Bab 51: Dewa Murni Turun ke Dunia
Langit di atas dunia kultivasi mulai menunjukkan retakan.Garis-garis cahaya keemasan mengalir seperti sungai yang mengalir ke bawah dari celah dimensi. Di tengahnya, sesosok makhluk muncul perlahan, tubuhnya membentuk siluet manusia—tapi terlalu tinggi, terlalu sempurna untuk disebut manusia.Ia tidak memiliki wajah, namun dari balik “kepala”-nya, muncul cahaya berbentuk mahkota, memancarkan aura kekal.“Akhirnya... dunia ini cukup matang,” suara entitas itu mengalir tanpa mulut, masuk langsung ke dalam hati semua makhluk hidup.Orang-orang dari empat penjuru dunia terdiam. Kultivator tahap tinggi merasakan napas mereka dicekik. Binatang buas menjerit panik dan lari ke gua-gua terdalam. Langit Yun Tian pun goyah.Di puncak gunung terpencil, Li Yuan menghentikan latihan dalam.Feng Qiyan berlari mendekat, napas memburu. “Li Yuan! Celah langit muncul di empat titik! Ini bukan haBab 53: Sistem Ketiga dan Pilihan yang Tak TerucapLangit bergetar.Bumi menangis.Dan di tengah Pulau Kabut yang telah runtuh sebagian, Li Yuan berdiri dikelilingi pusaran energi hitam dan merah darah.Bola kristal hitam yang ia sentuh kini telah berubah wujud—menjadi sebuah intalasi simbolik: lima cincin melayang-layang, memutar pelan seperti roda takdir, dengan satu mata naga terpejam di tengahnya. “Sistem Ketiga…” gumam Feng Qiyan, suaranya serak oleh ketakutan dan kekaguman.Yue Lian menatap simbol itu dengan napas tersendat. “Itu bukan kutukan, bukan warisan… tapi bentuk keinginan dari kekosongan.”Li Yuan membuka mata.Matanya bukan lagi hitam, tapi gelap… seperti kehampaan itu sendiri. “Aku mengerti sekarang,” katanya, suaranya tenang namun menghantam kesadaran siapa pun yang mendengarnya. “Sistem Pertama: Peningkatan. Sistem Kedua: Kutukan. Tapi yang ini…”Ia mena
Bab 54: Tiga Pertanyaan dari Benda AsalBenda Asal berdiri di tengah Pulau Kabut, tubuhnya menjulang seperti gunung. Tak memiliki wajah, tak memiliki suara, namun kehadirannya memecahkan udara. Setiap langkahnya membuat langit mengerut dan bumi berdetak.Yue Lian mundur dua langkah, tubuhnya menggigil. “Makhluk itu bukan bagian dari dunia. Bahkan para dewa pun tak bisa menyentuhnya.”Feng Qiyan mencengkeram gulungan jimat di dadanya, tapi tahu jimat itu sia-sia. “Itu... sumber dari semua sistem. Sebelum Dewa Pertama menciptakan aturan, sebelum naga ada... dia sudah ada.”Li Yuan menatap raksasa itu, mata hitamnya memantulkan cahaya kabut. “Kalau begitu, biar aku bicara dengannya.”---Dunia berhenti.Benda Asal tak mengeluarkan suara, tapi pikirannya menembus langsung ke dalam batin Li Yuan. Waktunya tak bergerak, kabut berhenti, dan hanya ada satu suara... suara kesunyian itu sendiri.
Bab 52: Pulau Kabut dan Tanda AnomaliKabut pekat menyelimuti laut timur selama tiga hari penuh.Seluruh pelaut, bahkan mereka yang memiliki teknik penglihatan roh, kehilangan arah. Kompas spiritual berputar tanpa kendali. Udara asin terasa berat, seolah membawa bisikan dari masa silam.Di Menara Utara, seorang penjaga laut menggigil saat melihat peta kuno di tangannya bersinar merah.“Pulau Kabut muncul lagi...” bisiknya, lalu buru-buru membunyikan lonceng peringatan sembilan kali berturut-turut—sebuah kode kuno bahwa anomali tingkat asal telah bangkit.---Di sisi lain dunia, Li Yuan berdiri di pelabuhan tua. Angin laut menampar jubahnya, membawa bau kematian dan kehampaan.Yue Lian berdiri di belakangnya. “Kau yakin mau ke sana? Bahkan para tetua dunia takut menyebut namanya.”Li Yuan mengangguk pelan. “Dulu Dewa Murni menyebut kata anomali. Dan sekarang, sebuah pulau yang tak pernah ada dalam catatan sp
Bab 51: Dewa Murni Turun ke DuniaLangit di atas dunia kultivasi mulai menunjukkan retakan.Garis-garis cahaya keemasan mengalir seperti sungai yang mengalir ke bawah dari celah dimensi. Di tengahnya, sesosok makhluk muncul perlahan, tubuhnya membentuk siluet manusia—tapi terlalu tinggi, terlalu sempurna untuk disebut manusia.Ia tidak memiliki wajah, namun dari balik “kepala”-nya, muncul cahaya berbentuk mahkota, memancarkan aura kekal.“Akhirnya... dunia ini cukup matang,” suara entitas itu mengalir tanpa mulut, masuk langsung ke dalam hati semua makhluk hidup.Orang-orang dari empat penjuru dunia terdiam. Kultivator tahap tinggi merasakan napas mereka dicekik. Binatang buas menjerit panik dan lari ke gua-gua terdalam. Langit Yun Tian pun goyah.Di puncak gunung terpencil, Li Yuan menghentikan latihan dalam.Feng Qiyan berlari mendekat, napas memburu. “Li Yuan! Celah langit muncul di empat titik! Ini bukan ha
Bab 50: Surat yang Tak Pernah DibukaLi Yuan duduk di tepi tebing, menatap matahari pagi yang perlahan muncul dari balik pegunungan bersalju. Angin sejuk membelai wajahnya. Dunia baru ini... terasa asing dan damai sekaligus.Di belakangnya, Yue Lian mendekat sambil membawa gulungan tua, lusuh, tapi dijaga rapi dalam lapisan kain biru keperakan.“Aku menemukannya di antara barang-barang ayahmu... saat kau sedang bertarung di Kekosongan.”Li Yuan menoleh, menatap gulungan itu. Aura di sekelilingnya berbeda. Tak seperti warisan atau teknik. Lebih... personal.“Surat?”Yue Lian mengangguk. “Dari ayahmu. Tapi gulungan ini hanya bisa dibuka setelah kutukan naga dihancurkan.”Li Yuan menerima gulungan itu dengan hati-hati. Simbol naga merah darah terpampang di segelnya.Dengan satu napas dalam, ia membuka surat itu perlahan.---Tulisan tangan kasar, tapi kuat. Ada bekas darah yang mengering di u
Bab 49: Bayangan DewaKegelapan mengelilingi Li Yuan.Di hadapannya, duduk sosok raksasa bersayap dengan tubuh yang nyaris identik dengannya. Wajahnya menyerupai Li Yuan, tapi mata merah darahnya memancarkan kegilaan.Ia terikat pada takhta hitam oleh rantai tak terlihat. Tapi meski terbelenggu, tekanan auranya membuat udara di sekitar membeku, seakan dunia sendiri takut padanya.Sosok itu berbicara, suaranya seperti gemuruh badai.“Aku adalah kau... bila kau memilih kekuatan tanpa batas, tapi membuang kemanusiaanmu.”Li Yuan menggenggam gagang pedangnya. “Kau… bagian dari sistem?”Bayangan itu tersenyum gelap. “Aku adalah hasil akhirnya. Aku adalah dewa naga sempurna. Tapi juga... budak kekosongan selamanya.”---Langkah Li Yuan bergema di kegelapan.“Aku tidak akan jadi seperti kau. Aku ingin dunia bebas, bukan tunduk pada sistem buatan.”Sosok itu