Share

VI - TERHARU DAN BAHAGIA

Keesokan harinya. Rere dan Juna aktifitas seperti biasa. Mereka berangkat ke kantor masing-masing. Setibanya di kantor Rere segera memberikan oleh-oleh yang telah di beli kemarin. Teman-teman Rere bertanya bagaimana tentang perjalanan kemarin. Waktu istirahat mereka berkumpul dan Rere mengatakan bahwa kemarian dia diantar oleh Juna. Soal yang di kerjakan cukup sulit, peserta juga cukup banyak dari berbagai wilayah. Tak lupa Rere bercerita naik tangga pada saat akan melaksanakan sholat dhuhur dengan menaiki tangga untuk menuju masjidnya. Teman- teman Rere membayngkan naik tangga yang cukup tinggi dengan keadaan perut Rere yang cukup besar.

”Memang kamu itu nekat, perut sudah begitu besar, masih saja nekat naik tangga, kalau terjadi sesuatu gimana?”kata Rini yang sudah pernah kesana dan bisa membayangkan anak tangga yang di lewati Rere.

 Rere menjawab dengan tenang. ”Soalnya aku penasaran, tapi walau naik tangga cukup tinggi, tidak terasa kok, alhamdulillah, aman dan selamat”.

Begitulah hari-hari Rere selanjutnya. Tak lupa Rere selalu berdo’a semoga soal yang di kerjakan kemarin bisa membuahkan nilai yang baik. Dan Rere tak perlu mengulang lagi. Aktifitas sehari-hari juga masih berjalan seperti biasa. Rere belum ambil cuti untuk kelahiran anaknya.  Rere ingin waktu cuti nanti di ambil tepat waktu tiga bulan mulai anaknya lahir.

            Hari ini hari libur, baik Rere maupun Juna. Tak terasa sudah sembilan bulan usia kehamilannya. Rere bermaksud mengajak Juna ke kota untuk membeli perlengkapan bayi, bila suatu saat nanti lahir, mengingat sudah usia kehamilan sembilan bulan. Juna setuju. Setelah semua urusan rumah beres, Rere dan Juna berangkat ke kota untuk membeli barang persiapan menyambut anak yang kedua ini, Rere segera memilih perlengkapan bayi, mulai baju, popok, gendong, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil pemeriksaan USG bayi yang di kandung Rere kali ini adalah perempuan. Rere dan Juna cukup senang dan berdoa semoga bayi ini nanti lahir perempuan, dan lahir dengan selamat. Rere memilihkan perelengkapan yang cocok untuk bayi perempuan. Setelah semua di rasa cukup dan waktu juga sudah cukup siang, Rere dan Juna segera pulang. Mereka berencana bila ada keperluan bayi yang masih kurang, akan di belikan nanti dilain hari.

            Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Tak terasa sudah tinggal satu minggu masa kehamilan Rere dari perkiraan USG. Itu artinya seminggu lagi bayi yang di kandungnya akan lahir kedunia. Siang itu setelah pulang dari kantor masing-masing Rere dan Juna istirahat sambil berkata,

” Sepertinya nanti malam saya mau melahirkan, soalnya perut terasa mules-mules”.

Juna menjawab,” Masak sih, kalau mau melahirkan kok masih bisa aktifitas seperti biasa”, Kata Juna sambil memperhatikan Rere yang cukup tenang.

 Rere memang bisa menahan rasa nyeri saat kontraksi berlangsung. Bukan untuk disembunyikan dari Juna, tetapi memang Rere masih belum begitu terasa proses untuk melahirkan. Cuma Rere sudah tau dan merasakan bahwa nanti malam atau besuk bayi yang dikandung ini akan lahir.  Rere tahu Juna orang yang tidak tega bila ada yang sakit apalagi nanti dia tahu bahwa Rere mau melahirkan, malah Rere berpikir nanti Juna yang jadi perhatian. Soalnya pasti Juna stres menghadapi kelahiran anaknya yang kedua kenyataan ini terbalik. Seharusnya Rere yang bingung dan panik menghadapi kelahiran, tapi Rere tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Juna, seandainya mengetahui bahwa saat ini Rere sedang dalam keadaan proses persalinan, pasti Juna sudah bingung sendiri sehingga malah membuat Rere tidak tenang.

            Sampai waktu magrib, Rere masih menjalankan aktifitas seperti biasa, tapi rasa kontraksi diperutnya bertambah sering. Juna tak menyadari hal itu. Dia anggap Rere masih seperti biasa, tak menunjukkan rasa kesakitan atau suatu apa. Hingga malam menjelang, Rere masih mengantarkan Indra ke TPQ untuk belajar seperti biasa. Sampai Indra tidur setelah seharian bermain bersama teman-teman sebayanya. Rere segera menyiapkan sendiri perlengkapan yang nanti di gunakan untuk proses persalinanya.

Juna berkata,” Sudah persiapan semua, memangnya sudah terasa waktu untuk melahirkan ya?”

Rere menjawab dengan tenang,” Ini persiapan saja, siapa tahu nanti malam atau besuk pagi aku harus melahirkan, ntar siapa yang menyiapkan? kamu pasti tidak tahu,iya kan?”

Juna tersenyum dan membenarkan kata-kata Rere. Memang Juna tidak pernah tahu tentang urusan itu. Rere selalu membereskan urusannya sendiri. Kalaupun nanti minta tolong pada Juna pasti tidak akan sesuai dengan apa yang di maksudkan Rere. Maka dari itu dia memutuskan untuk menyiapkan sendiri keperluannya.

            Hingga malam semakin larut Juna pamit untuk istirahat dulu. Rere setuju,sedangkan Rere sendiri belum mengantuk dan masih santai nonton televisi sambil merasakan perut yang semakin terasa nyeri. Rere mulai berjalan mondar mandir di dalam rumahnya. Bila nyeri bartambah Rere bernafas panjang untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dengan cara rileksasi. Hingga waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, Rere berniat membangunkan Juna. Juna terkejut saat Rere membangunkannya.

 Rere berkata,” Mas, bangun tolong antarkan aku, rasanya ini sudah waktunya untuk melahirkan”.

Rere berkata dengan tenang dengan harapan juna tidak cemas dengan keadaannya yang akan melahirkan. Sesekali Reremenghela nafas panjang bila terjadi kontraksi perut

 Juna bangun sambil terkejut dan segera telphon ibunya Rere untuk menunggu di rumah karena Indra masih tidur pulas. Juna berkata pada Rere seolah tidak percaya kalau Rere akan melahirkan, karena Rere masih berjalan seperti biasa tidak tampak rasa sakit yang sedang di rasakannya. Rere segera mengambil semua persiapan untuk di bawa ke klinik bersalin yang tidak jaun dari rumahnya. Juna malah tambah bingung sendiri, Rere malah tersenyum melihat Juna tampak kebingungan sambil bergurau,

” Aku yang mau melahirkan, kok malah kamu yang bingung”.

 Juna menjawab,” Berarti kamu semalam sudah tidak tidur?’’

Rere mengangangguk tanda setuju.Tak berapa lama orang tua Rere tiba akhirnya mereka berangkat ke klinik untuk proses persalinan.

            Sampai di klinik, Rere segera masuk, kebetulan dia sudah kenal baik dengan semua petugas di klinik tersebut, karena satu kantor dengan Rere. Segera dilakukan pemeriksaan dan sesuai perkiraan nanti sekitar dua jam lagi baru akan mulai proses persalinannya. Rere memilih untuk jalan- jalan dulu di lingkungan klinik sambil menumggu waktu persalinan. Rasa nyeri di perut semakin terasa.

Menjelang subuh ibu Rere menyusul ke klinik diantar ayah Rere. Sang ayah kembali karena Indra masih tidur di rumah. Tak berapa lama setelah adzan subuh, perut Rere semakin tampah nyeri, Rere memutuskan untuk tidur di kamar bersalin dan dilakukan pemeriksaan lagi. Ternyata waktu persalinan sudah bisa di mulai. Juna menunggu di luar dengan cemas. Memang Juna tidak pernah tahu proses kelahiran anaknya, termasuk dulu waktu Indra dilahirkan dan kini anak keduanya.

            Tak berapa lama terdengar suara tangis bayi dari ruangan tanda persalinan sudah selesai, Alhamdulillah berjalan lancar. Juna segera masuk ke ruangan dan bersyukur. Bayi lahir dengan selamat, seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik.menangis dengan keras. Rere juga selamat. Juna dan semua keluarga bahagia.

            Kabar kelahiran anak kedua mereka segera terdengan semua kerabat. Satu persatu mereka berkunjung ke klinik tempat dimana Rere malahirkan, semua keluarga bahagia. Teman-teman di kantor segera tahu, bahwa kini anak mereka telah lahir, seorang bayi perempuan. Lengkap sudah kini keluarga Rere dan Juna.  Kini mereka punya dua anak, laki-laki dan perempuan. Mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status