Share

HMT 7 - Pendekar Tampan Dari Barat

Hari mulai gelap. Namun tampaknya sang surya enggan untuk terbenam menutup hari. Terlihat dari sinar jingganya yang masih mengapung di atas permukaan laut gunung Huan Zhu.

Lu Sicheng menaiki kudanya dengan santai. Rumput di bukit Huan Zhu sangatlah hijau. Sepertinya dia harus menepi dan bermalam di tempat ini. Terlebih kudanya pun membutuhkan makan.

Baru saja Lu Sicheng turun dari kudanya. Dia berjalan menuju sungai yang mengalir di antara bukit-bukit. Airnya sangat jernih. Sepertinya bisa ia gunakan untuk minum dan membersihkan diri.

Bibir kemerahan pria muda itu mengulas senyum. Dia segera berjongkok di tepi sungai kecil itu. Saking jernihnya air sungai itu, dia bahkan bisa menangkap siluet dirinya di sana. Lu Sicheng menyibak rambut panjangnya ke belakang, lantas ia segera meraih air sungai dengan kedua telapak tangannya. Meminumnya serta membasuh wajahnya.

Perjalanan menuju kerajaan Dong Taiyang memang sangat jauh. Sudah sepuluh hari dirinya menaiki kuda dan bermalam di beberapa tempat yang ia singgahi, mulai dari hutan dan perkampungan.

Kerajaan Dong Taiyang terletak di belakang gunung Huan Zhu. Sementara dirinya baru saja tiba di kaki bukit gunung itu. Hh, sepertinya dia memang harus bermalam di tempat ini sekarang.

Lu Sicheng segera bangkit. Dia hendak mengikat tali kudanya pada sebuah pohon. Namun tiba-tiba ia mendengar suara seseorang meminta tolong. Indera pendengarannya berusaha fokus dengan apa yang didengarnya itu.

"Tolong aku!"

Benar, itu suara seorang gadis meminta tolong. Namun dari mana asal suara itu? Lu Sicheng menanggah ke atas langit. Menurut indera pendengarannya suara itu berasal dari atas sana.

"Tolong!"

Manik hitam Lu Sicheng membulat sempurna melihat seorang pria tampak membawa kabur seorang gadis dengan terbang melayang di atas langit. Astaga, mau dibawa kemana gadis itu? Lu Sicheng segera melesat ke atas. Terbang mengejar pria yang sedang membawa kabur seorang gadis tadi.

"Lepaskan gadis itu! Kampungan sekali jaman sekarang masih menculik seorang gadis," cetus Lu Sicheng setelah berhasil menghadang pria yang dikejarnya tadi. Bibirnya tersenyum sinis seolah meremehkan aksi pria itu.

"Hei, siapa kau? Apa kau tak mengenalku, hah? Aku Pangeran Tong Yi dari Selatan. Kau pasti akan menyesal karena berani menghadang jalanku!" Pangeran Tong Yi memandangi penampilan Lu Sicheng yang ternyata tampak jauh lebih tampan darinya. Tubuh pria di hadapannya itu sangat bagus. Sedangkan wajahnya sangat memukau bagai paras para dewa.

Sementara Ratu Yang sangat kaget melihat Lu Sicheng. Wajah itu adalah wajah pemuda yang muncul dalam mimpinya semalam. Sepasang netranya sampai tak ingin berkedip melihat wajah tampan pria itu.

Lu Sicheng tersenyum tipis lantas berkata, "Jadi kau seorang Pangeran rupanya. Aku pikir kau lebih pantas menjadi pencopet di pasar Lan Hua," ucapnya asal.

"Apa katamu?!" Jelas saja Pangeran Tong Yi langsung murka mendengar celoteh pemuda itu.

Sedangkan Ratu Yang tampak mengulum senyumnya mendengar ucapan lugas Lu Sicheng.

Pangeran Tong Yi segera melepaskan Ratu Yang,"Kau akan menyesali ucapanmu tadi, Pendekar busuk!"

TAK!

TAK!

PRANG!

Pangeran Tong Yi segera menyerang dan Lu Sicheng langsung menyambutnya. Terjadilah pertarungan sengit antara mereka. Pangeran Tong Yi tampak membabi buta menyerang Lu Sicheng dengan pedangnya. Sedangkan Lu Sicheng tampak santai saja menangkis serangan pedang pria kurus itu.

Ketiganya masih mengapung di atas awan. Ratu Yang hanya berdiri sembari berdoa untuk pria yang menolongnya itu. Pertarungan mereka tampak mulai sengit. Lu Sicheng berhasil melumpuhkan Pangeran Tong Yi dengan serangan pedangnya.

"Pendekar busuk, tunggu pembalasanku!" Sembari memegangi dadanya yang sakit, Pangeran Tong Yi segera kabur.

"Tuan, Anda baik-baik saja? Terima kasih atas bantuanmu," tukas Ratu Yang dengan pipinya yang bersemu merah memandang punggung Lu Sicheng yang berdiri agak jauh darinya.

"Aku baik-baik saja, Nona. Permisi." Lu Sicheng hanya sekedar menoleh dan hendak segera pergi.

"Tunggu, Tuan! Apakah kau bisa membawaku turun?" sergah Ratu Yang berharap bisa menahan pria itu. Padahal bukanlah hal yang sulit baginya hanya untuk turun ke bawah saja. Namun dirinya masih ingin mengenal pria yang baru saja menolongnya itu. Terlebih, dia pun belum memberikan imbalan atas pertolongannya.

Lu Sicheng menghentikan langkahnya. Dia kembali memutar tubuhnya dan menghampiri Ratu Yang. Tanpa berkata apa pun lagi, pemuda itu langsung meraih tangan sang ratu, lantas membawanya turun ke bawah. Padahal Ratu Yang sangat cantik, tapi kenapa Lu Sicheng acuh begitu? Apakah dia tidak menyukai wanita?

Entahlah, mari kita lihat apa yang akan teejadi selanjutnya.

Lu Sicheng tampak fokus melesat ke bawah untuk membawa Ratu Yang turun. Tangan kanannya mendekap sang ratu di dadanya, sedangkan tangan kirinya mengimbangi terbangnya.

Sang ratu tampak memandangi wajah pria yang tampak acuh padanya itu. Benar, pria inilah yang ada dalam mimpinya semalam. Bibirnya mengulas senyum dengan pipinya yang bersemu merah. Dia tak menyangka akan bertemu dengan pria dalam mimpinya itu secepat ini. Matanya tak ingin berpaling dari wajah Lu Sicheng.

Ekor mata Lu Sicheng melirik pada Ratu Yang. Sepertinya dia mengetahui jika gadis itu sedang memperhatikan dirinya. Ratu Yang sangat kaget, dia segera menundukkan wajahnya. Astaga, perasaan apa ini? Di mana wibawanya sebagai seorang ratu? Kenapa dia seperti lupa diri memandangi pria asing itu sampai sebegitunya. Ratu Yang merutuki dirinya dalam hati. Sedangkan Lu Sicheng tetap memasang wajah dinginnya.

"Kita sudah sampai di bawah, Nona." Lu Sicheng terpaksa membuka suara karena gadis itu belum juga melepaskan pelukannya.

"Ah, iya. Maaf," ucap Ratu Yang tampak kaget dan salah tingkah.

Dia sangat malu. Kenapa dia memeluk pria asing itu begitu eratnya.

Lu Sicheng hanya tersenyum tipis,

dia tak pandai bicara dengan seorang gadis. Terlebih gadis di hadapannya itu tampak terpelajar dan berasal dari keluarga bangsawan. Ah, untuk apa dia memikirkannya? Lebih baik ia segera pergi sekarang, pikirnya tak ambil pusing.

"Yang Mulia, apa Anda baik-baik saja?" Jenderal Chou segera menghampiri Ratu Yang. Wanita itu masih berdiri bersisian dengan Lu Sicheng.

"Jenderal Chou, aku baik-baik saja." Ratu Yang menjawab santai.

Apa? Yang Mulia? Apakah gadis ini seorang ratu? Lu Sicheng bertanya-tanya dalam hati. Perasaannya tiba-tiba menjadi tak nyaman. Astaga, jika gadis ini seorang ratu, bisa dipenggal kepalanya, karena tak sengaja ia telah mendekap gadis itu saat turun dari atas tadi.

Lu Sicheng masih tampak mencerna dengan rasa terkejutnya.

"Yang Mulia Ratu, siapa pria ini?" tanya Jenderal Chou sembari menilik pada Lu Sicheng.

Mati! Ternyata benar gadis itu seorang ratu? Lu Sicheng mulai ketakutan. Namun dia berusaha tetap tenang berdiri.

"Jenderal Chou, Pendekar ini yang telah menolongku. Aku berhutang nyawa padanya," jawab Ratu Yang sembari tersenyum pada Lu Sicheng. Pria itu segera menunduk.

"Terima kasih, Pendekar muda. Kau telah menyelamatkan Yang Mulia Ratu," tukas Jenderal Chou pada Lu Sicheng sembari membungkuk hormat.

Lu Sicheng hanya mengangguk. Sedangkan Ratu Yang masih asik memperhatikan dirinya. Sial! Lu Sicheng sudah tak tahan lagi berada di sini. Ingin rasanya dia segera pergi membawa rasa malunya.

"Tuan, siapa namamu? Kau berhak mendapatkan hadiah besar karena sudah menyelamatkan Ratu Dong Taiyang." Jenderal Chou melanjutkan dengan mendekat pada Lu Sicheng dan menepuk bahu kirinya.

Apa?

Ratu Dong Taiyang?

Lu Sicheng terkesiap mendengarnya. Diam-diam ekor matanya melirik pada wanita cantik yang sedang berdiri memperhatikan dirinya. Tidak mungkin wanita itu istri Yang Jingmi. Bahkan dia masih sangat muda. Lu Sicheng mengerjapkan matanya. Mencoba menepis pikiran yang baru saja melintas.

"Tuan?" Jenderal Chou tampak heran menatap pada Lu Sicheng.

"Ah, iya, maaf. Namaku Lu Sicheng. Aku datang dari Barat," jawab Lu Sicheng kemudian tanpa berani mengangkat wajahnya pada dua orang di hadapannya itu.

Jenderal Chou tersenyum kagum sembari menepuk lagi bahu Lu Sicheng. Sedangkan Ratu Yang sangat puas karena sudah mengetahui nama pemuda yang baru saja menolongnya itu.

"Lu Sicheng, mau kah kau ikut dengan kami ke istana Dong Taiyang?" Ratu Yang berkata sembari mendekat pada Lu Sicheng.

Jenderal Chou tersenyum sembari mengangguk pada Lu Sicheng seolah memintanya untuk tidak menolak tawaran sang ratu.

Lu Sicheng hanya terdiam. Apakah ini kesempatan emas baginya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status