Share

Bab 08 • Bimbang

Angel mengakhiri panggilan teleponnya dengan wajah puas. Dia lantas menoleh ke pramuniaga toko perhiasan du Franc yang kini bersamanya, di sebuah ruangan khusus pelanggan VIP. 

"Terima kasih karena sudah bersedia membantuku," ucapnya dengan ketulusan, mengamati pramuniaga yang sekarang sedang membersihkan kalung miliknya. "Tidak perlu dimasukkan ke kotak. Biar langsung aku pakai saja," imbuhnya. 

"Baik, Nona."

Dengan cekatan pramuniaga itu lantas membantu memasangkan kalung ke leher Angel, sementara perempuan cantik itu menyibakkan rambutnya.

"Saya juga berterima kasih atas uang tip yang sudah Anda berikan," ucap pramuniaga itu lagi, tersenyum senang saat mengingat tambahan dana yang lumayan banyak di rekeningnya. 

"Lupakan saja. Toh, itu karena kamu sudah bersedia membantuku untuk memakai kalungnya dan aku videokan seperti tadi. Jangan lupa." Angel memajukan tubuhnya dan menatap lekat-lekat ke mata pramuniaga tersebut. "Ini rahasia. Lagi pula, semisal terbongkar pun tidak akan menjadi masalah bagiku. Kekasihku paling-paling hanya menganggap bahwa ini semua hanya merupakan keisenganku belaka, tapi tentu saja hal tersebut tidak berlaku untuk dirimu."

Mengangkat sebelah alisnya, dengan nada penekanan yang halus, dia lantas menambahkan, "Kamu ... paham maksudku kan?"

Pramuniaga itu segera mengangguk dan tersenyum. "Tentu saja, Nona. Jangan khawatir. Lagi pula, apa sebenarnya yang sedang Anda bicarakan? Bukankah yang tadi mengenakan kalung lalu diambil rekamannya adalah Anda sendiri, bukan saya."

Angel tersenyum puas. Rupanya dia tidak salah memilih orang, sebab pramuniaga ini ternyata cukup cerdas. 

Tadi dia memang meminta tolong agar pramuniaga itu memakai kalung safir Ceylon yang sudah dia beli, lalu Angel-lah yang mengambil rekaman video dengan menggunakan ponselnya. Angel juga meminta agar pramuniaga itu membuka satu persatu kancing kemeja kerjanya, bahkan menyelipkan tangan masuk ke dalam bra. 

Tentu saja semua itu karena Angel ingin menggoda Raka, tapi tanpa mau repot menggunakan tubuhnya sendiri. Untuk itu, dia harus rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang lumayan banyak dari kantongnya. 

"Tidak masalah," gumamnya. "Toh, setelah ini aku akan menemui Raka dan bisa meminta agar dia mengisi kembali rekeningku, sebagai ganti semua uang yang sudah aku keluarkan hari ini. Nanti aku juga akan meminta kartu kredit lain dengan limit yang lebih besar. Kalau hanya satu milyar, ya, buat apa? Untuk membeli kalung ini saja tadi masih kurang kok."

Entah berapa banyak uang Raka yang sudah dia hamburkan hanya dalam satu hari ini. Angel bahkan tidak ingin repot-repot menghitung, apalagi memikirkannya. 

Dia lantas menghubungi supervisornya dan memberi tahu bahwa dia akan kembali sedikit terlambat karena harus melakukan kunjungan lapangan ke Sandira Enterprises. 

Hal yang Angel katakan tidak sepenuhnya bohong. Sebab dia memang akan pergi ke gedung kantor Sandira, meski tentu saja tujuan utamanya adalah untuk menemui Raka.

Masalah kontrak atau kerja sama apa pun, perempuan itu yakin bahwa Raka tidak akan menolak.

"Malah yang ada, Raka akan sangat senang hati apabila bisa memiliki kerja sama dengan CC." Angel sedikit menggerutu. "Selain karena CC sudah merupakan perusahaan multinasional, dengan begitu dia juga bisa memiliki banyak alasan untuk bisa bertemu denganku."

Di dalam mobil yang mengantarkannya ke gedung kantor Raka, Angel menggunakan kesempatan tersebut untuk memeriksa kembali riasannya.

Bukan hal yang perlu sebenarnya. Sebab, meski tipis, tapi riasannya sempurna.

Lipstik berwarna peach yang dia poleskan, membuat bibir seksinya semakin terlihat menggemaskan. Bagai buah persik yang segar dan ranum, sehingga bisa dipastikan kalau Raka nanti akan melumatnya habis-habisan. 

Mendadak, Angel terdiam selama sesaat.

Dia bukannya tidak bisa menebak apa yang akan lelaki itu lakukan bersamanya. Bukan hal yang terlalu sulit untuk bisa mengerti bahwa 'makan siang bersama di dalam kantor' hanyalah sebuah alasan, sebab kenyataannya nanti pasti tidak akan seperti itu. 

"Tidak apa-apa," bisiknya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Dia hanya akan menyentuhmu sedikit. Jadi, tidak apa-apa. Kamu pasti bisa, Angel. Kamu harus bisa."

Memikirkan bahwa Raka akan kembali menjamah tubuhnya memberi Angel perasaan tidak nyaman. Kalau bisa memilih, sungguh dia tidak akan sudi disentuh sedikit pun oleh lelaki itu. 

Namun sayangnya, tidak ada banyak pilihan yang dia miliki. 

"Aku akan menghancurkan mereka berdua." Lagi, perempuan cantik itu berbisik. "Setidaknya, kehancuran mereka nanti akan setara dengan semua usaha yang sudah aku lakukan."

Memejam, Angel lantas menarik napas dalam beberapa kali demi bisa menenangkan diri. Bagaimana pun dia tidak bisa lagi mundur sekarang. Tidak, sampai hal yang menjadi tujuannya tercapai.

Setelah itu dia mengambil botol parfum yang tadi baru saja dibeli, lalu menyemprotkannya ke area leher dan lengannya. Angel juga dengan sengaja melepaskan dua kancing atas kemejanya, agar kalung yang dia kenakan bisa lebih terekspos.

"Kita sudah sampai, Nona," ujar supir yang mengantarkannya.

Angel mengangguk, tapi dia tidak segera keluar dari mobil. Perempuan itu malah mengambil ponselnya dan menghubungi Raka. 

Dia sudah sampai, maka sudah sepantasnya kan, kalau lelaki itu datang menyambutnya?

"Kamu sudah cukup hidup dengan enak dan bersenang-senang selama ini, Raka. Jadi, sekarang adalah waktu bagimu untuk merasakan yang sebaliknya."

Dari balik kaca mobilnya, Angel bisa melihat Raka yang keluar dari lift dan langsung berjalan ke arahnya dengan bersemangat. Mengulum senyum, dia masih sempat bergumam, "Sori, Lidia, tapi siang ini suamimu akan bersenang-senang denganku."

Pintu mobilnya dibuka oleh Raka. Lelaki itu bahkan tidak merasa keberatan untuk berbuat seperti itu sekali pun. 

"Baby, aku sudah menunggumu sejak tadi."

Tersenyum, Angel sengaja menarik dasi Raka sehingga membuat lelaki itu menunduk. Mendekatkan bibirnya ke telinga Raka, dia masih sempat menggigit sekilas daun telinga lelaki itu sebelum kemudian membisikkan sesuatu.

Apa pun yang Angel bisikkan, entahlah. Hanya Raka yang tahu. Namun yang jelas, setelah terpaku selama beberapa detik, lelaki itu lantas menarik Angel keluar dari mobil.

Dia bahkan bisa dikata menyeret Angel melintasi lobi gedung dan mengabaikan sapaan dari para pegawai atau petugas keamanan berpapasan dengannya. 

Saat ini, satu-satunya hal yang ada di dalam pikirannya adalah membawa Angel ke ruang kantornya secepat mungkin.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
hahahaha hayoooo sinting kan kamu raka harus tahan tahan sesuatu yg udah tegangan tinggi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status