Share

Bab 06 • Pikiran Kotor Raka

Raka meremas rambutnya dengan frustrasi. 

Sejak tadi dia pusing memikirkan soal permintaan Angel. Lelaki itu sama sekali tidak mengerti, kenapa kekasihnya tiba-tiba saja meminta sebuah rumah? 

"Kalau sekedar rumah mewah, tidak masalah bagiku. Aku sanggup memberikan Angel rumah semewah apa pun yang dia minta."

Mengusap wajahnya dengan kasar, Raka memandang muram ke arah tumpukan pekerjaan di atas meja kerja.

"Namun masalahnya, Angel meminta rumah yang berada tepat di sebelah rumahku. Bagaimana kalau sampai gara-gara itu, Lidia akhirnya tahu soal hubunganku dengan Angel?"

Hubungan Raka dengan Angel memang belum berjalan terlalu lama. Mereka bahkan baru saling mengenal sembilan bulan lalu. Namun meski begitu, Raka benar-benar sudah jatuh hati terhadap perempuan itu. 

"Bagaimana kalau gara-gara aku tidak mengabulkan permintaannya ini lantas membuat Angel akan benar-benar marah, lalu memutuskan hubungan kami?"

Untuk ke sekian kalinya, Raka mondar-mandir dengan gelisah di dalam ruang kerjanya. Memikirkan soal kemungkinan kalau dia akan berpisah dengan Angel, membuat lelaki tampan itu begitu gusar. Dia bahkan sampai tidak bisa konsentrasi bekerja seharian ini. 

"Bagaimana kalau nanti ada lelaki lain yang mendekatinya? Bagaimana kalau akhirnya Angel malah memilih untuk bersama dengan lelaki itu dan meninggalkanku? Bahkan dulu aku pun sampai begitu kesulitan untuk bisa mendapatkan perhatiannya. Angel sangat cantik, sekaligus pintar. Pasti sudah ada banyak lelaki yang mengantre cintanya."

Sebagai tambahan, selain begitu seksi dan menggoda, Angel juga merupakan teman bicara yang menyenangkan dan bisa memahaminya. Kekasihnya itu benar-benar perempuan yang begitu sempurna di mata Raka. 

"Sial! Kalau saja Lidia bisa sedikit menirunya, pasti aku tidak akan berselingkuh," gerutunya. "Tapi lihat saja. Yang ada dia malah suka sekali mengomel tidak jelas. Dasar istri tidak berguna!"

Raka lantas duduk di tepi meja kerja dan memandangi fotonya bersama Lidia selama beberapa saat. Menghela napas kasar, lelaki itu lantas menjungkirkan pigura foto tersebut.

Bahkan sekedar melihat wajah Lidia di foto pun, rasanya malas. 

Sebagai gantinya, Raka malah mengeluarkan ponsel dan mulai membuka menu galerinya yang ternyata dipenuhi oleh-oleh foto Angel. 

"Baby," bisiknya mesra, mengelus-elus foto Angel yang tengah cemberut ke arah kamera. "Bahkan sekarang pun aku sudah merindukanmu. My Angel Baby, jangan marah terlalu lama denganku."

Ponselnya berdering lirih, pertanda ada sebuah pesan masuk. Itu adalah notifikasi dari rincian penggunaan kartu kreditnya. 

Raka segera membuka dan membacanya. Mengetahui bahwa pada siang hari ini kartu kreditnya telah digunakan bahkan sampai over limit, sama sekali tidak membuat Raka marah. Lelaki tampan itu sekarang justru tersenyum senang. 

Angel sudah bersedia memakai kartu kredit yang tadi pagi dia berikan, maka itu berarti kekasihnya sudah tidak terlalu marah lagi dengannya. Dana satu milyar lebih yang sudah dihabiskan kekasihnya, sama sekali bukan masalah besar bagi Raka. 

"Baguslah," gumamnya. Raka pun tersenyum semakin lebar ketika melihat bahwa kartu kreditnya juga digunakan untuk membayar sejumlah set lingerie bermerk, yang tentunya dengan harga yang tidak main-main. "Oh, Baby. Kamu benar-benar menggemaskan. Rasanya aku sudah tidak sabar ingin melihatmu memakai pakaian-pakaian dalam ini."

Sekedar membayangkan Angel yang hanya memakai lingerie, membuat Raka seketika merasa gerah. Lelaki itu lantas melonggarkan ikatan dasinya sambil berjalan ke arah jendela kantornya, dan menelepon Angel. 

"Baby, kenapa tidak diangkat?" gumam Raka lagi. Kali ini dia merasa sedikit khawatir kalau Angel ternyata masih marah dengannya. "Angkat teleponnya, Baby. Please."

Ada panggilan masuk lain yang menyela. Ternyata Lidia yang meneleponnya. Entah apa yang istrinya itu inginkan, Raka tidak tahu dan juga tidak peduli. Bahkan tanpa berpikir sedikit pun, lelaki itu segera menolak panggilan masuk dari Lidia dan kembali mencoba menghubungi Angel. 

Angel. Dia hanya ingin mendengarkan suara merdu kekasihnya itu. 

"Sepertinya bukan merupakan ide yang buruk, apabila aku mengajaknya makan siang bersama."

Melirik jam tangannya, Raka menyadari bahwa hanya kurang dua puluh menit sebelum waktu makan siang tiba.

"Baby. Angel. Ayolah, angkat teleponnya."

Raka nyaris saja memaki karena panggilan teleponnya yang ke sekian kali tidak juga Angel terima. Sampai kemudian, ponselnya bergetar dan ada sebuah chat yang masuk. 

Pesan dari Angel.

Dia sempat merasa heran karena ternyata Angel mengiriminya sebuah video. Tanpa berpikir panjang, lelaki itu segera memutar video tersebut. 

Detik berikutnya, Raka terpaksa menahan napas. 

Kalau itu hanya sebuah video biasa sih, masih tidak apa-apa. Namun masalahnya, miliknya di bawah sana seketika menegang setelah melihat video kiriman Angel. 

Sial! Angel benar-benar tahu bagaimana cara menggodanya. Kalau begini ceritanya, lalu bagaimana mungkin Raka tidak mencintai perempuan cantik itu? 

"Oh, Baby," bisiknya dengan bergairah, sembari menjilat bibir. "Kamu sungguh nakal."

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yeni Erna
deg deg kira" apa lidya bertemu dengan angel dikantor raka hmmm
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
hahahahaiiiiii keduluan si lidya ini yg sampai jdi si simpanan saat ini masih aman
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status