Share

Takhta di Ujung Waktu

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-10-09 08:44:18

Cahaya di sekeliling Li Yuan tidak seperti cahaya biasa.

Ia berdenyut perlahan, seperti jantung dunia yang berdetak di dalam kegelapan abadi.

Di bawah kakinya terbentang lautan cahaya keperakan—tenang, tapi setiap riak mengandung kenangan ribuan tahun yang berputar di dalamnya.

Serakthar berdiri di hadapannya, mengenakan jubah hitam panjang yang diikat dengan rantai emas tipis. Matanya tidak memiliki pupil, hanya pusaran biru yang menatap lurus ke dalam jiwa.

“Kau tahu di mana ini?” tanya Serakthar tanpa ekspresi.

Li Yuan menggeleng pelan. “Antara dua dunia, kau bilang tadi… Tapi kenapa aku masih bisa merasa hidup?”

“Karena kau belum mati. Tapi kau juga tak lagi hidup seperti sebelumnya.”

Suara Serakthar bergetar di udara, membentuk gema kecil di sekeliling lautan cahaya itu.

“Tempat ini disebut ‘Singgasana Awal’ — titik pertemuan antara waktu yang dimulai dan waktu yang berhenti.”

Li Yuan men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Anak Waktu dan Bayangan Pertama

    Langit Azhun-Ra berubah. Sejak peristiwa jam pasir berputar kembali, waktu tak lagi berjalan lurus. Pagi bisa berganti malam dalam sekejap, dan hujan turun dari arah bawah ke atas. Dunia sedang menata dirinya ulang, mencoba menyeimbangkan dua hal yang tak pernah bisa bersatu — ingatan dan bayangan.Rai Shen berdiri di puncak menara Yunsu, menatap ke bawah. Laut di bawah kota terapung itu berwarna perak, beriak seperti cermin yang memantulkan langit patah.Ia memejamkan mata, merasakan napas dunia di ujung jari.“Guru Wen Jue…” bisiknya lirih. “Aku bisa dengar mereka. Suara-suara yang lupa… mereka menangis.”Suara tua terdengar dari balik kabut waktu.“Bukan menangis, Rai. Itu gema dari masa depan yang belum terjadi.”Rai Shen membuka mata. Dari kabut itu, muncul Wen Jue — tubuhnya kini nyaris transparan, seperti roh yang menolak pergi. “Aku tak punya banyak waktu. Bayangan yang hilang… sudah mulai bangkit lagi.”“Bayanga

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Warisan dari Cahaya dan Bayangan

    Seribu tahun setelah Li Yuan larut menjadi cahaya, dunia Azhun-Ra menjadi damai. Laut tenang, gunung bernyanyi dalam kabut, dan naga-naga melayang di langit sebagai penjaga alam. Namun damai itu bukan tanpa bayangan.Di bawah kota terapung Yunsu, seorang anak laki-laki bermata abu-abu berdiri di tepi menara. Namanya Rai Shen, murid terakhir dari sekte Penjaga Waktu. Ia memandang langit, di mana bintang-bintang membentuk pola naga raksasa.“Guru selalu bilang,” katanya lirih, “setiap bintang di langit adalah kenangan seseorang. Tapi kenapa sebagian mulai padam?”Suara tua dari belakang menjawab, “Karena dunia mulai lupa lagi, anakku.”Rai Shen menoleh. Seorang lelaki renta dengan jubah hitam berdiri di sana — Wen Jue, masih hidup, namun tak lagi sepenuhnya manusia. Tubuhnya dikelilingi kabut waktu, matanya seperti kaca yang memantulkan masa lalu.“Li Yuan sudah pergi, Guru,” kata Rai Shen pelan. “Bukankah dunia seharusnya mengin

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Ketika Dunia Terbangun dari Mimpinya Sendiri

    – Cahaya putih itu bertahan lama. Begitu lama, hingga waktu sendiri seolah kehilangan arti. Tidak ada atas, tidak ada bawah, tidak ada suara. Hanya kesunyian yang terasa seperti napas dunia yang baru lahir.Lalu perlahan—sshhh—sebuah napas besar terdengar. Bukan dari manusia, melainkan dari dunia itu sendiri.Langit mulai merekah. Dari kegelapan, muncullah semburat ungu dan biru, seperti tinta yang meluas di air. Gunung-gunung terbentuk dari cahaya. Laut muncul dari butiran kabut. Angin mulai bergerak dengan arah yang pasti.Dan di tengah-tengah pusaran itu… Li Yuan berdiri.Ia terbatuk, tubuhnya separuh transparan. Bekas tebasannya terhadap Enlai meninggalkan luka di udara, tapi juga menulis sesuatu yang baru: aturan lahirnya dunia.Wu Xian muncul di belakangnya, tubuhnya masih diselimuti pecahan waktu.“Jadi… kita masih hidup?” katanya, menatap sekeliling dengan waspada.Li Yuan tersenyum samar. “Kita hidup… tapi mungkin bu

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Pusara Langit yang Tertulis dengan Cahaya

    Langit yang semula tenang kini bergemuruh hebat. Petir turun bukan ke tanah, tapi menembus langit itu sendiri, seolah dunia berusaha memperbaiki luka di jaring takdirnya.Li Yuan berdiri di tepi jurang besar yang memisahkan dunia lama dan dunia baru. Di bawah sana, pusaran energi naga berwarna biru tua berputar, membentuk lingkaran tak berujung.Wu Xian memandang ke bawah sambil menelan ludah. “Kalau kita jatuh ke sana, kau pikir kita masih bisa dilahirkan kembali?”Li Yuan hanya menatap jauh ke bawah, suaranya rendah tapi tegas.“Kalau jatuh ke sana, yang tersisa dari kita hanya nama… dan mungkin, doa.”Yara melangkah ke depan, matanya merah oleh kelelahan dan tekad.“Wen Jue, berapa lama lagi sebelum dunia baru ini benar-benar menyatu?”“Tidak pasti,” jawab Wen Jue, menatap kristal naga yang melayang di udara. “Dunia sedang menulis ulang dirinya. Tapi ada satu bagian yang belum pulih — Langit Ketujuh, tempat roh para

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Dunia Tanpa Bayangan

    Tiga bulan telah berlalu sejak langit terakhir kali bergemuruh.Dunia terasa aneh… bukan karena kehancuran, tapi karena ketenangan yang terlalu sempurna.Pohon tumbuh lebih cepat. Sungai mengalir jernih hingga dasar. Anak-anak lahir tanpa tangisan, seolah tidak mengenal rasa takut.Namun bagi Yara, semua itu terasa seperti ilusi yang terlalu indah untuk dipercaya.Ia berdiri di tepi Tebing Tirta, tempat ia dulu pertama kali melihat Li Yuan memanggil naga dari jurang. Kini tebing itu sunyi, hanya angin yang berputar tanpa bayangan.Wu Xian berjalan mendekat dari belakang, membawa gulungan tua di tangannya.“Setiap hari aku mencatat. Tapi setiap tulisan yang kubuat… hilang dalam semalam,” ujarnya datar.Yara menoleh cepat. “Maksudmu hilang bagaimana?”Wu Xian membuka gulungan itu.Kertasnya kosong.“Kalimat yang kutulis sore ini, tak ada lagi saat pagi datang. Seolah dunia menolak diingat.”W

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Takhta di Ujung Waktu

    Cahaya di sekeliling Li Yuan tidak seperti cahaya biasa.Ia berdenyut perlahan, seperti jantung dunia yang berdetak di dalam kegelapan abadi.Di bawah kakinya terbentang lautan cahaya keperakan—tenang, tapi setiap riak mengandung kenangan ribuan tahun yang berputar di dalamnya.Serakthar berdiri di hadapannya, mengenakan jubah hitam panjang yang diikat dengan rantai emas tipis. Matanya tidak memiliki pupil, hanya pusaran biru yang menatap lurus ke dalam jiwa.“Kau tahu di mana ini?” tanya Serakthar tanpa ekspresi.Li Yuan menggeleng pelan. “Antara dua dunia, kau bilang tadi… Tapi kenapa aku masih bisa merasa hidup?”“Karena kau belum mati. Tapi kau juga tak lagi hidup seperti sebelumnya.”Suara Serakthar bergetar di udara, membentuk gema kecil di sekeliling lautan cahaya itu.“Tempat ini disebut ‘Singgasana Awal’ — titik pertemuan antara waktu yang dimulai dan waktu yang berhenti.”Li Yuan men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status