Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 150 – Warisan yang Terakhir

Share

Bab 150 – Warisan yang Terakhir

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2025-05-13 08:35:20

Langit di atas medan pertempuran terus menggelegar, seperti amukan petir yang tak terkendali. Li Feng melayang dengan kecepatan luar biasa, pedangnya bersinar terang, seakan menanggapi pertempuran yang sedang berlangsung. Di hadapannya, naga Kaisar yang menakutkan mengaum dengan kekuatan alam yang memancar dari setiap sisik tubuhnya yang hitam mengkilap. Setiap sayap yang terentang membentuk angin yang dapat menghancurkan apa saja yang dilaluinya.

"Tahan, Li Feng! Ini bukan pertempuran biasa!" suara Mei Yue yang terdengar melalui gulungan angin, seakan ingin memperingatkan Li Feng tentang bahaya yang semakin dekat. Namun, Li Feng sudah terlalu jauh, terlalu dalam dalam pertarungan ini. Pedang Naga Langit di tangannya memancarkan cahaya suci yang tak terhentikan, seolah menentang dunia yang penuh dengan kekuatan jahat.

Naga Kaisar mengangkat kepalanya tinggi, menantang Li Feng dengan tatapan yang penuh kebencian. Dengan satu teriakan dahsyat, ia menyembu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 150 – Warisan yang Terakhir

    Langit di atas medan pertempuran terus menggelegar, seperti amukan petir yang tak terkendali. Li Feng melayang dengan kecepatan luar biasa, pedangnya bersinar terang, seakan menanggapi pertempuran yang sedang berlangsung. Di hadapannya, naga Kaisar yang menakutkan mengaum dengan kekuatan alam yang memancar dari setiap sisik tubuhnya yang hitam mengkilap. Setiap sayap yang terentang membentuk angin yang dapat menghancurkan apa saja yang dilaluinya. "Tahan, Li Feng! Ini bukan pertempuran biasa!" suara Mei Yue yang terdengar melalui gulungan angin, seakan ingin memperingatkan Li Feng tentang bahaya yang semakin dekat. Namun, Li Feng sudah terlalu jauh, terlalu dalam dalam pertarungan ini. Pedang Naga Langit di tangannya memancarkan cahaya suci yang tak terhentikan, seolah menentang dunia yang penuh dengan kekuatan jahat. Naga Kaisar mengangkat kepalanya tinggi, menantang Li Feng dengan tatapan yang penuh kebencian. Dengan satu teriakan dahsyat, ia menyembu

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 149 – Pertempuran di Atas Awan

    Angin berdesir cepat di sekeliling Li Feng, tubuhnya melayang dengan kecepatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Di tangan kanannya, Pedang Naga Langit berkilau dengan cahaya suci, memancarkan energi yang menakutkan. Dengan satu langkah, ia terbang lebih tinggi, menembus lapisan awan, menantang naga Kaisar yang mengamuk di atas langit. Naga itu, dengan sisik emas yang berkilauan, mengaum keras, memuntahkan api yang membakar segalanya di sekitarnya. Setiap gerakan tubuhnya mengguncang langit. Namun, Li Feng tak gentar. Matanya terbakar semangat, dan tubuhnya yang ringan meluncur dengan lincah, bergerak laksana kilat, menghindari serangan-serangan mematikan naga itu. "Aku tak akan mundur!" Li Feng berteriak, suaranya penuh kemarahan dan tekad. Pedangnya berkilat dalam genggamannya, siap untuk menghadapi kekuatan naga yang tiada bandingnya. Serangan api naga itu menghujani Li Feng, namun dengan gerakan cepat, ia menebas setiap jilatan api de

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 148 – Kutukan yang Terpecah

    Darah mengalir dari tubuh Li Feng, membasahi lantai batu di bawah kakinya. Pedang Naga Langit yang masih tertancap di dadanya bergetar, seolah merasakan penderitaan yang luar biasa. Dengan susah payah, ia menarik nafas panjang, mencoba menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Matanya terbuka sedikit, menatap langit yang seolah gelap semakin gelap, diliputi oleh bayang-bayang kegelapan yang semakin mendalam. "Jangan...!" Suara Putri Ling'er bergema dalam hatinya, terdengar jelas meski hanya dalam bentuk bisikan. Namun, itu sudah cukup untuk mengguncang jiwanya. Dia merasa ada sesuatu yang memanggilnya kembali, menariknya keluar dari jurang kehancuran. Namun, semuanya sudah terlambat. Saat pedang menancap dalam, segel terakhir yang menahan kekuatan Pedang Naga Langit terbuka. Tetesan darah Li Feng bercampur dengan pedangnya, menciptakan kilau merah menyala yang mencengkeram segenap keberadaan di sekitarnya. “Akhirnya… kutukan ini… pecah ju

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 147 – Pilihan Sang Pendekar

    Sang Kaisar berdiri tegak di hadapan Li Feng, tubuhnya yang menjulang tinggi diselubungi aura misterius yang begitu pekat. Tak ada yang bisa menggambarkan kekuatan yang dipancarkannya, kecuali rasa takut yang merayap perlahan di dalam diri setiap orang yang melihatnya. Di balik mata Kaisar yang tampak manusiawi, Li Feng bisa merasakan gelombang kegelapan yang tak terbendung. Sungguh, bukan hanya wajahnya yang bukan manusia. Ia adalah entitas yang telah hidup berabad-abad, merasuki tubuh manusia satu demi satu, menjelma menjadi satu sosok yang tak dapat dipahami oleh akal sehat. "Li Feng..." suara Kaisar berderak keras, penuh kekuatan, namun ada getaran lembut yang menyelusup ke dalamnya. "Kekuasaan abadi menunggumu. Kamu hanya perlu menyerahkan jiwamu... dan semua ini akan menjadi milikmu." Senyum Kaisar yang terlintas di wajahnya seolah sebuah jebakan maut. Li Feng, yang telah terbiasa menghadapi berbagai bahaya, kini merasa bahwa bahaya terbesar yang

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 146 – Kaisar dari Darah Dingin

    Li Feng terperangkap dalam kesunyian yang aneh, suara riuh dari kerumunan yang menonton eksekusi terhalang oleh suara deru napasnya yang terengah-engah. Mata pedang yang mengarah ke dadanya begitu tajam, seakan menunggu perintah untuk mengakhiri hidupnya dalam sekejap. Namun, di balik tirai sutra yang memisahkan dunia nyata dan penderitaan, ia merasakan ada sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang menunggu untuk diperkenalkan kepadanya. Pikiran Li Feng berputar cepat. Apa yang sebenarnya terjadi? Kaisar… bukanlah manusia. Benarkah ini yang selama ini dirahasiakan oleh istana? Bayangan itu… bayangan di balik tirai, dengan aura yang berbeda dari manusia manapun. Keanehan ini membuat Li Feng terdiam sesaat, sebelum suara itu menggelegar, menghentikan semua suara di sekitarnya. "Li Feng," suara itu terdengar dari balik tirai, dalam, dingin, dan menggetarkan, "Apakah kau siap untuk menyaksikan kekuasaan sejati?" Li Feng tidak bisa bergerak. I

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 145: Eksekusi di Balik Tirai Sutra

    Li Feng terbaring lemah di dalam sel sempit, tubuhnya terasa berat dan pikiran dipenuhi dengan kebingungan. Pahlawan yang dulu menginspirasi banyak orang kini terjerat dalam permainan takdir yang menakutkan. Setiap saat, eksekusi yang telah dijadwalkan semakin mendekat, dan suara derap langkah penjaga yang berulang kali terdengar hanya mengingatkan betapa dekatnya akhir hidupnya. Hatinya berdebar, tapi juga ada keheningan yang dalam, seolah-olah ia sudah siap menghadapi apapun yang datang. “Eksekusi…” Li Feng bergumam perlahan. Ia memikirkan kata itu berulang kali, mencoba meresapi betapa ironisnya kenyataan ini. Dari seorang pemuda yang hanya bermimpi hidup lebih baik, kini ia harus menghadapinya sebagai seorang legenda yang akan dihancurkan begitu saja. Dalam keheningan itu, pikirannya berkelana ke masa lalu, mengenang setiap langkah perjalanan yang telah ia tempuh. Semua penderitaan, pengkhianatan, dan pertempuran seakan-akan terulang dalam benaknya, mengingatkan b

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 144: Kekalahan di Lembah Tujuh Langit

    Bumi bergetar di bawah kaki Li Feng, tanah yang menjadi saksi dari perjuangan terakhirnya kini mengalirkan darah dan debu. Lembah Tujuh Langit, tempat yang dulu dijuluki sebagai tempat suci bagi para pendekar, kini berubah menjadi medan pertempuran yang dipenuhi dengan kematian dan kehancuran. Pedang Naga Langit, yang telah menjadi simbol kekuatan dan takdir, kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Li Feng memegang pedang itu dengan tangan gemetar, matanya yang penuh rasa kehilangan menatap ke arah medan perang yang telah hancur. “Lembah Tujuh Langit…” bisiknya, suara itu hampir hilang oleh gemuruh pertempuran. Ia mengingat masa-masa indah ketika tempat ini masih menjadi rumah bagi para pendekar sejati. Namun kini, tempat itu telah jatuh, dihancurkan oleh pasukan Shen Lu yang dipimpin oleh Jenderal Bayangan. Pasukan mereka tak terhitung jumlahnya, dan meskipun Li Feng bersama Jenderal Bai hanya memiliki 3000 pasukan tersisa, mereka telah berjuang mati-matian, mempert

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 143: Keputusan Mei Yue

    Dunia itu terasa asing—terlalu sunyi, terlalu kosong. Mei Yue terbangun di tanah yang tidak dikenalnya, hanya mendengar desir angin yang dingin menyapu wajahnya. Langit, di sini, berwarna kelabu, hampir seperti mendung yang tak pernah menebar hujan. Tanah yang diinjaknya berdebu, kasar dan keras, seperti dunia yang sudah lama terlupakan. Namun, hatinya yang terguncang belum sempat memikirkan hal-hal itu. Pikirannya masih terikat pada kenyataan pahit yang baru saja ia alami. Li Feng—suaminya, pria yang telah menjadi seluruh hidupnya—sudah terpisah darinya. Ia melihat bayangannya, wajahnya yang begitu akrab, namun bukan Li Feng yang ia kenal. Wajah itu adalah wajah yang penuh kebencian, kegelapan yang merasuki segala pikiran dan perasaan. "Tidak..." Mei Yue berbisik, suaranya serak, bahkan untuk dirinya sendiri. "Tidak mungkin." Dunia ini adalah cermin dari dunia yang telah ia tinggalkan. Cermin yang menunjukkan wajah Li Feng, namun bukan y

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 142 – Dunia Cermin

    Mei Yue terbangun dengan perasaan tercekik, seolah seluruh napasnya ditahan oleh suatu kekuatan yang tak terlihat. Matanya terbelalak, mencoba menangkap jejak dunia yang ia kenal. Namun, yang ia temui hanyalah kekosongan yang mengerikan, dunia yang tampak seperti bayangan dari yang pernah ada. Langit di atasnya berwarna abu-abu, seakan-akan langit itu tak pernah tahu bagaimana warna biru yang sesungguhnya. "Di mana ini?" suara Mei Yue tercekat, namun tak ada yang menjawab. Hanya gema suaranya yang bergema kembali, menyebar tanpa arah. Ia mencoba bangkit, tubuhnya terasa lemah, seolah seluruh energinya terhisap keluar dari tubuhnya saat ia tersedot ke dalam celah realitas beberapa waktu yang lalu. Berkali-kali ia menatap sekeliling, matanya mencari-cari petunjuk apa yang telah terjadi. Dunia ini, yang begitu familiar dan sekaligus asing, seakan terdistorsi dalam setiap detilnya. Bangunan yang pernah dikenalnya kini terlihat seperti siluet tanpa wujud, ru

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status