Home / Romansa / PELAKOR BERKELAS / Bab 09 • Aku Ingin Memakanmu

Share

Bab 09 • Aku Ingin Memakanmu

Author: Rae_1243
last update Last Updated: 2022-06-28 21:02:06

"Honey ... aku lapar. Aku ingin memakanmu."

Raka seketika menegang. Sekujur tubuhnya pun kini meremang sewaktu merasakan hembusan napas Angel di lehernya. 

"Baby," bisiknya dengan suara yang sudah terdengar parau. "Kamu benar-benar nakal."

Untung saja Angel masih sempat meraih sling bag-nya, sebab tidak lama kemudian Raka sudah langsung menariknya. Langkah lelaki itu begitu terburu-buru dan sama sekali tidak memedulikan pandangan heran para karyawannya. 

Tersenyum, Angel sudah bisa merasa wajar dengan reaksi orang-orang tersebut yang terus saja memandanginya. Tentu saja mereka heran dan bertanya-tanya, siapa perempuan yang sedang atasannya gandeng ini?

Senyumannya semakin lebar ketika memikirkan bahwa kabar mengenai kedatangannya ini akan bisa mencapai telinga Lidia. Rasanya dia tidak sabar menantikan hal tersebut. 

"Raka," panggilnya dengan suara manja, bertumpu di bahu kiri Raka dan berpura-pura handak jatuh sehingga lelaki itu segera menyambar pinggang Angel dan memeluknya.

Namun tentu saja, perempuan itu berpura-pura belaka.

Dengan gerakan cepat, Angel segera memanfaatkan hal tersebut dan mendaratkan ciuman di sudut bibir Raka, tepat sebelum pintu lift menutup. Melirik sekilas, dia tersenyum sewaktu melihat wajah terkejut dari para pegawai Raka.

Sayangnya, Angel tidak bisa terlalu lama menikmati saat-saatnya merasa puas. Sebab ketika lift mulai bergerak ke atas, Raka segera menariknya. Tanpa ampun lelaki itu segera melumat bibir Angel. Napasnya semakin memburu saat merasakan tangan Angel yang juga mulai menyentuhnya. 

"Aku akan memakanmu habis-habisan siang ini, Baby," bisiknya dengan suara yang sudah demikian serak. Menunduk, dia kini menghirup aroma di leher Angel dan segera menciuminya.

Namun sebelum Raka berhasil membuat tanda kepemilikan di lehernya, dengan halus Angel bergerak menjauh. Dia tidak terlalu suka memiliki tanda apa pun yang mungkin lelaki itu tinggalkan, tidak peduli di bagian tubuhnya yang mana pun. 

"Ada CCTV," bisiknya dengan suara merdu, berusaha agar Raka tidak mencurigai sikap enggannya. "Bagaimana kalau tindakan kita ini akan menjadi masalah? Aku tidak peduli dengan diriku, tapi aku khawatir denganmu, Raka. Aku tidak ingin kalau sampai terjadi sesuatu yang bisa menjelekkan nama baikmu."

Raka memandanginya selama beberapa saat. Tenggorokan lelaki itu terasa tercekat dan dia pun segera menarik Angel kembali ke dalam pelukannya. 

"Baby," bisiknya. "Ternyata kamu benar-benar mencintaiku. Bahkan sampai-sampai mencemaskanku seperti ini."

Satu. Dua. Tiga. Angel harus berhitung di dalam hati untuk beberapa detik, sebelum akhirnya sanggup menjawab.

"Tentu saja. Raka, apakah selama ini kamu masih meragukan perasaanku? Aku bahkan bersedia menjadi perempuan murahan demi bisa bersamamu."

"Baby, kamu bukan perempuan murahan. Bagiku, kamu adalah perempuan yang paling berharga."

"Bahkan bila dibandingkan dengan istrimu?"

"Tentu saja. Lidia tidak ada apa-apanya bila harus dibandingkan dengan dirimu. Dia mana pernah merasa khawatir atau memperhatikanku seperti kamu tadi."

Sebelah alis Angel menaik sewaktu mendengarnya.

Dia mungkin saja menjadi yang kedua, tapi yang jelas, perempuan yang menjadi prioritas nomor satu bagi lelaki ini adalah Angel. 

Angel tersenyum manis. Dia lalu mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Raka, menjinjit dan berusaha membuat wajah mereka sebisa mungkin sejajar, lalu berbisik tepat di depan bibir lelaki itu. 

"Kalau begitu, cium aku, Raka. Aku menginginkanmu."

"Aku milikmu, Baby."

Bahkan sewaktu pintu lift sudah terbuka pun, Raka masih belum menyudahi ciumannya. Baru ketika pintu lift nyaris menutup lagi, dengan cepat lelaki itu menekan tombol untuk menahan pintu lift dan menggandeng Angel. 

"Ayo, Baby. Nanti di dalam ruang kantorku kita bisa makan siang dengan tenang."

Raka dengan begitu tidak sabaran menariknya. Saat ini mereka telah berada di lantai lima belas, lantai yang memang dikhususkan menjadi kantor Raka dan beberapa ruang pertemuan sehingga tidak ada banyak pegawai yang berada di sini. 

"Batalkan semua sisa jadwalku hari ini," ucapnya dengan nada memerintah kepada sekretarisnya, sementara Raka sama sekali tidak memelankan langkahnya. "Jangan biarkan siapa pun untuk masuk ke ruanganku. Tidak, sampai aku sendiri yang memberikan ijin. Tidak peduli siapa pun itu. Mengerti?"

Tidak ada sahutan. Rupanya sekretaris itu, seorang perempuan muda dan juga cukup cantik, sangat terkejut dengan kedatangan Raka yang membawa perempuan yang jelas bukan istrinya.

Mengerling, Angel bisa membaca nama yang tercantum di emblem yang terpasang di dada kiri sekretaris tersebut. Nilam Maharani.

"Kenapa diam saja?" hardik Raka dengan nada tidak sabar.  Dia merasa kesal karena Nilam tidak juga menjawab ucapannya dan malah terpaku memandangi Angel. "Jawab, Nilam!"

Ah, sial! Apa sekretarisnya itu tidak tahu, kalau dia sudah tidak tahan ingin bisa segera bermesraan bersama Angel? 

Nilam mengangguk dan menjawab dengan cepat. "Mengerti, Pak."

"Dan jangan berpikiran macam-macam. Aku hanya akan melakukan sesi wawancara intensif, sambil makan siang dengannya. Jangan sampai berkata sembarangan yang sampai membuat kabar aneh-aneh tersebar, Nilam. Mengerti?"

"Ii—ya, Pak. Tentu saja. Jangan khawatir."

Angel masih sempat memandangnya dengan ekspresi wajah menggoda. Ulah perempuan cantik itu justru dengan jelas menyatakan bahwa dia dan Raka tidak mungkin hanya akan makan siang biasa.

Namun tentu saja, sejak awal Nilam juga tidak sebodoh itu. Tidak mungkin dia percaya mentah-mentah atas ucapan atasannya tadi. 

Seorang lelaki tampan seperti Raka, yang datang dengan membawa seorang perempuan yang secantik dan seseksi itu. Mereka kini berduaan saja di dalam ruang kantor yang terkunci dan kedap suara, bahkan tanpa ingin diganggu sedikit pun.

"Yah, kalau memang tidak terjadi apa pun di dalam sana," gumam Nilam, sembari melanjutkan lagi pekerjaannya. "Maka panggil aku ubur-ubur."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Aeris Park
Bengek banget kenapa jadi ubur-ubur wkwkwk .........
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
mantap lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PELAKOR BERKELAS   Sampai Bertemu Lagi

    Halo, Para pembaca. Kisah Adam dan Angel berakhir sampai di sini. Terima kasih atas kesediannya untuk mengikuti kisah ini dan mohon maaf karena sempat vakum cukup lama. Ada satu dan lain hal yang menjadi penyebab, termasuk masalah kesehatan. Semoga kita semua selalu sehat & bahagia, ya. Saya menyadari bahwa karya ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, komentar, masukan, dan saran dari Kakak sekalian sangat saya nanti dan hargai. Sampai bertemu di kisah yang lain. Apabila berkenan, silakan mampir di igeh saya: Rae_1243. Apabila ingin berhubungan melalui wa dengan saya, silakan dm saja. Sekali lagi, terima kasih. Salam sayang, ~Rae~

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 159 • Bukanlah Sebuah Akhir

    "Tahanan 2673, silakan ke sini."Lidia berjalan dengan kepala tertunduk. Setelah berada di penjara selama nyaris tiga tahun, kini dia sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, saat dia melihat siapa orang yang datang mengunjunginya."Kamu lagi. Bukankah sudah aku katakan, agar tidak mengunjungiku lagi? Tapi kenapa kamu masih juga datang terus?""Kak Lidia, ish! Jangan bersikap sekasar itu dong. Lihat, Raline jadi kaget.""Kamu juga sih, Lin. Kenapa membawa anak kecil ke penjara?""Memangnya, kenapa? Raline ini juga kan, keponakan Kakak. Lagi pula, nanti juga Kakak akan tinggal bersamanya kan?"Sejenak Lidia terdiam, lalu membuang muka. "Tidak perlu. Lupakan saja omonganmu tadi. Lagi pula, dia pasti malu karena mempunyai bibi mantan napi seperti aku ini.""Siapa bilang? Memangnya, Kakak berpikir aku akan membesarkan putriku seperti apa?""Tapi—""Tujuh tahun lagi Kakak akan bebas. Pada saat itu, aku dan Raline akan datang menjemput Kakak. Titik

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 158 • Sebuah Awal yang Baru

    Lima menit pertama Angel mengedarkan pandangan. Dia masih berusaha untuk menangkap, apa sebenarnya yang sedang terjadi.Ada Ayahnya, yang berdiri di sebelah Erin. Angel juga bisa melihat teman-teman Ayahnya, yang sebagian besar dulunya merupakan orang-orang yang salah jalan. Lalu juga ada beberapa rekan kerjanya yang dulu seperti Yasmin, Aldi, dan bahkan Pak Dimas. Kemudian Keynan serta Keke.Tidak ada terlalu banyak orang di sana, kemungkinan tidak lebih dari seratus orang. Namun, suasanya begitu meriah.Dekorasi yang ada memang mewah, tapi tidak berlebihan. Ribuan bunga yang menghiasi seluruh penjuru ruangan luas ini dan bahkan sampai menjuntai dari langit-langit, membuat Angel seolah tiba-tiba saja masuk ke sebuah negeri dongeng.Kemudian, kerlip-kerlip apa itu? Terlihat seolah ada jutaan permata yang bersembunyi di balik hiasan bunga.Bahkan sampai ada banyak kupu-kupu yang berterbangan kian kemari. Seekor kupu-kupu berwarna hijau toska kemudian terbang mendekat dan hinggap di at

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 157 • Sebuah Kejutan

    Terdengar suara desahan dari sepasang bibir Angel.Perempuan itu lebih dalam menyandarkan punggung ke kursi tempatnya duduk, sembari melemparkan pandangan ke arah jendela yang ada di sampingnya. Angel mengamati hamparan awan putih mendominasi. Seketika pikirannya pun kembali melayang ke segala hal yang telah terjadi. Tidak terasa, waktu tiga tahun pun sudah berlalu. "Padahal, rasanya seperti baru kemarin," gumamnya, mendesah. "Tapi syukurlah, setidaknya aku tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang itu."Raka sudah divonis penjara seumur hidup. Dari kabar terakhir yang Angel dengar, lelaki itu terlibat dalam kerusuhan yang terjadi di dalam penjara sampai mengalami luka parah.Namun, ada kabar lain lagi yang lebih mengerikan. Angel mendengar bahwa Raka sampai harus kehilangan kejantanannya. Kejantanan milik lelaki itu rupanya mengalami luka dan infeksi yang didapat dari insiden kerusuhan, sehingga akhirnya terpaksa dipotong. "Ya, Tuhan." Angel berbisik. "Aku tidak bisa membayang

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 156 • Saat Persidangan

    Raka berteriak marah. Sejak tadi dia terus menendang-nendang jeruji besi tempatnya ditahan dan baru berhenti ketika dibentak balik oleh petugas jaga. "Brengsek!" Dia mengumpat, segera setelah petugas jaga pergi. "Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa?"Lelaki itu meremas-remas rambut dengan frustrasi. Dia teringat kembali dengan kejadian yang dialaminya tiga hari lalu.Waktu itu dia baru saja hendak pulang kerja, sewaktu dua orang lelaki yang tidak dikenal datang. Napasnya seketika tercekat, saat salah satu dari mereka menunjukkan surat penangkapan untuknya. Rasanya benar-benar memalukan ketika dia digelandang keluar dari gedung perusahaannya sendiri. Ditambah lagi dengan pandangan para karyawan yang ada, membuat Raka begitu ingin mengubur dirinya sendiri kala itu. "Sialan! Padahal tinggal sedikit lagi semua rencanaku bisa beres." Dia menggerutu. "Tapi kenapa malah jadi begini?"Sekarang Raka benar-benar tidak bisa berkutik. Dia tidak dapat mengelak sewaktu polisi menemukan boto

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 155 • Kemungkinan paling buruk

    "Angel, tunggu!" Mobil yang Jalu kendarai masih belum sepenuhnya berhenti, tapi Angel sudah langsung membuka pintu dan meloncat keluar. Perempuan itu seolah tidak ingin membuang waktu dan segera menyeberangi pelataran parkir. "Angel! Tunggu, Nak!" Jalu berseru percuma. Putrinya itu sekarang berlari memasuki rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun. Dengan menggerutu, Jalu berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lelaki itu pun segera berlari, menyusul ke arah putrinya. "Pak Jalu! Terima kasih karena sudah datang secepatnya." Dokter Brian berseru, sambil berlari-lari menyongsong Jalu. "Ada keadaan mendesak yang—" "Saya paham, Dok," potong Jalu segera. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" "Ah, itu—" "Ayah!" seru Angel. Dia menarik-narik tangan Ayahnya dengan panik. "Ayah! Ada apa dengan Kak Erin? Kenapa sekarang Kak Erin dipindahkan ke ruang ICU? Lalu, kenapa aku tidak boleh masuk dan melihatnya?" "Angel, tenang dulu. Tenang ya, Nak." "Tapi, Ayah—" "Maaf karena saya menye

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status