Home / Romansa / PELAKOR BERKELAS / Bab 07 • 10 Menit

Share

Bab 07 • 10 Menit

Author: Rae_1243
last update Huling Na-update: 2022-06-28 21:01:09

Sebenarnya, video semacam apa yang dilihat oleh Raka?

Dalam rekaman video tersebut, terlihat bagian dada seorang perempuan. Dada tersebut tampak begitu montok serta mulus, dengan kulit yang berwarna putih bersih. 

Mulanya, rekaman video fokus ke seuntai kalung dengan liontin safir Ceylon, yang kini melingkari sebuah leher jenjang. 

Di dalam video, terlihat ujung jari yang lentik bergerak menyusuri untaian kalung. Sejalan dengan gerakan jari tersebut, maka rekaman video pun semakin turun, turun, dan terus turun. 

Adegan berikutnya malah membuat Raka sampai harus mengertakkan rahang kuat-kuat. 

Satu. Dua. Tiga. Total ada tiga kancing kemeja yang dilepas dengan gerakan perlahan dan sensual.

Raka bisa melihat permukaan dada yang terlihat begitu montok dan menggiurkan. Milik Raka di bawah pun semakin sesak saja rasanya. Apalagi sewaktu terdengar sebuah suara yang mendesah memanggilnya. 

"Honey, bagaimana menurutmu? Apakah kamu suka?"

Itu adalah suara Angel. Raka jelas tidak mungkin keliru mengenali nada bicara kekasihnya yang manja. 

Dia tahu, bahwa yang Angel maksudkan dalam pertanyaan tersebut adalah soal seuntai kalung seharga satu rumah yang kini melingkar di lehernya. Namun sayangnya, perhatian Raka justru mengarah ke hal yang lain.

Dada yang begitu kenyal itu, ingin sekali Raka meremas lalu mencumbunya habis-habisan. 

"Ah, sial! Baby, kamu membuatku on siang-siang begini," ujarnya, sembari menyerah napas kasar. "Sial! Sial! Jam berapa ini? Aku ingin bisa segera bertemu dengan Angel."

Rupanya kali ini semesta sedang berbaik hati terhadap Raka. Sebab, tidak lama kemudian ponselnya kembali bergetar dan ada sebuah pesan lain yang masuk. 

Pesan dari Angel. Kekasihnya itu kini mengiriminya sebuah foto. 

"Oh, God! Baby, kamu benar-benar menyiksaku," bisik Raka, dengan nada sedikit mengeluh, tapi lebih cenderung semakin bergairah. "Kalau begini, aku bisa benar-benar gila padamu."

Mata lelaki itu lekat memandangi foto Angel yang tengah ber-selfie dengan setengah menggigit bibir. Namun bagi Raka, pandangan perempuan itu benar-benar terlihat begitu menggoda.

Semua itu, masih ditambahi lagi dengan sebuah pesan singkat yang juga turut dikirimkan. 

"Honey, aku kangen ...."

"Oh, Baby. Aku juga begitu merindukanmu." Raka balas berbisik mesra, seolah-olah saat ini ada Angel bersamanya. 

Lelaki itu tidak bisa lebih bahagia lagi, ketika akhirnya Angel meneleponnya. Bahkan belum mencapai dua kali deringan dan Raka sudah langsung menerima panggilan masuk tersebut dengan perasaan tidak sabar. 

"Baby ...," sapanya dengan suara yang sedikit terengah. "Hei."

"Raka, apakah kamu tidak ingin menemuiku?"

"Tentu saja ingin. Baby, aku bahkan sudah menelepon berulang kali untuk mengajakmu makan siang bersama, tapi—"

"Kalau begitu, aku mempunyai kabar baik untukmu."

Dahi Raka seketika mengernyit. Namun, dia memutuskan untuk menunggu Angel menyelesaikan ucapannya. 

"Sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju kantormu. Sepuluh menit lagi mungkin aku akan sampai. Kuharap kamu tidak keberatan soal ini."

Keberatan? Tentu saja tidak! 

Raka bahkan nyaris meloncat karena saking bahagianya. Kekasihnya akan datang. Jadi, dia harus menyambutnya dengan baik kan? 

"Baby, kenapa aku harus keberatan?" sahutnya bertanya, dengan senyuman yang begitu lebar. "Aku justru merasa senang dengan kedatanganmu. Nanti kita makan siang di dalam kantorku saja. Aku akan memesankan semua makanan dan minuman favoritmu, Baby. Bagaimana?"

Angel menyatakan persetujuannya dan mengakhiri panggilan telepon tidak terlalu lama kemudian. Sementara itu, selama beberapa menit Raka masih terus senyum-senyum sendiri. 

Makan siang bersama di dalam ruang kantornya, tentu merupakan alasan kosong semata. Sebab yang lelaki itu inginkan saat ini adalah bermesraan dengan Angel sepuasnya. 

"Oh, Baby. Siang hari ini pasti akan menjadi semakin panas," gumamnya.

Sepuluh menit. Hanya sepuluh menit lagi dan Angel akan sampai. 

Ya, ampun. Rasanya, Raka sudah tidak sabar lagi untuk menunggu kedatangan kekasihnya.

***

Sementara itu, Lidia menutup panggilan teleponnya yang tidak juga terjawab dengan sikap tidak sabar. 

Hatinya terasa kesal karena sejak tadi Raka tidak juga bisa dihubungi. Bahkan suaminya itu menolak panggilan teleponnya satu kali. 

"Apakah dia sangat sibuk? Mungkinkah Mas Raka sedang ada meeting, sampai-sampai tidak bisa menerima panggilan teleponku sebentar saja?"

Bergumam dan berpikir, Lidia menemukan kegelisahan dalam hatinya. Entah mengapa, tapi belakangan ini perasaannya selalu merasa tidak tenang. Seolah seperti ada sesuatu yang berbahaya yang sedang mengintai. 

"Maaf, Bu Lidia, tapi kita jadi pergi ke mana?" Suara supir pribadinya terdengar, menyela Lidia dari pikirannya sendiri. 

Melirik sekilas ke arah jam tangannya, Lidia menyadari bahwa sebentar lagi sudah tiba waktu untuk makan siang. Dia kembali berpikir dan mempertimbangkan. 

"Tadi Mas Raka pergi begitu pagi, bahkan sampai tidak sempat sarapan," bisiknya. "Padahal semalam kami habis bertengkar lagi dan pagi tadi aku malah masih mengomelinya. Pasti Mas Raka merasa sangat kesal. Jadi, tidak ada salahnya kan, kalau sekarang aku mengajaknya makan siang bersama? Lagi pula, aku juga ingin minta maaf atas sikapku."

Lidia sudah hendak menelepon Raka untuk memberi tahu soal rencananya tersebut, tapi kemudian dia berubah pikiran. 

"Ah, tidak. Lebih baik kalau aku tidak usah memberi tahu Mas Raka agar bisa menjadi kejutan," putusnya sembari tersenyum sendiri. "Mas Raka pasti akan senang menyambut kedatanganku."

Memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas tangan, Lidia lantas berkata, "Antarkan aku ke kantor Bapak, ya. Kalau bisa, tolong secepatnya."

Lelaki berusia tiga puluh tahunan yang menjadi supir pribadinya pun mengangguk. "Baik, Nyonya. Sepuluh menit lagi mungkin kita akan sampai di kantor Bapak."

Lidia mengangguk dan balas tersenyum. Perempuan itu menghela napas lega karena membayangkan bahwa sepuluh menit lagi dia akan bisa menemui suaminya dan hubungan mereka berdua pun bisa kembali mesra. 

Tidak perlu waktu yang terlalu lama, sampai kemudian sedan berwarna biru itu pun melaju.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
berharap mesra
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
dendam ohhh dendam
goodnovel comment avatar
Yeni Erna
kira" ada dendam apa angel dengan raka dan lidya.... penisirin q thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • PELAKOR BERKELAS   Sampai Bertemu Lagi

    Halo, Para pembaca. Kisah Adam dan Angel berakhir sampai di sini. Terima kasih atas kesediannya untuk mengikuti kisah ini dan mohon maaf karena sempat vakum cukup lama. Ada satu dan lain hal yang menjadi penyebab, termasuk masalah kesehatan. Semoga kita semua selalu sehat & bahagia, ya. Saya menyadari bahwa karya ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, komentar, masukan, dan saran dari Kakak sekalian sangat saya nanti dan hargai. Sampai bertemu di kisah yang lain. Apabila berkenan, silakan mampir di igeh saya: Rae_1243. Apabila ingin berhubungan melalui wa dengan saya, silakan dm saja. Sekali lagi, terima kasih. Salam sayang, ~Rae~

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 159 • Bukanlah Sebuah Akhir

    "Tahanan 2673, silakan ke sini."Lidia berjalan dengan kepala tertunduk. Setelah berada di penjara selama nyaris tiga tahun, kini dia sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, saat dia melihat siapa orang yang datang mengunjunginya."Kamu lagi. Bukankah sudah aku katakan, agar tidak mengunjungiku lagi? Tapi kenapa kamu masih juga datang terus?""Kak Lidia, ish! Jangan bersikap sekasar itu dong. Lihat, Raline jadi kaget.""Kamu juga sih, Lin. Kenapa membawa anak kecil ke penjara?""Memangnya, kenapa? Raline ini juga kan, keponakan Kakak. Lagi pula, nanti juga Kakak akan tinggal bersamanya kan?"Sejenak Lidia terdiam, lalu membuang muka. "Tidak perlu. Lupakan saja omonganmu tadi. Lagi pula, dia pasti malu karena mempunyai bibi mantan napi seperti aku ini.""Siapa bilang? Memangnya, Kakak berpikir aku akan membesarkan putriku seperti apa?""Tapi—""Tujuh tahun lagi Kakak akan bebas. Pada saat itu, aku dan Raline akan datang menjemput Kakak. Titik

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 158 • Sebuah Awal yang Baru

    Lima menit pertama Angel mengedarkan pandangan. Dia masih berusaha untuk menangkap, apa sebenarnya yang sedang terjadi.Ada Ayahnya, yang berdiri di sebelah Erin. Angel juga bisa melihat teman-teman Ayahnya, yang sebagian besar dulunya merupakan orang-orang yang salah jalan. Lalu juga ada beberapa rekan kerjanya yang dulu seperti Yasmin, Aldi, dan bahkan Pak Dimas. Kemudian Keynan serta Keke.Tidak ada terlalu banyak orang di sana, kemungkinan tidak lebih dari seratus orang. Namun, suasanya begitu meriah.Dekorasi yang ada memang mewah, tapi tidak berlebihan. Ribuan bunga yang menghiasi seluruh penjuru ruangan luas ini dan bahkan sampai menjuntai dari langit-langit, membuat Angel seolah tiba-tiba saja masuk ke sebuah negeri dongeng.Kemudian, kerlip-kerlip apa itu? Terlihat seolah ada jutaan permata yang bersembunyi di balik hiasan bunga.Bahkan sampai ada banyak kupu-kupu yang berterbangan kian kemari. Seekor kupu-kupu berwarna hijau toska kemudian terbang mendekat dan hinggap di at

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 157 • Sebuah Kejutan

    Terdengar suara desahan dari sepasang bibir Angel.Perempuan itu lebih dalam menyandarkan punggung ke kursi tempatnya duduk, sembari melemparkan pandangan ke arah jendela yang ada di sampingnya. Angel mengamati hamparan awan putih mendominasi. Seketika pikirannya pun kembali melayang ke segala hal yang telah terjadi. Tidak terasa, waktu tiga tahun pun sudah berlalu. "Padahal, rasanya seperti baru kemarin," gumamnya, mendesah. "Tapi syukurlah, setidaknya aku tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang itu."Raka sudah divonis penjara seumur hidup. Dari kabar terakhir yang Angel dengar, lelaki itu terlibat dalam kerusuhan yang terjadi di dalam penjara sampai mengalami luka parah.Namun, ada kabar lain lagi yang lebih mengerikan. Angel mendengar bahwa Raka sampai harus kehilangan kejantanannya. Kejantanan milik lelaki itu rupanya mengalami luka dan infeksi yang didapat dari insiden kerusuhan, sehingga akhirnya terpaksa dipotong. "Ya, Tuhan." Angel berbisik. "Aku tidak bisa membayang

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 156 • Saat Persidangan

    Raka berteriak marah. Sejak tadi dia terus menendang-nendang jeruji besi tempatnya ditahan dan baru berhenti ketika dibentak balik oleh petugas jaga. "Brengsek!" Dia mengumpat, segera setelah petugas jaga pergi. "Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa?"Lelaki itu meremas-remas rambut dengan frustrasi. Dia teringat kembali dengan kejadian yang dialaminya tiga hari lalu.Waktu itu dia baru saja hendak pulang kerja, sewaktu dua orang lelaki yang tidak dikenal datang. Napasnya seketika tercekat, saat salah satu dari mereka menunjukkan surat penangkapan untuknya. Rasanya benar-benar memalukan ketika dia digelandang keluar dari gedung perusahaannya sendiri. Ditambah lagi dengan pandangan para karyawan yang ada, membuat Raka begitu ingin mengubur dirinya sendiri kala itu. "Sialan! Padahal tinggal sedikit lagi semua rencanaku bisa beres." Dia menggerutu. "Tapi kenapa malah jadi begini?"Sekarang Raka benar-benar tidak bisa berkutik. Dia tidak dapat mengelak sewaktu polisi menemukan boto

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 155 • Kemungkinan paling buruk

    "Angel, tunggu!" Mobil yang Jalu kendarai masih belum sepenuhnya berhenti, tapi Angel sudah langsung membuka pintu dan meloncat keluar. Perempuan itu seolah tidak ingin membuang waktu dan segera menyeberangi pelataran parkir. "Angel! Tunggu, Nak!" Jalu berseru percuma. Putrinya itu sekarang berlari memasuki rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun. Dengan menggerutu, Jalu berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lelaki itu pun segera berlari, menyusul ke arah putrinya. "Pak Jalu! Terima kasih karena sudah datang secepatnya." Dokter Brian berseru, sambil berlari-lari menyongsong Jalu. "Ada keadaan mendesak yang—" "Saya paham, Dok," potong Jalu segera. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" "Ah, itu—" "Ayah!" seru Angel. Dia menarik-narik tangan Ayahnya dengan panik. "Ayah! Ada apa dengan Kak Erin? Kenapa sekarang Kak Erin dipindahkan ke ruang ICU? Lalu, kenapa aku tidak boleh masuk dan melihatnya?" "Angel, tenang dulu. Tenang ya, Nak." "Tapi, Ayah—" "Maaf karena saya menye

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status