginjakkan kaki di dunia putih abu-abu.
Cinta yang kian tumbuh setiap hari mengantarkan keduanya pada sebuah keputusan baru. Namun, usia yang terlalu muda membuat jalan pikiran masih labil dan penuh ego. Sebagai pria, Alsaki selalu diajarkan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Jadi, ia memilih menikah setelah dua bulan kelulusan demi janin yang dikandung sang kekasih. Akan tetapi, kenyataan itu justru tidak seindah bayangan. Setelah kelahiran bayi mungil itu dengan mudahnya Arista mengatakan ingin berpisah dan meraih mimpi menjadi penulis terkenal.
"Apa aku sebodoh ini? Aku kira kamu gadis baik yang akan menyayangi Gala sepenuh hati. Tapi, nyatanya kamu pergi tanpa memberikan kenangan apa pun untuk bocah kecil ini," ucapnya lirih sembari menatap Gala—anak lelakinya yang dibesarkan hanya dengan satu kasih.
Alsaki tertawa penuh getar kegetiran. Meski hati terluka karena sikap Arista, tetapi bodohnya cinta itu masih tertanam kuat di hatinya. Tidak mudah melupakan waktu yang selama ini terlanjur terajut indah. Bahkan membentuk sebuah sulaman indah yang sayang dibuang.
Pria yang selama lima tahun memilih hidup hanya untuk anaknya menciumi bocah yang tengah terlelap. "Maafkan, Papa, Sayang ... Walau kita tidak sempurna seperti keluarga lain, Papa janji akan memberikan kasih sayang yang melebihi perempuan bernama ibu," bisiknya di telinga sang anak, kemudian ikut berbaring di sampingnya dan memeluk erat harta terbesarnya saat ini.
Malam yang kian larut memaksa kedua matanya terpejam. Ada keinginan melupa sejenak untuk semua kenangan manis sekaligus terpahit. Ya, bagi Alsaki, bertemu dan mengenal Arista adalah hal termanis dalam hidupnya. Bahkan kehadiran Gala Mahendra menambah kemanisan itu. Namun, semuanya berubah pahit dalam sekejap mata ketika Arista memilih melepaskan dirinya demi satu mimpi. Selama itu pula tidak pernah sekali pun datang melihat keadaan bayi yang dulu ditinggalkan.
Ia tidak ubahnya seperti pungguk merindukan bulan jika mengingat perempuan yang menghadirkan kehidupan baru dalam hidupnya. Akan tetapi, ia dengan mudahnya pergi tanpa beban dan rasa bersalah sedikit pun. Hal itu membuat Alsaki perlahan menanam benci di sudut hati.
"Meski nanti kamu memohon dan berlutut, aku tidak akan memberikan kesempatan sekecil apa pun untuk melihat Gala," lirihnya sebelum mimpi memapah tidurnya lebih jauh.
~
Ketika langit belum terlalu biru, pria yang mulai terbiasa kebiasaan baru sudah terjaga lebih dulu. Statusnya yang menjadi papa sekaligus single parents di usia muda membuatnya harus banyak belajar dari sang ibu. Terutama tentang cara merawat anak dengan baik. Beruntung selama ini ada sang ibu yang mendampingi merawat Gala saat dirinya bekerja.
Alsaki sengaja memilih terjun dalam dunia jual beli handphone. Bahkan kini sudah berhasil mendirikan toko sendiri dengan memperjualbelikan berbagai merek handphone. Selain itu berbagai macam aksesoris pun menjadi pelengkap tokonya. Ini dilakukan untuk bisa memantau keadaan Gala setiap waktu. Ia pun sudah memiliki beberapa karyawan yang membantunya.
Mengingat semua itu membuat geraknya lebih cepat beranjak untuk mempersiapkan segala kebutuhan Gala—anaknya. Namun, sang ibu sudah lebih dulu melakukannya.
"Kamu baru bangun, Al? Kamu langsung mandi aja, terus mandiin Gala. Ibu sudah masak ayam goreng kesukaannya. Terus nanti biar Ibu aja yang nganterin sekolah seperti biasa." Ucapan wanita yang memiliki hati begitu luas membantu merawat Gala terdengar seperti angin segar.
"Maafkan aku, Bu ... aku hanya merepotkan Ibu. Harusnya dulu aku bisa mencegah kepergian Arista. Karena dia yang berkewajiban melakukan semua pekerjaan ini," sesal Alsaki setiap kali ingatan lalu menghantui.
Wanita yang menyayangkan pernikahan anaknya hanya tersenyum. Tidak ada gunanya menyesali kejadian yang sudah berlalu. Sesering dan sekeras apa pun kita menyesali, semua itu tidak akan mengembalikan keadaan menjadi seperti yang kita inginkan.
"Sudah lah, Al ... kamu tidak perlu minta maaf. Semua sudah terjadi. Setidaknya kamu udah menjadi pria bertanggung jawab yang mengambil alih tugas itu. Ibu bangga karena kamu tidak membuang apalagi meninggalkan Arista saat tahu ada kehidupan dalam perutnya. Lebih baik sekarang kamu fokus untuk masa depan Gala. Kamu mandi gih ... terus bangunin cucu kesayangan Ibu," ucap wanita yang tidak menyimpan kesakitan sama sekali akan kegagalan anaknya soal cinta.
"Makasih, Bu ... aku tidak tahu akan menjadi apa jika Ibu tidak ada. Ya udah, aku mau bangunin Gala dulu," jawabnya lalu kembali masuk kamar untuk menyapa jagoan kecilnya.
Ada rasa haru melihat Gala terlelap sambil memeluk bantal guling kesayangannya. Wajah polosnya tidak menyiratkan ketakutan tentang kehidupan sedikit pun. Bahkan bibir mungilnya tidak pernah menanyakan tantang ibunya. Atau justru ia melewatkan sesuatu yang tidak ia tahu.
"Sayang, jagoan Papa ... bangun dong ... bukankah hari ini sekolah? Ayo, bangun, Sayang ... Gala Mahendra ...," panggilnya sembari mengusap pipi dan juga punggung. Namun, bocah itu hanya menggeliat lalu berpindah posisi. Alsaki mulai mencoba cara lain. Ia sengaja menggelitik lembut perut sang anak. Itu cukup jitu memberikan reaksi.
Gala—bocah yang ditinggal sang ibu sejak kecil membuka mata sembari memegangi perutnya yang geli. "Ampun, Pa ...! Gala bangun. Ini udah buka mata," ucapnya, lalu duduk menghadap pria yang memberikan kasih sayang tanpa batas. "Pa ... hari ini kita main aja yuk? Gala nggak mau sekolah," rengeknya tiba-tiba.
Alsaki mengerutkan dahinya. Tidak biasanya Gala berterus terang untuk membolos sekolah. "Kenapa? Semangat dong ... biasanya juga semangat. Papa gendong ke kamar mandi, deh ...," rayunya.
Tanpa menunggu lama, kedua pria beda usia itu menuju kamar mandi bersama. Saling tertawa dan bermain air layaknya anak kecil. Ketika bersamanya dunia seakan kembali ke masa anak-anak. Bahkan segala gundah bisa mendadak musnah hanya dengan melihat tawanya.
Setelah sama-sama berpakain rapi, kedua pria itu bergandengan tangan menuju ruang makan. Di sana sang ibu sudah menunggu dengan beberapa menu istimewa. Begitu juga dengan sang bapak.
"Selamat pagi, Kakek, Nenek ...," sapa bocah itu sembari meletakkan tas bergambar Ultraman di lantai.
"Pagi juga, Sayang ... sarapan yang banyak, lalu berangkat sekolah sama Nenek."
Seketika wajah yang beberapa menit kembali ceria mendadak tersapu mendung lagi. "Em ... kalau hari ini tidak masuk sekolah, boleh, nggak? Kali ini aja ...," mohonnya dengan menangkupkan kedua tangan.
Semua orang saling pandang mendengar penuturan bocah kecil di depannya. Apalagi pria yang duduk di sebelahnya. Padahal sebelum ini sudah mendapatkan kesepakatan untuk pergi sekolah. "Emang kenapa hari ini? Apa teman-teman ada yang nakalin kamu?" tanya Alsaki sembari menatapnya lekat.
Gala hanya menggeleng, lalu mengingat bibir bawahnya sambil menunduk. "Em, hari ini ada kumpulan di sekolah. Gala malu karena yang datang ke sekolah selalu Nenek. Sedangkan yang lain semua datang sama mamanya. Memang Gala tidak punya Mama, Pa?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.
Pertanyaan bocah di depannya seketika membungkam bibir pria yang memutuskan menanggung semua beban menjadi Papa tanpa sosok istri di sampingnya. Bahkan tenggorokannya begitu sulit menelan ludahnya sendiri. Alsaki tidak menyangka kalau saat ini akhirnya datang. Saat di mana Gala menanyakan keberadaan wanita bernama mama.
"Apa yang harus aku katakan pada Gala? Aku tidak mungkin mengatakan jika mamanya pergi. Kenapa kamu harus bertanya tentang wanita yang telah tega meninggalkan kita, Sayang ...? Aku aja udah ingin amnesia."
------***--------
Bersambung
PAPA MUDA 49LAST EPISODEOleh: Kenong Auliya ZhafiraTanpa pikir panjang, begitu bibir wanita di depannya berhenti bicara, Alsaki segera memberikan kecupan mesra dan santai. Bibir yang saling bertemu seakan tahu jika luka dulu masih ingin diberi penawar. Mencairkan segala luka yang terjebak kesalahan lalu. Perlahan, kecupan itu kian tenggelam bersama kehangatan yang begitu mereka rindukan saat hati merasa ingin pergi tapi kenyataan menawan kuat perasaan. Sungguh sesuatu yang membuat jiwa sekarat. Alsaki menarik diri setelah lima menit berlalu menyelam indahnya cinta berbalut rindu. Ya, meski bertemu setiap hari tapi rindu itu justru semakin menggebu. Apalagi jika tentang menguraikan bahasa paling indah dari cinta. Hal itu dipastikan melumpuhkan debaran dalam sekali tarikan napas. "Aku mencintaimu ... menikahlah denganku, Andyra Arsha," pinta sang pria sekali kali. "Aku juga sangat mencintaimu. Jangankan menikah denganmu, hidup dan mati bersamamu pun aku mau," jawab Dyra tanpa l
PAPA MUDA 49LAST EPISODE HOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra sengaja berjalan lebih cepat untuk memastikan keberadaan Malik di taman belakang. Takutnya itu hanya tipuan belaka. "Aku lihat Malik dulu ada apa enggak, Mbak. Bentar," ujarnya sembari mengintip dari balik tembok. Ia dapat melihat pria bernama Malik itu tengah memainkan ponselnya. "Oke, Mbak ... Malik beneran ada di sini," ucapnya lagi setelah memastikan kebenarannya. Arista tanpa ragu menuju taman belakang dengan pose layaknya bintang. Meskipun pakaian sederhana, tetapi ada niatan untuk mencari perhatian dari pria yang sibuk menatap layar ponsel. Namun, semua itu percuma. Pria bernama Malik itu tidak melirik sama sekali. "Haduh ... aku ini kurang cantik apa gimana? Wajahnya datar begitu tanpa ekspresi," kesalnya. Dengan mendekat beberapa langkah, Arista mencoba mengajak bicara. "Biarlah urusan hati bisa dipikirkan sambli jalan atau biar menjadi bagian dari masa lalu. Karena hati emang tidak bisa dipaksa," ucapnya lagi dis
PAPA MUDA 49LAST EPISODE GOleh: Kenong Auliya ZhafiraPria yang ingin melibatkan apa pun yang ada di konter sebagai sarana bagian dari kejutan itu berbalik, lalu menjelaskan apa yang terbayang dalam benaknya. "Jadi, begini. Nanti, ponsel second yang ada di etalase dinyalakan semua. Aktifkan senter dan masukkan ke botol minum plastik. Lalu bentuk lambang hati di sini. Kita akan berada di dalam lambang itu saat mereka datang. Nanti minta Malik menutup mata mereka. Setelah kedua wanita itu melihat kita, kita bergantian mengatakan apa maunya kita. Gimana?" terang Alsaki sebagai pemilik ide yang cukup menghemat biaya. Adrian sendiri cukup mengagumi pola pikir pria di depannya. Soal memperlakukan wanita yang dicintai memang Alsaki bisa dikatakan sebagai juara. Hanya keadaan yang tidak mendukung hingga hatinya tersakiti dan terluka dalam. Akan tetapi, semua itu telah berlalu. "Boleh, Mas. Mau mulai sekarang, atau gimana? Takut mereka keburu datang." "Ya udah. Kita mulai sekarang." Ked
PAPA MUDA 49LAST EPISODE FOleh: Kenong Auliya ZhafiraMereka bergegas merapikan semua, lalu berjalan bersama layaknya teman. Tidak ada lagi rasa ingin menyaingi atau pun tersaingi. Tuhan memang Maha Pembolak-balik Hati manusia. Arista dan Dyra melihat dengan jelas para pria duduk lesehan di lantai konter tanpa alas sembari menyantap mi ayam bersama. Hal sederhana tapi terasa istimewa. "Punya kita, mana?" celetuk Dyra tiba-tiba yang membuat mereka berhenti mengunyah. "Ada. Duduk dulu. Ambil sendiri, tuh, di dekat Malik," jawab Alsaki sambil menelan mi yang telah berada di mulut. Mereka membaur bersama tanpa ada batasan sosial apa pun. Bahkan perasaan seakan mengerti bahwa ini bukan waktunya untuk bicara. Sekarang adalah waktu untuk menikmati kebersamaan tanpa ada celah kebencian. Sungguh pemandangan luar biasa untuk manusia yang pernah terluka karena masa lalu bisa duduk bersama tanpa saling mengingatkan luka. Hidup mungkin aslinya sederhana, hanya pikiran yang membuatnya rumit ta
PAPA MUDA 49 LAST EPISODE EOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika para wanita asyik bercerita, para pria justru baru selesai setelah beberapa jam menggadaikan waktu untuk sebuah tanggung jawab akan pekerjaan. Ketiganya saling menyandarkan punggung pada tembok untuk menopang sebentar rasa lelah. Sesekali tubuh menggeliat guna melemaskan otot-otot. "Tumben banget hari ini ramai. Sampai kewalahan begini," keluh Malik yang merasakan lelah kaki. "Iya. Aku aja tumben merasa lelah," timpal Adrian. Alsaki paham apa yang mereka katakan. Tanpa basa-basi, ia segera melakukan panggilan telepon untuk memesan mi ayam langganan di sebelah selatan konter. Meski sedikit jauh, tetapi rasanya enak. "Halo, Pak ... pesen mi ayam spesia lima porsi ya? Bisa dikirim ke konter seperti biasa, kan?" pinta pria yang kerap melakukan pemesanan dadakan kalau perut mengajak bercanda pada jam kerja. "Siap, Mas Al!" sahutnya singkat. "Terima kasih sebelumnya." Sambungan telepon terputus. Dua pria yang mendengar
PAPA MUDA 49LAST EPISODE DOleh: Kenong Auliya ZhafiraOrang-orang di sekitar terdiam mendengar bisikan Adrian yang masih terdengar jelas untuk telinga normal. Mereka berpikir sesuai asumsi masing-masing. Akan tetapi, satu doa mengaminkan untuk sesuatu yang belum pasti antara Adrian dan hatinya. Tanpa mereka sadari dari arah lain pun ada wanita yang diam-diam mematung tanpa bisa beranjak. Ya, kehadiran Arista cukup bisa menyaksikan perdebatan manis itu. Ia hanya sengaja menunggu dua pria itu berhenti dari pertikaian kata. Akan tetapi, sikap Adrian justru membuatnya berpikir lagi tentang salam yang disampaikan Dyra waktu itu. Ia tidak memungkiri ada desiran setitik melihat pria yang biasa saja bisa berubah semarah demikian. Namun, ia tidak ingin gegabah menjalin kedekatan setelah kejadian kemarin. "Apa mungkin Adrian suka padaku? Bagaimana bisa?" batinnya masih menerka penuh rasa tidak percaya. Bertepatan tubuh Ghava yang berbalik, semuanya baru menyadari akan kehadiran orang lain
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments