Sampai di lokasi hari masih cukup pagi. Udara masih segar, belum banyak asap kendaraan yang mengotorinya. Tak berapa lama kemudian di lokasi, sudah banyak yang datang. Mereka dari berbagai daerah dengan tujuan yang sama, tapi profesi berbeda-beda. Karena tuntutan aturan, mereka harus punya surat Registrasi di profesi masing-masing. Untuk mendapatkan surat tersebut mereka semua harus mengikuti uji kempetensi yang di adakan dan di nyatakan lulus. Untuk mencapai kelulusan tersebut bukan hal yang mudah. Banyak sekali diantara mereka yang harus mengulang lagi. Teman Rere juga ada yang mengulang. Lain dengan Rere, dia sebelumnya belum pernah mengikuti ujian ini. Jadi ini adalah ujian yang pertama dan semoga sukses.
Suasana betambah ramai dan mereka saling berkenalan satu sama lain. Rere segera menghubungi beberapa teman yang juga mengikuti kegiatan tersebu. Rere segera mencari dan menemui mereka. Setelah berkumpul bersama teman-teman, Rere segera mencari ruang yang akan di gunakan untuk mengerjakan soal nanti, di tanda peserta sudah ada nomornya. Rere segera mencari ruang tersebut dan segera masuk ke ruang itu. Di dalam sudah banyak teman yang menunggu waktu dengan duduk di tempat masing-masing. Ada juga yang masih mondar mandir terlihat cemas dengan apa yang akan di kerjakan nanti. Ada juga yang belajar sambil bembawa beberapa soal-soal yang di bawa mereka dari rumah. Rere segera duduk di kursi tepat sesuai dengan nomor yang ada di kartu pesertanya. Rere tidak membawa buku atau soal-soal untuk latihan. Dia hanya berdo’a dan mengandalkan pikirannya sendiri. Semoga dia nanti dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan bila waktunya di umumkan nanti, Rere dapat lulus dan tidak mengulang lagi.
Bel tanda masuk berbunyi, tanda segera di mulai acara. Semua peserta segera ke tempat masing masing. Tidak berapa lama petugas segera masuk sambil membawa soal-soal yang akan dibagi kan ke peserta dan harus di kerjakan. Sebelum mulai mengerjakan petugas membacakan peraturan dan tata tertib peserta dan di lanjutkan dengan do’a sebelum mengerjakan. Suasana ruangan hening. Semua peserta konsentrasi mengerjakan soalnya masing masing, Beberapa peserta di tegur panitia karena membuat suasana sedikit gaduh. Tak berapa lama ruangan hening kembali. Rere membaca dan mengerjakan butir demi butir soal yang ada di hadapannya. Beberapa soal membuat Rere bingung dan harus berpikir ekstra. Tapi alhamdulillah semua soal dapat dikerjakan Rere dengan baik. Dan Rere kini berdoa semoga nantinya tidak mengulang. Selesai mengerjakan soal.bel tanda waktu berbunyi dan semua peserta berhamburan keluar ruangan. Termasuk juga Rere. Dia segera mencari Juna yang setia menunggu dan mengantarkannya.
Setelah bertemu, Juna segera betanya tentang apa yang terjadi tadi di dalam ruangan tadi,” Bagaimana tadi di dalam, bisa mengerjakan soalnya, sulit atau tidak?”
Rere menjawab,” Soalnya lumayan susah, tapi aku optimis bisa dan semoga saja bisa lulus dan tidak perlu mengulang lagi”.
Mereka segera melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan pulang , Rere mengajak Juna untuk istirahat sejenak. Rere merasa cukup lelah dan Juna setuju. Mereka istirahat di bawah pohon rindang tempat istirahat para pengendara yang sedang letih. Di situ ada penjual es . Rere memutuskan istirahat di tempat tersebut sambil minum es, karena udara cukup panas. Juna setuju. Mereka istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
Siang hari cukup panas, udara kota cukup panas pula. Sepanjang jalan hanya panas yang terasa. Terdengar sayup sayup suara adzan tanda waktu dhuhur sudah tida, Rere dan Juna memutuskan untuk istirahat sambil sholat duhur di masjid yang berada di lokasi salah satu sembilan wali. Kebetulan makam tersebut mereka lewati. Rere ingin sholat di area pemakaman yang tempatnya harus menaiki tangga yang cukup tinggi untuk mencapai lokasi tersebut. Rere ingin melihat suasana pemakaman yang terkenal itu. Kebetulan sekarang lewat tempat tersebut sehingga Rere mengajak Juna untuk mampir di tempat tersebut dan Juna setuju.
Kendaraan yang mereka gunakan berjalan berlahan menyusuri jalan area pemakaman. Tibalah mereka di sebuah tempat seperti tempat parkir, Rere dan Juna bertanya pada seorang bapak-bapak yang ada di situ,”Maaf pak untuk ke pemakaman dan masjid parkirnya di sini ya Pak?’’.
‘’Masih ke sana pak, nanti ada tempat parkir khusus, silahkan lanjutkan perjalanan.” kata bapak tersebut sambil menunjuk kearah jalan menuju tempat yang dimaksud.
”Terima kasih Pak”, kata Juna.
Mereka melanjutkan perjalanan. Akhirnya, Rere dan Juna tiba di sebuah tempat parkir di sampingnya ada anak tangga yang cukup tinggi menuju atas.
Rere berkata,”Mungkin kita harus naik, untuk bisa sampai ke masjidnya?”,
”Kamu yakin mau naik?” kata Juna sambil berpikir dan melihat anak tangga yang ada di depannya.
Juna memikirkan keadaan Rere yang sedang hamil dengan perut yang cukup besar, harus menaiki tangga yang cukup tinggi dan keadaan yang pasti lelah karena perjalanan yang cukup jauh untuk ukuran ibu hamil.
Rere merasakan kekawatiran Juna dan berkata,”Iya, aku mau naik, aku cukup kuat, naiknya ya hati-hati, kan ada pegangannya di samping tangga,”
Juna mengangguk dan mereka segera naik..
Sampai di atas Rere dan Juna beristirahat sebentar kemudian dilanjutkan dengan sholat dhuhur di masjid tersebut. Selepas sholat, Juna memutuskan untuk istirahat sebentar, Rere setuju. Rere duduk di tempat tunggu yang disediakan sambil menikmati sejuknya udara di area masjid tersebut. Setelah itu mereka lanjutkan dengan jalan jalan di area tersebut, sambil melihat-lihat toko-toko di sepanjang jalan kecil. Memang kawasan ini sering di kunjungi pada peziarah dari berbagai wilayah di Indonesia. Untuk itulah Rere ingin mampir untuk melihat tempat tersebut dan ternyata cukup membuatnya senang.
Tak mungkin Rere melupakan menaiki anak tangga menuju masjid. Di samping kiri dan kanan tangga ada beberapa penjual dengan dagangan yang bermacam-macam. Sampai atas masih ada lagi penjual baju, tasbih dan cindera mata lain yang bisa di jumpai. Hari itu cukup banyak juga pengunjungnya. Rere dan Juna terus berjalan sambil menuruni anak tangga menuju tempat parkir kendaraan mereka, hingga sampai di bawah. Rere istirahat sebentar, kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalan pulang ke rumah.
Sepanjang perjalanan pulang mereka tak banya bercerita dan istirahat. Rere dan Juna ingin segera sampai di rumah agar bisa istirahat dengan tenang. Dan juga bisa bertemu dengan Indra. Tak lupa Rere membeli oleh oleh untuk Indra dan keluarganya di rumah.
Sampai rumah Rere segera mencari Indra yang masih bermain di rumah orang tuanya. Melihat Rere sudah pulang, terlihat Indra tersenyum, dan wajahnya bahagia. Indra segera memeluk Rere dan mengajak pulang kerumah. Rere segara pamit pulang kepada orang tuanya. Di rumah Indra bertanya oleh-oleh apa yang di beli Rere. Juna segera mengambil tas yang berisi oleh-oleh untuk Indra. Indra cukup senang layaknya anak kecil.
Keesokan harinya. Rere dan Juna aktifitas seperti biasa. Mereka berangkat ke kantor masing-masing. Setibanya di kantor Rere segera memberikan oleh-oleh yang telah di beli kemarin. Teman-teman Rere bertanya bagaimana tentang perjalanan kemarin. Waktu istirahat mereka berkumpul dan Rere mengatakan bahwa kemarian dia diantar oleh Juna. Soal yang di kerjakan cukup sulit, peserta juga cukup banyak dari berbagai wilayah. Tak lupa Rere bercerita naik tangga pada saat akan melaksanakan sholat dhuhur dengan menaiki tangga untuk menuju masjidnya. Teman- teman Rere membayngkan naik tangga yang cukup tinggi dengan keadaan perut Rere yang cukup besar.”Memang kamu itu nekat, perut sudah begitu besar, masih saja nekat naik tangga, kalau terjadi sesuatu gimana?”kata Rini yang sudah pernah kesana dan bisa membayangkan anak tangga yang di lewati Rere.Rere menjawab dengan tenang. ”Soalnya aku penasaran, tapi walau naik tangga cukup ti
Dunia baru dan hal baru, siapa takut. Udara di rumah Rere dan Juna cukup segar. Hal ini karena rumah mereka berada di sekitar sawah. Tanaman yang ada di sawah bisa membuat mata yang lelah menjadi segar. Bila pagi datang udara sejuk, tak banyak terdapat asap yang menjadikan polusi udara. Sekarang sawah sekitar rumah terdapat taanaman cabai. Para petani di desa sekarang sedang bertanam cabai, banyak di antara mereka yang berhasil menanam cabai dan dapat merubah keadaan ekonomi mereka. Orang tua Rere sendiri juga mempunyai sawah yang cukup luas, tapi sawah mereka tidak di tanami cabai. Ayah dan ibu Rere lebih senang bertanam padi dari pada cabai. Suatu hari Juna berniat untuk mencoba bertanam cabai di sawah orang tua Rere. Hal
Keesokan harinya, Juna pergi kesawah untuk melihat tanaman cabai. Ternyata sampai di sawah pak Said yang di beri tugas untuk bekerja di sawah belum datang, Juna berkata dalam hati, apakah setiap hari begini kerjanya pak Said, kalau tidak di kontrol tiap hari, jangan jangan tidak masuk kerja, tapi minta gaji utuh,kalau begini caranya bisa hancur nantinya. Tapi tak berapa lama pak Said datang dan segera menuju ke tengah sawah untuk menyiram tanaman cabai. Memang tanaman ini setiap hari disiram, apalagi sekarang musim kemarau. Sehingga membutuhkan perawatan yang lebih maksimal terutama untuk urusan air. Pak said segera bicara dengan Juna,” Pak mulai besuk ini sudah ada yang berbuah, tapi masih jarang, coba lihat pohonnya, pasti ada yang sudah mulai berbuah”.” Iya, ini kelihatannya mulai berbuah, semoga saja buahnya lebat dan harganya bisa mahal”,Juna segera berjalan mengelilingi sawah untuk melihat dan me
HARAPAN BARUSiang hari Juna segera mendapat kabar dari pak Said. Panen hari ini selesai dan telah diantar ke rumah Parlan. Hasil yang diperoleh 4kilogram panen pertama. Masalah harga belum ada kabar dan diusahakan sore Juna bertemu sendiri dengan Parlan.” Pak, penen sudah selesai mendapat 4kilogram dan sudah saya setor,”” Iya, nanti sore saya tanya sendiri ke sana, memangnya tidak langsung tahu harganya ya Pak?”“Iya pak, kalau untuk cabai memang begitu, harga baru di ketahui setelah barang tersebut di setor oleh pengepul, semua pengepul juga begitu, Pak,” Sore hari Juna segera ke rumah pak Parlan untuk menanyakan tentang panen cabai yang sudah di setor pak Said kepadanya. Sampai di rumah Parlan, Juna segera bertanya dan mendapat penjelasan tentang setoran dan harga.&
KECEWAHari hari selanjutnya, panen seperti biasa. Tiap dua hari atau tiga hari sekali panen tetap berlangsung,tapi hasilnya kini semakin menurun. Maklumlah sudah pengambilan yang ke sekian kalinya, tapi harga masih tetap tidak naik. Rere sedih bila ingat kalau modal yang di gunakan cukup banyak dan tidak bisa balik modal. Apalagi cara pembayaraannya masih menunggu hasil setoran pengepul. Hal ini cukup membuat Rere kebingungan, tapi Juna selalu menghibur dan menguatkan hati Rere. Juna selau mengajak berdo’a semoga ini adalah awal yang terbaik untuk keluarga mereka. Rere hanya pasrah dengan keadaan yang terjadi. Dalam hati dia berkata,’akankah hidupnya dan keluarga selalu dalam kekurangan dan kebingungan urusan ekonomi. Rere berdo’a dan mengharap yang terbaik yang di berikan Allah untuk keluarganya. Sampai akhirnya panen cabai di sawah selesai. Semua sudah habis di p
BULAN PENUH BERKAHMelepas rindu yang terpendam selama bartahun-tahun tentu sangat berkesan. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia. Pada bulan ini seluruh umat Islam melaksanakan puasa. Selain itu, banyak sekali kegiatan yang dilakukan untuk menambah pahala dan memuliakan bulan Ramadhan ini. Seperti halnya umat Islam yang lain, Rere, Juna dan seluruh keluarga juga melaksanakan ibadah puasa. Termasuk ayah dan ibu. Dari zaman dulu saat Rere masih kecil, Ibu dan Ayah selalu mengajarkan agar selalu menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan. Tak jarang setiap waktu sahur Ayah dan Ibu sering membangunkan Rere dan Juna. Pada waktu masih tinggal serumah, Rere selalu di bangunkan oleh Ibu atau Ayah untuk makan sahur bersama. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang. Walaupun Rere dan Juna sudah tidak tinggal ser
HARI KEMENANGAN Kesesokan harinya, Juna dan Rere berangkat kerja seperti biasa. Di tempat kerja pada waktu istirahat, kebetulan ada kabar dari atasan Juna bahwa akan ada pinjaman dari koperasi untuk para pegawai di hari raya. Dengan segera Juna mendaftarkan diri untuk dapat memperoleh pinjaman tersebut. Tidak hanya juna, beberapa teman Juna juga ikut ambil pinjaman tersebut. Ternyata hari raya membuat semua orang meningkat kebutuhannya. Sampai di rumah Juna segera memberi tahu Rere bahwa dia sudah mendaftarkan diri untuk mengambil pinjaman hari raya. Dengan harapan bisa dijadikan tambahan untuk kebutuhannya nanti. Rere cukup senang mendengar berita tersebut. Tak terasa romadhon hampir berlalu,tinggal beberapa hari lagi. Menurut cerita Ib
REUNI DI RUMAH IBU Seminggu kemudian tepat tanggal 1 Syawal. Hari raya umat islam di rayakan.Waktu lebaran tiba, semua bahagia. Silaturrahmi ke sanak famili di lakukan. Hari kemenangan bagi semua umat Islam yang ada di dunia. Begitu juga Rere dan keluarga. Semua bahagia. Rere dan Juna bersilaturrahmi ke sanak famili. Setelah semua di rasa cukup. Rere dan Juna berkumpul di rumah ibunya. Di rumah ibu masih ramai para tamu. Maklum saja, Ibu dan ayah Rere termasuk orang tua, jadi semua saudara masih mengunjungi beliau. Sampai beberapa hari, rumah ibu masih banyak tamu yang bersilaturrahmi. Suatu hari di rumah ibu di ruang keluarga, kita semua keluarga berkumpul dengan santai sambil menikmati hidangan yang masih ada dan minuman es yang cukup segar, semua keluarga berkumpul. Tidak lupa televisi tetap menyala, entah