Share

Bab 07 • 10 Menit

Sebenarnya, video semacam apa yang dilihat oleh Raka?

Dalam rekaman video tersebut, terlihat bagian dada seorang perempuan. Dada tersebut tampak begitu montok serta mulus, dengan kulit yang berwarna putih bersih. 

Mulanya, rekaman video fokus ke seuntai kalung dengan liontin safir Ceylon, yang kini melingkari sebuah leher jenjang. 

Di dalam video, terlihat ujung jari yang lentik bergerak menyusuri untaian kalung. Sejalan dengan gerakan jari tersebut, maka rekaman video pun semakin turun, turun, dan terus turun. 

Adegan berikutnya malah membuat Raka sampai harus mengertakkan rahang kuat-kuat. 

Satu. Dua. Tiga. Total ada tiga kancing kemeja yang dilepas dengan gerakan perlahan dan sensual.

Raka bisa melihat permukaan dada yang terlihat begitu montok dan menggiurkan. Milik Raka di bawah pun semakin sesak saja rasanya. Apalagi sewaktu terdengar sebuah suara yang mendesah memanggilnya. 

"Honey, bagaimana menurutmu? Apakah kamu suka?"

Itu adalah suara Angel. Raka jelas tidak mungkin keliru mengenali nada bicara kekasihnya yang manja. 

Dia tahu, bahwa yang Angel maksudkan dalam pertanyaan tersebut adalah soal seuntai kalung seharga satu rumah yang kini melingkar di lehernya. Namun sayangnya, perhatian Raka justru mengarah ke hal yang lain.

Dada yang begitu kenyal itu, ingin sekali Raka meremas lalu mencumbunya habis-habisan. 

"Ah, sial! Baby, kamu membuatku on siang-siang begini," ujarnya, sembari menyerah napas kasar. "Sial! Sial! Jam berapa ini? Aku ingin bisa segera bertemu dengan Angel."

Rupanya kali ini semesta sedang berbaik hati terhadap Raka. Sebab, tidak lama kemudian ponselnya kembali bergetar dan ada sebuah pesan lain yang masuk. 

Pesan dari Angel. Kekasihnya itu kini mengiriminya sebuah foto. 

"Oh, God! Baby, kamu benar-benar menyiksaku," bisik Raka, dengan nada sedikit mengeluh, tapi lebih cenderung semakin bergairah. "Kalau begini, aku bisa benar-benar gila padamu."

Mata lelaki itu lekat memandangi foto Angel yang tengah ber-selfie dengan setengah menggigit bibir. Namun bagi Raka, pandangan perempuan itu benar-benar terlihat begitu menggoda.

Semua itu, masih ditambahi lagi dengan sebuah pesan singkat yang juga turut dikirimkan. 

"Honey, aku kangen ...."

"Oh, Baby. Aku juga begitu merindukanmu." Raka balas berbisik mesra, seolah-olah saat ini ada Angel bersamanya. 

Lelaki itu tidak bisa lebih bahagia lagi, ketika akhirnya Angel meneleponnya. Bahkan belum mencapai dua kali deringan dan Raka sudah langsung menerima panggilan masuk tersebut dengan perasaan tidak sabar. 

"Baby ...," sapanya dengan suara yang sedikit terengah. "Hei."

"Raka, apakah kamu tidak ingin menemuiku?"

"Tentu saja ingin. Baby, aku bahkan sudah menelepon berulang kali untuk mengajakmu makan siang bersama, tapi—"

"Kalau begitu, aku mempunyai kabar baik untukmu."

Dahi Raka seketika mengernyit. Namun, dia memutuskan untuk menunggu Angel menyelesaikan ucapannya. 

"Sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju kantormu. Sepuluh menit lagi mungkin aku akan sampai. Kuharap kamu tidak keberatan soal ini."

Keberatan? Tentu saja tidak! 

Raka bahkan nyaris meloncat karena saking bahagianya. Kekasihnya akan datang. Jadi, dia harus menyambutnya dengan baik kan? 

"Baby, kenapa aku harus keberatan?" sahutnya bertanya, dengan senyuman yang begitu lebar. "Aku justru merasa senang dengan kedatanganmu. Nanti kita makan siang di dalam kantorku saja. Aku akan memesankan semua makanan dan minuman favoritmu, Baby. Bagaimana?"

Angel menyatakan persetujuannya dan mengakhiri panggilan telepon tidak terlalu lama kemudian. Sementara itu, selama beberapa menit Raka masih terus senyum-senyum sendiri. 

Makan siang bersama di dalam ruang kantornya, tentu merupakan alasan kosong semata. Sebab yang lelaki itu inginkan saat ini adalah bermesraan dengan Angel sepuasnya. 

"Oh, Baby. Siang hari ini pasti akan menjadi semakin panas," gumamnya.

Sepuluh menit. Hanya sepuluh menit lagi dan Angel akan sampai. 

Ya, ampun. Rasanya, Raka sudah tidak sabar lagi untuk menunggu kedatangan kekasihnya.

***

Sementara itu, Lidia menutup panggilan teleponnya yang tidak juga terjawab dengan sikap tidak sabar. 

Hatinya terasa kesal karena sejak tadi Raka tidak juga bisa dihubungi. Bahkan suaminya itu menolak panggilan teleponnya satu kali. 

"Apakah dia sangat sibuk? Mungkinkah Mas Raka sedang ada meeting, sampai-sampai tidak bisa menerima panggilan teleponku sebentar saja?"

Bergumam dan berpikir, Lidia menemukan kegelisahan dalam hatinya. Entah mengapa, tapi belakangan ini perasaannya selalu merasa tidak tenang. Seolah seperti ada sesuatu yang berbahaya yang sedang mengintai. 

"Maaf, Bu Lidia, tapi kita jadi pergi ke mana?" Suara supir pribadinya terdengar, menyela Lidia dari pikirannya sendiri. 

Melirik sekilas ke arah jam tangannya, Lidia menyadari bahwa sebentar lagi sudah tiba waktu untuk makan siang. Dia kembali berpikir dan mempertimbangkan. 

"Tadi Mas Raka pergi begitu pagi, bahkan sampai tidak sempat sarapan," bisiknya. "Padahal semalam kami habis bertengkar lagi dan pagi tadi aku malah masih mengomelinya. Pasti Mas Raka merasa sangat kesal. Jadi, tidak ada salahnya kan, kalau sekarang aku mengajaknya makan siang bersama? Lagi pula, aku juga ingin minta maaf atas sikapku."

Lidia sudah hendak menelepon Raka untuk memberi tahu soal rencananya tersebut, tapi kemudian dia berubah pikiran. 

"Ah, tidak. Lebih baik kalau aku tidak usah memberi tahu Mas Raka agar bisa menjadi kejutan," putusnya sembari tersenyum sendiri. "Mas Raka pasti akan senang menyambut kedatanganku."

Memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas tangan, Lidia lantas berkata, "Antarkan aku ke kantor Bapak, ya. Kalau bisa, tolong secepatnya."

Lelaki berusia tiga puluh tahunan yang menjadi supir pribadinya pun mengangguk. "Baik, Nyonya. Sepuluh menit lagi mungkin kita akan sampai di kantor Bapak."

Lidia mengangguk dan balas tersenyum. Perempuan itu menghela napas lega karena membayangkan bahwa sepuluh menit lagi dia akan bisa menemui suaminya dan hubungan mereka berdua pun bisa kembali mesra. 

Tidak perlu waktu yang terlalu lama, sampai kemudian sedan berwarna biru itu pun melaju.

***

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
berharap mesra
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
dendam ohhh dendam
goodnovel comment avatar
Yeni Erna
kira" ada dendam apa angel dengan raka dan lidya.... penisirin q thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status