Share

PEMBALASAN DENDAM PELAKOR
PEMBALASAN DENDAM PELAKOR
Author: QUEEN NIS CA

PENGKHIANATAN

Seulas senyum terukir di wajah seorang wanita yang baru saja turun dari taksi di persimpangan jalan. Dengan membawa bekal di tangannya, dia berjalan menuju kantor tempat suaminya bekerja. Langkah demi langkah dia jalani dengan hati gembira.

"Mas Dion pasti suka dengan kebab yang kubuatkan," ucapnya seraya berjalan memasuki perusahaan tempat suaminya bekerja.

Sayangnya, senyum yang tadinya terukir indah di wajahnya berubah pudar tatkala melihat suaminya yang tengah bermesraan dengan wanita lain di dalam ruang kerjanya.

Pintu ruang kerjanya sedikit terbuka dan dari celah itu, dia tak sengaja mengintip perihal mengejutkan yang terjadi di dalam ruangan kerja suaminya. Betapa hancur hatinya ketika melihat suami yang sangat dicintainya tengah bercumbu mesra dengan wanita lain yang tampak jauh lebih muda darinya. Dia sengaja bersembunyi di balik pintu karena terlalu syok untuk menghadapinya.

Gea adalah istri sah Dion yang telah dinikahinya selama 10 tahun. Selama mereka menikah, Dion selalu bersikap baik kepadanya dan senantiasa menunjukkan kasih sayang yang begitu tulus terhadapnya dan keluarganya. Tak pernah terlintas dalam benaknya jika tipe suami yang begitu sempurna akhirnya berselingkuh dengan wanita lain.

Karena tak kuasa untuk menghadapinya, Gea sengaja berpura-pura tidak tahu dan menelephon Dion, "Halo, Mas. Kamu di mana?" Gea mencoba mengatur nada bicaranya agar terkesan lebih alami.

"Halo, Sayang. Aku di kantor. Memangnya ke mana lagi?" jawab Dion dari seberang telephon. Dia pun berusaha untuk tampak alami, seperti tidak ada hal mencurigakan yang tengah dia lakukan.

"Apa aku boleh ke sana? Aku ingin mengantarkan kebab kesukaanmu." Gea sengaja menguji Dion.

Mendengar hal itu, Dion segera memperbaiki posisi duduknya. Sementara wanita yang berada di pangkuannya dimintanya untuk bangkit.

"Emm ... Sayang. Nggak perlu repot-repot deh. Nanti kamu capek. Perjalanan ke kantorku kan lumayan jauh. Aku makan bareng di kantin aja sama temen kerja. Kamu istirahat di rumah aja, ya. Kalau gitu, aku lanjut kerja ya. Bye ... ."

"Mas, aku ... ." Belum sempat Gea melanjutkan perkataannya, Dion sudah menutup telephonnya. "Kamu bohong, Mas," gumamnya dengan rasa putus asa.

Hati Gea semakin hancur kala Dion sengaja membohonginya tanpa rasa bersalah. Perjalanannya ke kantor dengan membawa bekal demi suaminya menjadi sia-sia. Pada akhirnya, Gea terpaksa pulang dengan rasa sakit yang semakin mengiris-iris ke dalam daging tubuhnya.

Sementara Dion yang telah menutup telephon dari Gea pun langsung melanjutkan percumbuannya dengan wanita selingkuhannya yang berusia jauh lebih muda dari Gea. Ternyata yang dikatakan orang memang tidak pernah salah. Sampai kapan pun, seorang pria hanya menyukai gadis muda dan cantik. Tidak seperti Gea yang telah berumur kepala 4.

"Apa aku sudah tidak cantik lagi?" Gea mulai menyalahkan dirinya dan takdirnya. Menua adalah hal yang wajar, tetapi kenyataan selalu ingin dihajar.

Wanita yang berselingkuh dengan Dion adalah seorang karyawan magang yang berada di bawah bimbingan Dion. Karena tertarik dengan wajah tampannya, wanita yang bernama Elana sengaja menggodanya. Walaupun Elana pribadi sudah tahu jika Dion telah menikah dan memiliki seorang istri.

"Apa tadi itu istrimu?" tanya Elana kepada Dion sembari mengalungkan tangannya di leher Dion.

Kemudian, Dion mengangkat tubuh Elana dan mendudukkannya di atas meja kerjanya. Dia pun menjawab, "Benar, dia wanita tua yang kumaksud." Jawaban Dion sengaja menjelek-jelekkan Gea agar Elana merasa bahagia.

Elana tersenyum nakal ketika mendengar pria yang dicintainya menjelek-jelekkan istrinya sendiri.

"Ayolah ... Dia adalah istrimu," goda Elana dengan kesan mengejek Dion.

"Katakan saja kalau kau cemburu. Dia hanya wanita yang kunikahi, tapi kaulah wanita yang kucintai. Jangan khawatir, kau tetaplah pemenangnya." Dion merayu Elana dengan kata-kata termanisnya agar Elana percaya kepadanya.

Elana tersenyum, lalu mengecup bibir Dion. Kemudian, Dion membalas kecupan itu lebih agresif. Dion sangat ahli melakukannya, karena itulah Elana selalu merasa puas setiap kali berhubungan dengan Dion. Setelah beberapa lama mereka melakukannya, akhirnya mereka berhenti karena lelah.

Elana pun kembali membuka pembicaraan, "Jadi, kapan kau akan menceraikannya?" tanyanya.

Dion mengelus wajah Elana dan menjawab, "Setelah aku mengeruk habis semua hartanya. Kapan pun kau mau, pasti akan kulakukan," jawabnya sembari mencium lembut bibir Elana.

"Emh..., dasar nakal." Elana semakin menggodanya dengan mengeluarkan lenguhan-lenguhan seksi untuk membangkitkan birahi Dion.

Ketika Dion perlahan membuka kancing kemeja Elana, Elana sengaja menghentikan aksi Dion dan membuatnya semakin tersiksa.

"Ukh..., apa kau yakin ingin melakukannya di kantor?" godanya sembari memajukan dadanya hingga menyentuh dada bidang Dion.

Nafas Dion semakin memburu ketika dua buah bantal empuk itu menyentuhnya. "Akh .. Aku bisa gila. Aku tidak bisa menahannya lagi. Akan kubuat kau berteriak meminta ampun," cetus Dion.

Dion yang sudah tidak bisa menahan birahinya pun akhirnya mulai mengangkat rok mini yang dikenakan Elana. Ruangan Dion sengaja ditutup rapat agar siapa pun tak dapat melihat perbuatan memalukan yang mereka lakukan.

***

Sesampainya di rumah, Gea bahkan tak bisa luput dari omelan mertuanya yang sedikit pun tak pernah menyukainya. Mertuanya yang tak lain adalah ibu dari suaminya yang berselingkuh, selalu mencercanya dan mengatainya tak pernah benar dalam bekerja. Terkadang bahkan dia berkata telah menyesal menikahkan putranya dengan menantu kaya yang tidak bisa apa-apa.

"Dari mana saja kamu? Sudah tahu kerjaan numpuk di rumah, bisa-bisanya main keluar. Tidak masalah kalau tidak bisa menjadi menantu yang baik, tapi setidaknya harus menjadi istri dan ibu yang baik. Sudah jam segini, kenapa anakmu belum kau jemput?" Mertua Gea yang bernama Ida itu langsung mengomeli Gea dengan liur berhamburan mengenani wajah Gea setibanya dia di rumah.

"Bu, aku capek. Bisakah kau berhenti mengomel?" pinta Gea tanpa menatap wajah ibu mertuanya.

"Capek? Capek ngapain? Setiap hari cuma rebahan aja capek. Itu cucian piring, cucian baju masih numpuk. Rumah juga belum disapuin. Kamu sebenarnya bisa kerja nggak sih?" Ida semakin mengomeli Gea dengan nada tinggi.

"Diam! Aku capek banget. Kalau Ibu bisa, kerjain aja sendiri. Ngapain nyuruh orang?!" Gea kehilangan kontrol emosinya karena dia benar-benar lelah.

Sentakan dari Gea membuat Ida reflek terdiam. Dia tertegun karena baru kali ini Gea berani melawannya, bahkan sampai membentaknya. Sementara Gea pun mengambil kesempatan untuk berlalu pergi meninggalkannya.

"Eh, mau ke mana kamu? Saya belum selesai bicara. Dasar tidak sopan! Berani sekali kau membentakku!" Ida terus mengomel sendirian, bahkan ketika Gea tak mempedulikannya. "Awas saja kalau Dion pulang nanti. Akan kusuruh dia menceraikannya." Ucapan Ida terdengar jelas di telinga Gea.

Gea terus berjalan menuju kamarnya dan mengunci pintu rapat-rapat.

"Memang pantas dia adalah anaknya. Mereka sama-sama manusia terburuk. Dia tidak perlu menceraikanku, aku yang akan lebih dulu menceraikannya. Bajingan!" Gea menggerutu kesal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status