Home / Fantasi / PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM / Bab 37: Perpustakaan Kehendak Terlarang

Share

Bab 37: Perpustakaan Kehendak Terlarang

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-06-29 08:47:05

Setelah para Malaikat Langit mundur, langit tetap kelabu. Awan menggantung berat, seperti menyimpan luka yang enggan tertutup. Angin sepi, dan tanah yang dilalui Li Yuan retak halus seperti cermin yang dihantam kenyataan—tanda bahwa hukum dunia mulai goyah.

“Langit sudah menandaimu,” ujar Sihuan Mo pelan, nyaris seperti bisikan angin. “Waktunya mempercepat semuanya.”

Li Yuan menoleh cepat. Tatapannya tajam. “Apa maksudmu?”

Sihuan Mo mengangkat tangan. Di tengah telapak tangannya, muncul segel mata naga yang berkilau redup. Dalam satu helaan napas, segel itu runtuh jadi serpihan cahaya. Tanah di bawah kaki mereka bergetar, membentuk lubang spiral yang mengisap udara dingin.

“Perpustakaan Kehendak Terlarang,” katanya dengan nada berat. “Tempat segala pengetahuan yang pernah dihapus oleh langit, dikubur agar tak pernah ditemukan kembali.”

Yue Lian menggigit bibirnya, menatap lubang itu dengan mata waspada. “Tempat yang bahkan Dewa tak berani sentuh…”

Mereka turun perlahan melewati loro
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Suara yang Membelah Dunia

    – Cahaya dari Gerbang Keabadian belum benar-benar mereda ketika dunia di sekitarnya mulai bergetar. Li Yuan, dengan pedang yang masih meneteskan sisa cahaya biru, berdiri terpaku. Di hadapannya, bayangan Wu Xian semakin jelas—setengah tubuhnya tampak nyata, setengah lagi seperti kabut yang ditiup angin.“Aku… kembali?” suara Wu Xian bergetar, seolah ia sendiri tak yakin apakah yang ia rasakan itu nyata.“Wu Xian!” Seruan serempak dari para murid Jurang Naga Hitam membuat udara di sekitarnya bergetar lebih keras. Namun kegembiraan itu segera berubah jadi kegamangan—karena dari tubuh Wu Xian memancar dua jenis cahaya sekaligus: putih murni, dan merah hitam yang mirip dengan jurang kegelapan.Ayaka melangkah mendekat, suaranya pelan namun tegas.“Tidak… dia tidak kembali sepenuhnya. Dia masih terikat.”Li Yuan mengepalkan tangan di gagang pedangnya. “Terikat pada apa?”Wu Xian menunduk, seolah tak mampu menatap mereka lama-lama

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Kembali pada Bayangan Pertama

    Kabut merah darah masih menyelimuti ruang antara dua dunia ketika Li Yuan berdiri di atas puing-puing Gerbang Keabadian. Tubuhnya bergetar, bukan karena luka yang baru saja ia terima, melainkan karena suara-suara aneh yang kembali merayap dari kegelapan.“Bayangan pertama…” bisiknya lirih. “Semuanya berawal dari sana.”Wu Xian yang kini setengah jasad, setengah jiwa, memandang sahabatnya dengan tatapan sendu. “Kalau kau menelusuri bayangan itu, maka kau akan kembali pada saat ketika semua ini dimulai. Tapi ingat, Yuan… tidak semua yang dimulai bisa diakhiri dengan tanganmu sendiri.”Li Yuan mengepalkan pedang hitamnya. Aura jurang naga mendesis, seperti bisikan makhluk purba yang lapar. Di sekelilingnya, celah-celah waktu terbuka—memperlihatkan potongan masa lalu:dirinya saat pertama kali menemukan Jurang Naga Hitam,Wu Xian yang masih hidup dan tertawa di bawah pohon plum,para tetua sekte yang kini telah terhapus da

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Bayangan yang Menyusup ke Dalam Cahaya

    – Suara gemuruh tak henti-hentinya terdengar dari langit retak di atas Gerbang Keabadian. Cahaya keemasan yang sebelumnya menenangkan kini bergetar, seolah ada sesuatu yang berusaha menerobos masuk.Li Yuan berdiri di tepi jurang, pedangnya masih tertancap di tanah, tubuhnya dibanjiri peluh dan darah yang belum sempat mengering. Di sampingnya, Wu Xian—yang sudah kembali dalam wujud setengah cahaya, setengah bayangan—terlihat gelisah.“Li Yuan,” bisiknya lirih, “aku merasakan sesuatu… sesuatu yang asing telah menempel pada cahayaku. Aku… tidak yakin berapa lama lagi aku bisa bertahan.”Li Yuan menoleh, menatap sahabatnya itu dengan mata yang menyala penuh tekad. “Apapun itu, aku tidak akan membiarkanmu lenyap lagi. Kau baru saja kembali.”Namun sebelum Wu Xian bisa menjawab, langit meledak—DUUUMMM!—dan dari celah itu turun sebuah bayangan raksasa. Tubuhnya menyerupai manusia, tapi wajahnya rata, tanpa mata, tanpa hidung, tanpa mulut. Hany

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Keabadian yang Retak

    – Langit di atas Jurang Naga Hitam kembali bergetar. Retakan-retakan tipis seperti guratan kaca menyebar di antara awan gelap. Suara “kraaaak!” terdengar, seakan ada sesuatu dari dimensi lain yang memaksa masuk.Li Yuan berdiri dengan napas terengah, pedangnya meneteskan cahaya biru redup. Wu Xian yang tadi berhasil menutup retakan dengan nama dirinya, kini tampak goyah. Tubuhnya bergetar, sebagian wajahnya bahkan transparan, seperti asap yang bisa lenyap kapan saja.“Jangan… berhenti,” bisik Wu Xian, suaranya pecah seperti gema dari dasar sumur. “Jika aku hilang, maka Keabadian itu sendiri akan runtuh bersama namaku.”Yan Mei menggertakkan gigi. “Kau sudah terlalu jauh! Kau tak lagi manusia, Wu Xian. Apa yang kau kejar bahkan tak masuk akal!”Wu Xian tertawa getir. “Masuk akal atau tidak, siapa yang peduli? Ketika sejarah menghapus namamu, saat dunia menolak mengingatmu, apa lagi yang tersisa selain mengejar sesuatu yang abadi?”

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Perjamuan Sunyi di Atas Jurang

    – Angin malam berhembus membawa bau besi, seolah udara itu sendiri menyimpan bekas darah dari zaman purba. Li Yuan berdiri di tepi jurang yang terbentang luas di hadapannya. Jurang itu tak sekadar jurang: ia bagaikan mulut naga hitam purba yang siap melahap siapa pun yang mencoba menatap terlalu lama. Dari kedalamannya, terdengar bisikan lirih, seperti doa-doa patah yang dipanjatkan para jiwa yang dilupakan sejarah.Di atas jurang itu, berdirilah sebuah meja batu panjang dengan kursi-kursi kosong. Semuanya terbuat dari oniks yang berkilau redup di bawah cahaya bulan retak. Anehnya, di atas meja itu sudah tersedia hidangan: daging asap yang masih mengepulkan uap, mangkuk berisi anggur hitam, dan buah-buah yang tampak segar namun memancarkan aura busuk.“Ini…” Xu Jian menelan ludah, keringat dingin membasahi pelipisnya. “Apakah ini semacam jamuan untuk kita?”Wu Xian yang kini separuh nyata, separuh bayangan, menatap meja itu tanpa berkedip. “Bukan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Saat Jiwa-jiwa Terikat Menjadi Senjata

    Cahaya merah darah masih berputar di sekitar Gerbang Keabadian. Nama-nama yang pernah dihapus dari dunia menggema, seperti mantra yang menggetarkan tulang. Li Yuan berdiri dengan napas memburu, tangannya masih memegang pedang yang kini terasa lebih berat dari biasanya—seolah bilah itu tak hanya mengandung baja, melainkan juga beban jiwa-jiwa yang ingin bebas.Wu Xian menatapnya dari balik kabut merah. Tubuhnya setengah nyata, setengah bayangan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya menggema seperti dua suara: satu lembut, satu penuh dendam.“Li Yuan, kau sudah melihatnya sendiri. Nama bisa menjadi senjata. Jiwa-jiwa yang terikat di sini haus akan kebebasan. Dan satu-satunya jalan keluar adalah mengikat mereka pada pedangmu… atau membiarkan mereka melahapmu.”Xu Mei melangkah maju, wajahnya pucat tapi matanya tajam. “Itu perangkap. Jika kita benar-benar membiarkan jiwa-jiwa itu masuk, mereka akan menguasai tubuh kita. Apa kau tidak melihat? Mereka han

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status