Share

Bab 09 • Aku Ingin Memakanmu

"Honey ... aku lapar. Aku ingin memakanmu."

Raka seketika menegang. Sekujur tubuhnya pun kini meremang sewaktu merasakan hembusan napas Angel di lehernya. 

"Baby," bisiknya dengan suara yang sudah terdengar parau. "Kamu benar-benar nakal."

Untung saja Angel masih sempat meraih sling bag-nya, sebab tidak lama kemudian Raka sudah langsung menariknya. Langkah lelaki itu begitu terburu-buru dan sama sekali tidak memedulikan pandangan heran para karyawannya. 

Tersenyum, Angel sudah bisa merasa wajar dengan reaksi orang-orang tersebut yang terus saja memandanginya. Tentu saja mereka heran dan bertanya-tanya, siapa perempuan yang sedang atasannya gandeng ini?

Senyumannya semakin lebar ketika memikirkan bahwa kabar mengenai kedatangannya ini akan bisa mencapai telinga Lidia. Rasanya dia tidak sabar menantikan hal tersebut. 

"Raka," panggilnya dengan suara manja, bertumpu di bahu kiri Raka dan berpura-pura handak jatuh sehingga lelaki itu segera menyambar pinggang Angel dan memeluknya.

Namun tentu saja, perempuan itu berpura-pura belaka.

Dengan gerakan cepat, Angel segera memanfaatkan hal tersebut dan mendaratkan ciuman di sudut bibir Raka, tepat sebelum pintu lift menutup. Melirik sekilas, dia tersenyum sewaktu melihat wajah terkejut dari para pegawai Raka.

Sayangnya, Angel tidak bisa terlalu lama menikmati saat-saatnya merasa puas. Sebab ketika lift mulai bergerak ke atas, Raka segera menariknya. Tanpa ampun lelaki itu segera melumat bibir Angel. Napasnya semakin memburu saat merasakan tangan Angel yang juga mulai menyentuhnya. 

"Aku akan memakanmu habis-habisan siang ini, Baby," bisiknya dengan suara yang sudah demikian serak. Menunduk, dia kini menghirup aroma di leher Angel dan segera menciuminya.

Namun sebelum Raka berhasil membuat tanda kepemilikan di lehernya, dengan halus Angel bergerak menjauh. Dia tidak terlalu suka memiliki tanda apa pun yang mungkin lelaki itu tinggalkan, tidak peduli di bagian tubuhnya yang mana pun. 

"Ada CCTV," bisiknya dengan suara merdu, berusaha agar Raka tidak mencurigai sikap enggannya. "Bagaimana kalau tindakan kita ini akan menjadi masalah? Aku tidak peduli dengan diriku, tapi aku khawatir denganmu, Raka. Aku tidak ingin kalau sampai terjadi sesuatu yang bisa menjelekkan nama baikmu."

Raka memandanginya selama beberapa saat. Tenggorokan lelaki itu terasa tercekat dan dia pun segera menarik Angel kembali ke dalam pelukannya. 

"Baby," bisiknya. "Ternyata kamu benar-benar mencintaiku. Bahkan sampai-sampai mencemaskanku seperti ini."

Satu. Dua. Tiga. Angel harus berhitung di dalam hati untuk beberapa detik, sebelum akhirnya sanggup menjawab.

"Tentu saja. Raka, apakah selama ini kamu masih meragukan perasaanku? Aku bahkan bersedia menjadi perempuan murahan demi bisa bersamamu."

"Baby, kamu bukan perempuan murahan. Bagiku, kamu adalah perempuan yang paling berharga."

"Bahkan bila dibandingkan dengan istrimu?"

"Tentu saja. Lidia tidak ada apa-apanya bila harus dibandingkan dengan dirimu. Dia mana pernah merasa khawatir atau memperhatikanku seperti kamu tadi."

Sebelah alis Angel menaik sewaktu mendengarnya.

Dia mungkin saja menjadi yang kedua, tapi yang jelas, perempuan yang menjadi prioritas nomor satu bagi lelaki ini adalah Angel. 

Angel tersenyum manis. Dia lalu mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Raka, menjinjit dan berusaha membuat wajah mereka sebisa mungkin sejajar, lalu berbisik tepat di depan bibir lelaki itu. 

"Kalau begitu, cium aku, Raka. Aku menginginkanmu."

"Aku milikmu, Baby."

Bahkan sewaktu pintu lift sudah terbuka pun, Raka masih belum menyudahi ciumannya. Baru ketika pintu lift nyaris menutup lagi, dengan cepat lelaki itu menekan tombol untuk menahan pintu lift dan menggandeng Angel. 

"Ayo, Baby. Nanti di dalam ruang kantorku kita bisa makan siang dengan tenang."

Raka dengan begitu tidak sabaran menariknya. Saat ini mereka telah berada di lantai lima belas, lantai yang memang dikhususkan menjadi kantor Raka dan beberapa ruang pertemuan sehingga tidak ada banyak pegawai yang berada di sini. 

"Batalkan semua sisa jadwalku hari ini," ucapnya dengan nada memerintah kepada sekretarisnya, sementara Raka sama sekali tidak memelankan langkahnya. "Jangan biarkan siapa pun untuk masuk ke ruanganku. Tidak, sampai aku sendiri yang memberikan ijin. Tidak peduli siapa pun itu. Mengerti?"

Tidak ada sahutan. Rupanya sekretaris itu, seorang perempuan muda dan juga cukup cantik, sangat terkejut dengan kedatangan Raka yang membawa perempuan yang jelas bukan istrinya.

Mengerling, Angel bisa membaca nama yang tercantum di emblem yang terpasang di dada kiri sekretaris tersebut. Nilam Maharani.

"Kenapa diam saja?" hardik Raka dengan nada tidak sabar.  Dia merasa kesal karena Nilam tidak juga menjawab ucapannya dan malah terpaku memandangi Angel. "Jawab, Nilam!"

Ah, sial! Apa sekretarisnya itu tidak tahu, kalau dia sudah tidak tahan ingin bisa segera bermesraan bersama Angel? 

Nilam mengangguk dan menjawab dengan cepat. "Mengerti, Pak."

"Dan jangan berpikiran macam-macam. Aku hanya akan melakukan sesi wawancara intensif, sambil makan siang dengannya. Jangan sampai berkata sembarangan yang sampai membuat kabar aneh-aneh tersebar, Nilam. Mengerti?"

"Ii—ya, Pak. Tentu saja. Jangan khawatir."

Angel masih sempat memandangnya dengan ekspresi wajah menggoda. Ulah perempuan cantik itu justru dengan jelas menyatakan bahwa dia dan Raka tidak mungkin hanya akan makan siang biasa.

Namun tentu saja, sejak awal Nilam juga tidak sebodoh itu. Tidak mungkin dia percaya mentah-mentah atas ucapan atasannya tadi. 

Seorang lelaki tampan seperti Raka, yang datang dengan membawa seorang perempuan yang secantik dan seseksi itu. Mereka kini berduaan saja di dalam ruang kantor yang terkunci dan kedap suara, bahkan tanpa ingin diganggu sedikit pun.

"Yah, kalau memang tidak terjadi apa pun di dalam sana," gumam Nilam, sembari melanjutkan lagi pekerjaannya. "Maka panggil aku ubur-ubur."

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aeris Park
Bengek banget kenapa jadi ubur-ubur wkwkwk .........
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
mantap lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status