Tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa seorang tipe suami idaman seperti Dion akan berselingkuh darinya. Mengetahui suaminya telah mengkhianatinya, Gea pun berencana membalaskan dendamnya. Namun sebelum dia berhasil merencanakan semuanya, Dion dengan kejamnya meracuninya. Sayangnya, akhir hidup Gea belum berakhir sampai di situ saja. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Akankah Gea berhasil membalaskan dendamnya?
View MoreSeulas senyum terukir di wajah seorang wanita yang baru saja turun dari taksi di persimpangan jalan. Dengan membawa bekal di tangannya, dia berjalan menuju kantor tempat suaminya bekerja. Langkah demi langkah dia jalani dengan hati gembira.
"Mas Dion pasti suka dengan kebab yang kubuatkan," ucapnya seraya berjalan memasuki perusahaan tempat suaminya bekerja.Sayangnya, senyum yang tadinya terukir indah di wajahnya berubah pudar tatkala melihat suaminya yang tengah bermesraan dengan wanita lain di dalam ruang kerjanya.Pintu ruang kerjanya sedikit terbuka dan dari celah itu, dia tak sengaja mengintip perihal mengejutkan yang terjadi di dalam ruangan kerja suaminya. Betapa hancur hatinya ketika melihat suami yang sangat dicintainya tengah bercumbu mesra dengan wanita lain yang tampak jauh lebih muda darinya. Dia sengaja bersembunyi di balik pintu karena terlalu syok untuk menghadapinya.Gea adalah istri sah Dion yang telah dinikahinya selama 10 tahun. Selama mereka menikah, Dion selalu bersikap baik kepadanya dan senantiasa menunjukkan kasih sayang yang begitu tulus terhadapnya dan keluarganya. Tak pernah terlintas dalam benaknya jika tipe suami yang begitu sempurna akhirnya berselingkuh dengan wanita lain.Karena tak kuasa untuk menghadapinya, Gea sengaja berpura-pura tidak tahu dan menelephon Dion, "Halo, Mas. Kamu di mana?" Gea mencoba mengatur nada bicaranya agar terkesan lebih alami."Halo, Sayang. Aku di kantor. Memangnya ke mana lagi?" jawab Dion dari seberang telephon. Dia pun berusaha untuk tampak alami, seperti tidak ada hal mencurigakan yang tengah dia lakukan."Apa aku boleh ke sana? Aku ingin mengantarkan kebab kesukaanmu." Gea sengaja menguji Dion.Mendengar hal itu, Dion segera memperbaiki posisi duduknya. Sementara wanita yang berada di pangkuannya dimintanya untuk bangkit."Emm ... Sayang. Nggak perlu repot-repot deh. Nanti kamu capek. Perjalanan ke kantorku kan lumayan jauh. Aku makan bareng di kantin aja sama temen kerja. Kamu istirahat di rumah aja, ya. Kalau gitu, aku lanjut kerja ya. Bye ... .""Mas, aku ... ." Belum sempat Gea melanjutkan perkataannya, Dion sudah menutup telephonnya. "Kamu bohong, Mas," gumamnya dengan rasa putus asa.Hati Gea semakin hancur kala Dion sengaja membohonginya tanpa rasa bersalah. Perjalanannya ke kantor dengan membawa bekal demi suaminya menjadi sia-sia. Pada akhirnya, Gea terpaksa pulang dengan rasa sakit yang semakin mengiris-iris ke dalam daging tubuhnya.Sementara Dion yang telah menutup telephon dari Gea pun langsung melanjutkan percumbuannya dengan wanita selingkuhannya yang berusia jauh lebih muda dari Gea. Ternyata yang dikatakan orang memang tidak pernah salah. Sampai kapan pun, seorang pria hanya menyukai gadis muda dan cantik. Tidak seperti Gea yang telah berumur kepala 4."Apa aku sudah tidak cantik lagi?" Gea mulai menyalahkan dirinya dan takdirnya. Menua adalah hal yang wajar, tetapi kenyataan selalu ingin dihajar.Wanita yang berselingkuh dengan Dion adalah seorang karyawan magang yang berada di bawah bimbingan Dion. Karena tertarik dengan wajah tampannya, wanita yang bernama Elana sengaja menggodanya. Walaupun Elana pribadi sudah tahu jika Dion telah menikah dan memiliki seorang istri."Apa tadi itu istrimu?" tanya Elana kepada Dion sembari mengalungkan tangannya di leher Dion.Kemudian, Dion mengangkat tubuh Elana dan mendudukkannya di atas meja kerjanya. Dia pun menjawab, "Benar, dia wanita tua yang kumaksud." Jawaban Dion sengaja menjelek-jelekkan Gea agar Elana merasa bahagia.Elana tersenyum nakal ketika mendengar pria yang dicintainya menjelek-jelekkan istrinya sendiri."Ayolah ... Dia adalah istrimu," goda Elana dengan kesan mengejek Dion."Katakan saja kalau kau cemburu. Dia hanya wanita yang kunikahi, tapi kaulah wanita yang kucintai. Jangan khawatir, kau tetaplah pemenangnya." Dion merayu Elana dengan kata-kata termanisnya agar Elana percaya kepadanya.Elana tersenyum, lalu mengecup bibir Dion. Kemudian, Dion membalas kecupan itu lebih agresif. Dion sangat ahli melakukannya, karena itulah Elana selalu merasa puas setiap kali berhubungan dengan Dion. Setelah beberapa lama mereka melakukannya, akhirnya mereka berhenti karena lelah.Elana pun kembali membuka pembicaraan, "Jadi, kapan kau akan menceraikannya?" tanyanya.Dion mengelus wajah Elana dan menjawab, "Setelah aku mengeruk habis semua hartanya. Kapan pun kau mau, pasti akan kulakukan," jawabnya sembari mencium lembut bibir Elana."Emh..., dasar nakal." Elana semakin menggodanya dengan mengeluarkan lenguhan-lenguhan seksi untuk membangkitkan birahi Dion.Ketika Dion perlahan membuka kancing kemeja Elana, Elana sengaja menghentikan aksi Dion dan membuatnya semakin tersiksa."Ukh..., apa kau yakin ingin melakukannya di kantor?" godanya sembari memajukan dadanya hingga menyentuh dada bidang Dion.Nafas Dion semakin memburu ketika dua buah bantal empuk itu menyentuhnya. "Akh .. Aku bisa gila. Aku tidak bisa menahannya lagi. Akan kubuat kau berteriak meminta ampun," cetus Dion.Dion yang sudah tidak bisa menahan birahinya pun akhirnya mulai mengangkat rok mini yang dikenakan Elana. Ruangan Dion sengaja ditutup rapat agar siapa pun tak dapat melihat perbuatan memalukan yang mereka lakukan.***Sesampainya di rumah, Gea bahkan tak bisa luput dari omelan mertuanya yang sedikit pun tak pernah menyukainya. Mertuanya yang tak lain adalah ibu dari suaminya yang berselingkuh, selalu mencercanya dan mengatainya tak pernah benar dalam bekerja. Terkadang bahkan dia berkata telah menyesal menikahkan putranya dengan menantu kaya yang tidak bisa apa-apa."Dari mana saja kamu? Sudah tahu kerjaan numpuk di rumah, bisa-bisanya main keluar. Tidak masalah kalau tidak bisa menjadi menantu yang baik, tapi setidaknya harus menjadi istri dan ibu yang baik. Sudah jam segini, kenapa anakmu belum kau jemput?" Mertua Gea yang bernama Ida itu langsung mengomeli Gea dengan liur berhamburan mengenani wajah Gea setibanya dia di rumah."Bu, aku capek. Bisakah kau berhenti mengomel?" pinta Gea tanpa menatap wajah ibu mertuanya."Capek? Capek ngapain? Setiap hari cuma rebahan aja capek. Itu cucian piring, cucian baju masih numpuk. Rumah juga belum disapuin. Kamu sebenarnya bisa kerja nggak sih?" Ida semakin mengomeli Gea dengan nada tinggi."Diam! Aku capek banget. Kalau Ibu bisa, kerjain aja sendiri. Ngapain nyuruh orang?!" Gea kehilangan kontrol emosinya karena dia benar-benar lelah.Sentakan dari Gea membuat Ida reflek terdiam. Dia tertegun karena baru kali ini Gea berani melawannya, bahkan sampai membentaknya. Sementara Gea pun mengambil kesempatan untuk berlalu pergi meninggalkannya."Eh, mau ke mana kamu? Saya belum selesai bicara. Dasar tidak sopan! Berani sekali kau membentakku!" Ida terus mengomel sendirian, bahkan ketika Gea tak mempedulikannya. "Awas saja kalau Dion pulang nanti. Akan kusuruh dia menceraikannya." Ucapan Ida terdengar jelas di telinga Gea.Gea terus berjalan menuju kamarnya dan mengunci pintu rapat-rapat."Memang pantas dia adalah anaknya. Mereka sama-sama manusia terburuk. Dia tidak perlu menceraikanku, aku yang akan lebih dulu menceraikannya. Bajingan!" Gea menggerutu kesal."Apa itu sakit?" tanya Randi sembari mengoleskan obat di wajah Revista."Tidak, goresan kecil bukan apa-apa," jawabnya berusaha terlihat tegar."Pembohong besar. Kau tidak harus berkelahi dengan mereka. Aissh ... bodohnya. Aku memang tidak berguna. Harusnya aku yang menolongmu, malah kau yang menolongku." Randi menyalahkan dirinya. "Oh, ya. Sejak kapan kau belajar beladiri? sepertinya kau sangat hebat," tanyanya penasaran.'Tentu saja aku belajar saat menjadi Gea,' batinnya, "entahlah. Sudah cukup lama. Jika kau bersalah, bagaimana jika kau membantuku?" pintanya."Kau ingin meminta bantuanku? tentu saja aku akan menyetujuinya. Apa yang kauinginkan, katakan saja. Aku akan berusaha mewujudka. semuanya." Randi tampak sangat berinisatif."Ah ... itu ... ."Revista tiba-tiba melucuti pakaiannya di hadapan Randi, hingga reflek membuatnya memalingkan wajahnya karena malu. Namun, rasa penasarannya berontak, dan akhirnya netranya menilik ke arah Revista."Apa yang terjadi? apa mereka yang suda
Ketua geng yang bernama Zena, menjambak rambut Revista sembari menyeretnya ke gudang sekolah. Di dalam gudang itu sudah ada 3 orang laki-laki yang tengah menunggu di dalam sana. Kedua mata mereka membola tatkala melihat Zena tengah membawakan mangsa baru untuk mereka.Ketiga siswa laki-laki itu juga termasuk geng anak nakal. Geng motor jalanan yang senang menindas anak-anak lemah tak berdaya. Mereka sering tawuran dengan anak geng motor sekolah lain. Tidak sedikit pula dari mereka yang kerap mengancam dengan kekerasan, juga telah menghamili para siswi. Para siswi yang hamil itu terpaksa bunuh diri karena menahan rasa malu dan tidak berani mengatakan yang sejujurnya terhadap guru, termasuk orangtua mereka sendiri. Ketiga siswa itu bernama Egi, Wandi, dan Vino."Yuhu ... dapat mangsa dari mana lagi kamu, Zen?" ucap Wandi yang bersorak girang kala melihat Revista yang diseret menghadap mereka.'Apaan lagi ini? Nasibku sungguh sial. Bisa-bisanya jadi bahan bullyan para anak nakal ini,' ba
POV RevistaRasanya sekujur tubuhku sakit usai malam tadi. Apa lagi saat aku mengguyur tubuhku dengan air ketika mandi. Yah, ini sangat menyebalkan. Lagi-lagi aku harus berpura-pura menjadi siswi SMA dan berangkat ke sekolah.Untunglah luka dan memar di tubuhku di bagian dalam yang tak terlihat. Awwh, aku mengerang kesakitan setiap kali berjalanan. Aku tidak leluasa berjalan saat bagian tengah selangkanganku terasa sakit dan linu. Dion sialan itu memang pria bejat. Perlakuan kasarnya membuatku tak leluasa berjalan. Meskipun tubuh ini bukanlah milikku, tetapi orang yang dapat merasakan rasa sakit tetaplah aku. Ah, rasanya ingin membolos sekolah saja. Akan tetapi, berdiam di rumah pun tak ada gunanya. Justru telingaku akan panas jika terus mendengar ocehan mantan mertuaku yang tak henti mencari-cari kesalahanku."Eh, dasar anak kurang ajar!" cerca Ida.Nah, baru saja selesai ngomong. Manusia itu sudah memergokiku kala aku menuruni tangga rumah. Aku sengaja menulikan telingaku, seakan ta
Larut malam, Revista baru sampai di rumah. Rasanya sangat lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Ia ingin bergegas beristirahat dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Tatkala dia membuka pintu kamarnya, dia dikejutkan oleh Dion yang telah stand by menunggunya. Raut wajah Dion tampak buruk kala mamandang Revista. Dion tampak tidak senang dan menekuk wajahnya sembari melipat kedua lengannya."Kakak ipar, kau mengejutkanku. Kenapa kau bisa ada di ... .""Kau terlambat." Dion memotong ucapan Revista dengan nada bicara ketusnya. Tatapannya menggelap. Dion tampak menakutkan dengan ekspresinya saat ini. "Emm, Sayang. Apa kau marah?" Revista berusaha menggoda Dion agar kemarahannya mereda. Revista meliuk-liukkan tubuhnya seraya berjalan menghampiri Dion. Ia duduk di pangkuan Dion sembari menatapnya penuh dengan hasrat."Karena sudah terlambat, maka terima hukumanmu!" Dion menyeret lengan Revista dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur dengan cara kasar. Beruntung, Revista dilemparkan ke kas
Setelah dokter memeriksaku dengan benar, akhirnya aku pun berpamitan kepadanya untuk pulang. Awalnya dojter itu menyuruhku untuk menginap semalam. Akan tetapi, aku menolaknya dengan alasan tidak ingin membuat ibuku mengkhawatirkanku.Dokter tidak punya alasan lain untuk menolak permintaanku. Dokter pun mengizinkanku untuk pulang. Setelah itu dokter pun pergi dari ruangan.Beberapa saat kemudian, pria yang menolongku itu masuk. Aku pun segera menanyakan dimana pakaianku kepadanya. Namun dia menjawab bahwa pakaian sudah dibuangnya karena sudah tak layak pakai.Apa?Tidak layak pakai?Apa maksudnya bajuku itu jelek?Dia menghina cara berpakaianku?Aku pun hanya bisa mengernyitkan kedua alisku ketika mendengar perkataan dari pria itu. Lagian bisa-bisanya dia membuang pakaianku begitu saja tanpa izin dariku terlebih dahulu. "Ini. Kau bisa pakai ini!" ucap pria itu sembari memberiku sebuah tas belanja.Aku mengintip sedikit ke dalam tas belang itu. Aku masih ragu-ragu untuk menerima pember
"Apa kau tahu penyakit lain yang kau derita?" tanya dokter itu kepadaku."Ada apa denganku, Dok? Apa aku mengidap penyakit parah?" Revista bertanya balik dengan tatapan nanarnya. "Bukan penyakit serius, tapi tidak parah. Kulitmu rentan dengan air hujan. Ketika kau menyentuh air hujan, maka kau bisa langsung menggigil kedinginan dan seluruh tubuhmh akan dipenuhi ruam merah. Dan kemungkinan terburuknya, kau bisa koma selama beberapa lama, hingga ruam di tubuhmu menghilang sepenuhnya," jelasnya panjang lebar kepada doktor itu."Aneh sekali. Aku baru mendengar ada penyakit seperti itu. Apa itu artinya ... aku alergi air hujan?" tanya Revista penasaran.Revista tetap merasa tidak mengerti dengan penjelasan dokter mengenai penyakitnya aat itu. Bisa-bisanya ada manusia yang alergi air hujan. Apa yang dikatakan dokter itu benar?"Benar. Kau tidak boleh terkena air hujan." Dokter itu menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam otak Revista."Woah. Yang benar saja." Revista tak habis pikir dengan ke
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments