Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 35 - Bangkit dari Kesedihan

Share

Bab 35 - Bangkit dari Kesedihan

Author: Andi Iwa
last update Huling Na-update: 2025-03-18 08:15:09

Hujan turun dengan deras di atas medan perang yang masih berbau darah. Mayat-mayat berserakan, sebagian sudah tidak bisa dikenali, tertutup lumpur dan debu pertempuran. Li Feng berdiri di tengah kekacauan itu, tubuhnya basah kuyup oleh hujan yang bercampur darah. Tangan kanannya masih menggenggam Pedang Naga Langit, sementara tangan kirinya mengepal kuat, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri.

Xu Jian telah gugur.

Tubuh sahabatnya yang setia kini tergeletak tak bernyawa di dekat kakinya. Mata Xu Jian masih terbuka, seakan masih ingin mengatakan sesuatu. Li Feng berlutut, menatap wajah sahabatnya yang kini kehilangan cahaya kehidupan.

"Tidak… Ini tidak seharusnya terjadi… Xu Jian…"

Li Feng menggigit bibirnya hingga berdarah. Dadanya sesak, amarah dan kesedihan bergejolak dalam dirinya. Mengapa harus Xu Jian? Bukankah merekalah yang seharusnya pulang bersama sebagai pahlawan? Bukankah mereka sudah bermi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 204 – Sekolah yang Terbakar di Malam Hari

    Tengah malam, angin berhembus kencang, menggoyangkan pepohonan yang seolah berbisik dengan suara-suara yang tak dapat dimengerti. Langit gelap, dihiasi oleh pendar cahaya rembulan yang memudar di balik awan kelabu. Di bawahnya, Perguruan Naga Langit yang dulu megah kini terlihat sepi, tertutup oleh bayang-bayang malam yang pekat. Namun, ada sesuatu yang tak wajar di sana—sesuatu yang menciptakan getaran di udara, sesuatu yang telah mengintai sejak jauh sebelumnya. Li Shen berjalan perlahan di antara reruntuhan yang masih terasa panas dari api yang baru saja padam. Matanya terfokus pada sisa-sisa puing yang dulunya adalah tempat di mana ia dibesarkan, tempat yang telah menjadi rumah bagi banyak murid yang mengagungkannya. Kini, hanya ada kehancuran dan bayang-bayang musuh yang mengintai di balik setiap sudut. "Li Shen...," suara itu tiba-tiba menggema di telinganya, suara yang akrab namun kini terasa asing. Ia menoleh, matanya mencari sumber suara. Tak a

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 203 – Pewaris Kedua Pedang Naga Langit

    Langit pagi di Perguruan Naga Langit Baru tampak cerah, namun bayangan gelap masih menyelimuti hati Li Shen. Ia baru saja bangun dari tidur lelap yang tidak pernah benar-benar memberikan kedamaian. Di dalam tidurnya, sebuah suara memanggil, membisikkan sesuatu yang membuatnya terjaga dengan keringat dingin. Sebuah nama, satu nama yang menggetarkan jiwa—Li Feng. "Li Feng... siapa dia sebenarnya?" gumam Li Shen, terduduk di tepi ranjang, matanya terpaku pada pedang karat yang tergeletak di sampingnya. Pedang itu, milik seseorang yang entah mengapa terasa begitu familiar baginya. Tidak lama setelah itu, mimpi yang sama kembali datang, menghantuinya, dengan Li Feng muncul dalam bentuk bayangan yang kabur namun penuh kekuatan. "Aku adalah penjaga keseimbangan," suara itu berbisik. "Kau harus menuntaskan apa yang aku mulai, bukan sebagai pahlawan, tapi sebagai penjaga." Li Shen menggigit bibirnya. "Penjaga keseimbangan? Tapi, apa yang harus aku

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 202 – Bayangan yang Menyala di Langit Timur

    Angin berdesir keras melalui celah-celah pegunungan yang menjulang tinggi. Langit Timur tampak dihantui oleh cahaya merah yang aneh, seolah-olah dunia itu sendiri terbelah. Tidak ada yang tahu pasti apa yang sedang terjadi di langit sana—selain rasa ketegangan yang menggelayuti setiap jiwa yang memandangnya. Hembusan angin itu terasa tajam, menambah kesan kegelisahan yang menyelimuti dunia yang sudah lama tenang. Tian Yi berdiri di atas puncak Perguruan Naga Langit Baru, memandangi cakrawala yang mulai berubah warna, merah seperti darah yang tumpah. Di hatinya, ada perasaan yang tak bisa dijelaskan. Sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar perasaan takut. Ada ketakutan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, yang bukan hanya berasal dari ancaman fisik, tetapi juga dari kenyataan yang lebih dalam. Kegelapan itu kembali. “Apa yang sedang terjadi?” Tian Yi berbisik, lebih kepada dirinya sendiri daripada siapapun. Dalam keheningan malam, han

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 201 – Anak yang Memimpikan Langit

    Di tepi danau yang jernih, di sebuah desa terpencil di pegunungan, seorang bocah lelaki berlari mengejar bola yang terlempar jauh. Ia terjatuh ke tanah, tetapi tawa riangnya bergema di udara yang sejuk. Wajahnya yang polos, masih penuh dengan semangat muda, menatap langit biru yang tak terbatas. Namun, di saat itulah matanya tertumbuk pada sesuatu yang tak biasa di tepi danau. Di sana, tertanam di lumpur yang basah, sebuah benda yang mengeluarkan kilau samar. Li Shen, nama bocah itu, berjongkok dengan penuh rasa penasaran. Ia membersihkan tanah dan lumpur yang menutupi benda tersebut, hingga akhirnya sebuah pedang karat yang usang terungkap. Pedang itu tampak seperti barang tua, penuh dengan karat dan bercak darah yang mengering di sepanjang bilahnya. Meski begitu, ada sesuatu yang aneh pada pedang itu—sebuah aura, yang sepertinya bersifat menantang, membuat Li Shen merasakan getaran halus di tangannya. “Apa ini?” Li Shen berbisik, terkejut dengan penem

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 200 – Legenda yang Tak Pernah Mati

    Dua tahun telah berlalu sejak pengorbanan Li Feng. Dunia, yang sempat dipenuhi kegelapan dan kebingungan, kini kembali tenang. Tian Yi berdiri di depan gerbang besar Perguruan Naga Langit Baru, menatap langit yang cerah, yang semakin meluas di hadapannya. Sudah menjadi kebiasaan bagi para pendekar untuk datang dan mempelajari ilmu-ilmu kuno yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda dalam dirinya. Ia merasa bahwa meski dunia ini damai, bayangan masa lalu selalu mengikuti langkahnya. "Perjalanan ini belum berakhir, Tian Yi," suara Mei Yue terdengar pelan dari belakangnya. "Kau tahu itu, bukan?" Tian Yi mengangguk pelan, matanya menatap pedang yang tergantung di sisi tubuhnya. Pedang itu, yang dulu milik gurunya, Li Feng, kini ia pegang erat. Pedang Naga Langit, senjata yang memiliki kekuatan luar biasa, tapi juga kutukan yang tak pernah bisa dipisahkan. Kekuatan itu ada dalam genggamannya, tapi kini, ia lebih dari s

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 199 – Selamat Tinggal, Pendekar

    Langit yang semula berwarna merah darah kini mulai memudar. Waktu terasa melambat, seperti terperangkap dalam ruang yang tak bisa diukur. Li Feng berdiri di tengah pusaran kegelapan yang mengancam untuk merobek dunia ini. Seiring dengan hembusan angin yang membawa aroma kehancuran, ia menyadari bahwa ini adalah akhir dari segala sesuatu yang pernah ia kenal. Ia sudah jauh melangkah—tak ada jalan kembali. Dalam diam, ia memandang Mei Yue, yang kini berdiri di sisi lainnya, matanya dipenuhi dengan rasa takut dan kehilangan yang dalam. “Li Feng…” Mei Yue memanggil dengan suara tergetar, namun ada keteguhan yang tercermin di baliknya. “Apa kau benar-benar akan melakukan ini? Apa kau benar-benar akan meninggalkan kita semua?” Li Feng menatap Mei Yue, seakan ingin menyampaikan begitu banyak hal dalam satu tatapan. Tapi kata-kata terasa tak cukup. Ia hanya bisa tersenyum, senyuman yang penuh kepedihan. "Aku berjanji untuk mengakhiri ini. Dan itu berarti… aku h

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status