Share

Bab 10 • Kedatangan Lidia

Sementara itu, di dalam ruangan kantor Raka, hal yang sudah Nilam perkiraan memang benar-benar terjadi. 

Setelah tadi mengunci pintu ruangannya, bisa dikata kalau Raka melemparkan tubuh Angel begitu saja ke atas sofa. Dengan tidak sabar dia membuka simpul ikatan dasi dan cepat-cepat membuka kancing kemejanya.

"Baby," ujarnya, menatap bernafsu ke arah Angel yang justru hanya berbaring seolah sedang menunggunya. "Aku lapar dan aku membutuhkan tubuhmu sebagai makananku. Aku ingin memakanmu."

"Apa aku terlihat seperti hidangan yang menggiurkan, sampai-sampai kamu begitu menggila, Raka?"

"Kamu memang sudah membuatku gila, Baby. Jadi, jangan harap kalau aku akan melepaskanmu. Kamu milikku."

Angel sudah melepaskan sepatunya. Dia kini mengangkat sebelah kakinya, lalu mengarahkannya ke atas kepala Raka. Lelaki itu sama sekali tidak keberatan dan justru terlihat semakin bernafsu, saat kaki Angel yang berbalut stocking tipis sekarang sedang menelusuri wajahnya. 

Meraih kaki Angel, Raka lantas menciuminya. Mulai dari telapak kaki Angel, pergelangan, betis, lalu semakin merayap naik. Dia meninggalkan bekas ciuman basah di sepanjang stocking yang membalut kaki jenjang perempuan itu.

"Raka, akh!" Angel menengadah ketika ciuman Raka telah sampai di pahanya. Lelaki itu kini tidak hanya sekedar menciuminya, tapi juga menjilat serta menggigitnya ringan, sehingga membuat suara desahan Angel semakin sering terdengar. "Raka, hentikan."

Raka tersenyum. Dia merasa senang karena sudah berhasil memainkan gairah kekasihnya. Wajah Angel yang merah padam terlihat begitu menggemaskan baginya. 

"Baby," bisiknya, menyusupkan tangan ke dalam rok Angel. "Kamu sudah basah ternyata," sambungnya, meraba kain tipis dengan pinggiran berenda yang kini sudah begitu lembab. 

Angel melenguh ketika Raka kemudian bergerak menaiki tubuhnya. Lelaki itu membuka lebar kaki Angel dan memposisikan diri tepat di tengah-tengahnya. 

"Aku mencintaimu." Raka menyibakkan rambut Angel dan mengusap keringat di dahi perempuan itu. "Aku sangat mencintaimu, Baby."

Sekilas ada ekspresi aneh yang melintasi wajah Angel, tapi Raka sama sekali tidak menyadarinya.

Lelaki itu lalu menatap ke arah kalung yang kini melingkar di leher Angel. Raka mengelus-elus liontin safir Ceylon itu dan tersenyum.

"Cantik," bisiknya. "Segala sesuatu yang cantik, memang cocok untukmu, Baby."

Raka sudah semakin menunduk dan akan kembali mencium Angel, ketika telepon di atas meja kerjanya berbunyi. Dia berusaha untuk tidak mengacuhkan suara dering yang mengganggu itu, tapi dengan lembut Angel justru mendorong dadanya.

"Angkat saja dulu, Raka."

"Tapi, Baby. Aku sudah tidak sabar ingin segera menikmati tubuh—"

"Sebentar saja. Angkat teleponnya dulu, hm."

Lelaki tampan itu memasang ekspresi wajah tidak suka, tapi dia juga tidak lagi membantah ucapan Angel. Apa pun permintaan kekasihnya, sebisa mungkin Raka ingin mengabulkan semuanya. 

"Ada apa, Nilam?" tanyanya dengan nada kesal. "Bukankah tadi sudah kukatakan agar tidak menggangguku sedikit pun? Lalu sekarang, kenapa kamu malah berani-berani menelepon, ha?"

"Maafkan saya, Pak, tapi ada kabar penting yang perlu untuk segera saya sampaikan."

"Apa? Katakan cepat!"

"Istri Anda, Pak."

"Memangnya, kenapa dengan istriku? Bicara yang jelas, Nilam!"

"Petugas lobi tadi baru saja memberi tahu, Pak, bahwa bu Lidia baru saja datang. Istri Anda ada di sini dan sekarang sedang menuju ke ruang kantor Anda."

Raka seketika membeku mendengar kabar yang disampaikan oleh Nilam tersebut.

Mungkinkah kalau dia hanya salah dengar? Apa tadi katanya? Lidia ada di sini? 

"Gawat!" desis Raka. "Ini benar-benar gawat!"

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
takut ketahuan
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
ohhh lidia bagaimn klo kamu tinggalin aja suami kampet mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status