"Berikan aku rumah atau aku akan berhenti menjadi kekasihmu." "Tentu saja, Sayang. Itu bukan hal yang terlalu sul—" "Tepat di sebelah rumahmu." "Apa? Angel ... Baby .... Apa yang kamu kata—" "Aku ingin memiliki sebuah rumah yang bersebelahan dengan milik kalian. Rumah yang kamu tempati bersama ... istrimu." Bagi kebanyakan orang, Evangeline Callista mungkin tidak lebih dari sekedar seorang pelakor. Kehadirannya sebagai orang ketiga di dalam kehidupan rumah tangga Raka dan Lidia, terasa bagai duri dalam daging. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa Raka tergila-gila padanya. Namun, benarkah dia hanya seorang pelakor biasa? Bagaimana bila sebenarnya ada suatu alasan kuat yang sampai membuatnya menjadi seorang pelakor?
더 보기Raka berusaha menahan erangannya, tapi gagal.
Lelaki tampan itu mengerang ketika rambutnya diremas dengan gemas, dan menggeram sewaktu tubuhnya didorong hingga jatuh terlentang. "Baby." Suaranya terdengar serak. "Apa yang kamu lakukan?"
Pada saat ini di hadapannya telah ada sesosok makhluk paling cantik dan seksi yang pernah Raka temui. Dengan gerakan begitu sensual, perempuan itu mulai merayap dan menaiki tubuh Raka. Rambut panjangnya yang tergerai sedikit berantakan dan dahi yang dihiasi keringat justru menambah kesan seksi di mata Raka, membuatnya menggeram menahan gairah.
"Baby, jangan terlalu menyiksaku."
"Aku menginginkan rumah."
"Apa— Baby, apa yang—"
"Berikan aku rumah atau aku akan berhenti menjadi kekasihmu."
Raka menelan ludah dengan susah payah. Miliknya di bawah sana sudah begitu tegang dan berdenyut sakit karena harus tertahan di dalam celana bahannya. Napas Raka juga semakin menderu, ketika jemari lentik itu mulai menelusuri dada dan membuka satu persatu kancing kemeja kerjanya.
"Baby, please ...." Dengan suara yang nyaris memohon, Raka meraih pinggang ramping itu dan berusaha menariknya mendekat. Namun dengan lembut, perempuan yang kini menindihnya itu menahan. "Baby ...."
"Berikan aku rumah," ulang perempuan itu dengan suara mendesah yang terdengar begitu seksi, membuat Raka harus menggertakkan rahangnya kuat-kuat agar tidak lepas kendali. "Aku ingin memiliki sebuah rumah, Raka. Rumah yang sangat mewah, sehingga tidak akan ada yang berani menghinaku."
"Baby, memangnya siapa yang berani menghinamu, hm?"
"Berikan saja aku rumah, Raka. Beres."
"Tentu saja, Sayang. Itu bukan hal yang terlalu sulit bagi—"
"Tepat di sebelah rumahmu."
Raka seketika terdiam. Otaknya ternyata membutuhkan waktu lebih untuk berpikir. Namun sentuhan lembut serta ringan yang kini menyentuh ujung dadanya dan lantas bermain di sana secara bergantian, membuat Raka tidak bisa lagi berpikir jernih.
Dalam hati Raka memaki karena merasakan miliknya di bawah sana yang semakin tegang. Apalagi sekarang kekasihnya itu lantas memasang wajah cemberut, yang justru terlihat begitu menggemaskan.
"Apa? Angel ... Baby ... apa yang kamu katakan?"
"Baiklah kalau kamu tidak mau," ujar Angel sembari menjauhkan diri dari Raka. Dengan gerakan gesit, perempuan itu lantas merapikan kembali pakaian tidurnya yang tadi sudah sedikit berantakan karena ulah nakal Raka. "Jangan temui aku lagi. Mulai saat ini, hubungan kita put—"
"Oke, oke, Baby. Aku akan memberikan apa pun yang kamu inginkan." Raka menggeram. Dia bergegas menyusul perempuan yang kini berdiri dan memandangnya dengan tangan terlipat. "Aku serius. Baby, aku akan membelikanmu rumah mewah itu."
"Jangan lupa kalau rumah yang aku inginkan adalah rumah yang tepat di sebelah milikmu, Raka," ujar Angel lagi, berusaha menghindar ketika Raka ingin menyentuhnya kembali. "Aku ingin memiliki rumah yang bersebelahan dengan rumah kalian, rumah yang kamu tempati bersama dengan ... istrimu."
Deg!
Selama sesaat, ada jeda waktu ketika Raka kembali terdiam. Tubuh lelaki itu sedikit kaku, begitu pun dengan wajahnya yang memasang ekspresi tegang.
Namun, Angel kemudian meraih tengkuknya dan berbisik tepat di sebelah telinga Raka.
"Raka," bisiknya. "Aku ingin merasakan, bagaimana rasanya bila aku benar-benar menjadi milikmu. Apakah kamu tidak mengerti, betapa selama ini aku merasa tersiksa? Di sini akulah yang mendapat tudingan sebagai pelakor."
Raka tidak tega melihat wajah muram dan sedih di wajah kekasihnya itu. Angel memang hanya kekasih gelapnya, tapi dia begitu mencintai perempuan yang tengah bersamanya ini. Perasaan Raka terhadap Angel bahkan melebihi rasa cinta yang dia miliki terhadap Lidia, istrinya sendiri.
"Baby, kumohon. Jangan berwajah muram seperti ini." Meraih dagu Angel dan membuatnya mendongak, Raka benar-benar tidak sabar untuk bisa segera mengulum dan melumat sepasang bibir yang mengerucut dengan menggemaskan itu. "Kamu sama sekali tidak merebutku, sebab aku benar-benar mencintaimu, Baby. Sungguh. Lagi pula, bukankah tadi sudah kukatakan bahwa aku akan memberikan semua yang kamu mau? Hm?"
"Jadi?"
"Tapi ini bukanlah hal yang mudah untuk diputuskan dengan gegabah. Ah, begini saja. Baby, bagaimana kalau aku membelikanmu rumah di tempat lain? Aku bahkan akan membelikanmu sebuah rumah yang jauh lebih mewah daripada milikku. Bagaimana kalau ditambah dengan sebuah mobil mewah? Nanti kamu bisa memilihnya sesukamu, Baby."
Angel mendengus. Dengan kasar dia lantas mendorong Raka menjauh dan segera berbalik pergi. Meski sedang marah, tapi perempuan itu melenggang ke arah kamar mandi dengan gerakan yang begitu seksi dan menggoda.
"Pergilah," ujarnya, berhenti tepat sebelum memasuki kamar mandi dan menoleh ke arah Raka. "Aku tidak mau rumah lain, Raka. Aku juga tidak ingin mobil atau apa pun. Aku hanya ingin memiliki sebuah rumah mewah, yang berada tepat di sebelah rumahmu. Titik! Habis perkara!"
"Angel ... Baby ... Ayolah, jangan marah. Aku benar-benar mencintaimu, Baby ..., tapi tolong bersabarlah sebentar lagi-"
Ucapan Raka terputus karena pintu kamar mandi yang kini sudah ditutup dengan keras, bahkan nyaris menabrak ujung hidungnya. Rupanya, kekasihnya benar-benar marah. Mengacak-acak rambut, dia hanya sanggup mengeluarkan suara erangan bernada frustrasi.
Satu sisi dia ingin menuruti semua permintaan Angel, tapi Raka juga menyadari adanya risiko yang terlalu besar apabila dia mengabulkan permintaan kekasihnya kali ini.
"Oh, my Angel Baby. Kamu benar-benar membuatku resah."
Menghela napas kasar, Raka tengah berpikir keras.
Apa yang bisa dia lakukan agar bisa menyenangkan kembali hati kekasihnya?
***
Halo, Para pembaca. Kisah Adam dan Angel berakhir sampai di sini. Terima kasih atas kesediannya untuk mengikuti kisah ini dan mohon maaf karena sempat vakum cukup lama. Ada satu dan lain hal yang menjadi penyebab, termasuk masalah kesehatan. Semoga kita semua selalu sehat & bahagia, ya. Saya menyadari bahwa karya ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, komentar, masukan, dan saran dari Kakak sekalian sangat saya nanti dan hargai. Sampai bertemu di kisah yang lain. Apabila berkenan, silakan mampir di igeh saya: Rae_1243. Apabila ingin berhubungan melalui wa dengan saya, silakan dm saja. Sekali lagi, terima kasih. Salam sayang, ~Rae~
"Tahanan 2673, silakan ke sini."Lidia berjalan dengan kepala tertunduk. Setelah berada di penjara selama nyaris tiga tahun, kini dia sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, saat dia melihat siapa orang yang datang mengunjunginya."Kamu lagi. Bukankah sudah aku katakan, agar tidak mengunjungiku lagi? Tapi kenapa kamu masih juga datang terus?""Kak Lidia, ish! Jangan bersikap sekasar itu dong. Lihat, Raline jadi kaget.""Kamu juga sih, Lin. Kenapa membawa anak kecil ke penjara?""Memangnya, kenapa? Raline ini juga kan, keponakan Kakak. Lagi pula, nanti juga Kakak akan tinggal bersamanya kan?"Sejenak Lidia terdiam, lalu membuang muka. "Tidak perlu. Lupakan saja omonganmu tadi. Lagi pula, dia pasti malu karena mempunyai bibi mantan napi seperti aku ini.""Siapa bilang? Memangnya, Kakak berpikir aku akan membesarkan putriku seperti apa?""Tapi—""Tujuh tahun lagi Kakak akan bebas. Pada saat itu, aku dan Raline akan datang menjemput Kakak. Titik
Lima menit pertama Angel mengedarkan pandangan. Dia masih berusaha untuk menangkap, apa sebenarnya yang sedang terjadi.Ada Ayahnya, yang berdiri di sebelah Erin. Angel juga bisa melihat teman-teman Ayahnya, yang sebagian besar dulunya merupakan orang-orang yang salah jalan. Lalu juga ada beberapa rekan kerjanya yang dulu seperti Yasmin, Aldi, dan bahkan Pak Dimas. Kemudian Keynan serta Keke.Tidak ada terlalu banyak orang di sana, kemungkinan tidak lebih dari seratus orang. Namun, suasanya begitu meriah.Dekorasi yang ada memang mewah, tapi tidak berlebihan. Ribuan bunga yang menghiasi seluruh penjuru ruangan luas ini dan bahkan sampai menjuntai dari langit-langit, membuat Angel seolah tiba-tiba saja masuk ke sebuah negeri dongeng.Kemudian, kerlip-kerlip apa itu? Terlihat seolah ada jutaan permata yang bersembunyi di balik hiasan bunga.Bahkan sampai ada banyak kupu-kupu yang berterbangan kian kemari. Seekor kupu-kupu berwarna hijau toska kemudian terbang mendekat dan hinggap di at
Terdengar suara desahan dari sepasang bibir Angel.Perempuan itu lebih dalam menyandarkan punggung ke kursi tempatnya duduk, sembari melemparkan pandangan ke arah jendela yang ada di sampingnya. Angel mengamati hamparan awan putih mendominasi. Seketika pikirannya pun kembali melayang ke segala hal yang telah terjadi. Tidak terasa, waktu tiga tahun pun sudah berlalu. "Padahal, rasanya seperti baru kemarin," gumamnya, mendesah. "Tapi syukurlah, setidaknya aku tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang itu."Raka sudah divonis penjara seumur hidup. Dari kabar terakhir yang Angel dengar, lelaki itu terlibat dalam kerusuhan yang terjadi di dalam penjara sampai mengalami luka parah.Namun, ada kabar lain lagi yang lebih mengerikan. Angel mendengar bahwa Raka sampai harus kehilangan kejantanannya. Kejantanan milik lelaki itu rupanya mengalami luka dan infeksi yang didapat dari insiden kerusuhan, sehingga akhirnya terpaksa dipotong. "Ya, Tuhan." Angel berbisik. "Aku tidak bisa membayang
Raka berteriak marah. Sejak tadi dia terus menendang-nendang jeruji besi tempatnya ditahan dan baru berhenti ketika dibentak balik oleh petugas jaga. "Brengsek!" Dia mengumpat, segera setelah petugas jaga pergi. "Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa?"Lelaki itu meremas-remas rambut dengan frustrasi. Dia teringat kembali dengan kejadian yang dialaminya tiga hari lalu.Waktu itu dia baru saja hendak pulang kerja, sewaktu dua orang lelaki yang tidak dikenal datang. Napasnya seketika tercekat, saat salah satu dari mereka menunjukkan surat penangkapan untuknya. Rasanya benar-benar memalukan ketika dia digelandang keluar dari gedung perusahaannya sendiri. Ditambah lagi dengan pandangan para karyawan yang ada, membuat Raka begitu ingin mengubur dirinya sendiri kala itu. "Sialan! Padahal tinggal sedikit lagi semua rencanaku bisa beres." Dia menggerutu. "Tapi kenapa malah jadi begini?"Sekarang Raka benar-benar tidak bisa berkutik. Dia tidak dapat mengelak sewaktu polisi menemukan boto
"Angel, tunggu!" Mobil yang Jalu kendarai masih belum sepenuhnya berhenti, tapi Angel sudah langsung membuka pintu dan meloncat keluar. Perempuan itu seolah tidak ingin membuang waktu dan segera menyeberangi pelataran parkir. "Angel! Tunggu, Nak!" Jalu berseru percuma. Putrinya itu sekarang berlari memasuki rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun. Dengan menggerutu, Jalu berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lelaki itu pun segera berlari, menyusul ke arah putrinya. "Pak Jalu! Terima kasih karena sudah datang secepatnya." Dokter Brian berseru, sambil berlari-lari menyongsong Jalu. "Ada keadaan mendesak yang—" "Saya paham, Dok," potong Jalu segera. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" "Ah, itu—" "Ayah!" seru Angel. Dia menarik-narik tangan Ayahnya dengan panik. "Ayah! Ada apa dengan Kak Erin? Kenapa sekarang Kak Erin dipindahkan ke ruang ICU? Lalu, kenapa aku tidak boleh masuk dan melihatnya?" "Angel, tenang dulu. Tenang ya, Nak." "Tapi, Ayah—" "Maaf karena saya menye
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글