Share

Kemiskinan yang hakiki

PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (15)

Aku nggak memberitahu tentang mimpi yang barusaja aku alami. Kenyataannya seakan nyata, tapi aku lebih memilih mengabaikan karena sama sekali nggak penting.

Ibu menghela nafas. ''Oh iya, Hilman. Ibu mau tanya, penceraian kalian gimana, apakah sudah diproses?''

''Belum, Bu.''

''Kenapa? Bukankah lebih cepat lebih baik?'' tanya Ibu heran.

''Aku nggak mau ngurusin penceraian, Bu. Karena Ibu tahu sendiri 'kan biaya pengacara serta pengadilan agama sangat mahal. Nanti saja kalau si Wulan sudah mengajukannya sendiri kan aku nggak perlu ngeluarin uang banyak.'' Aku menolak permintaan Ibu. Lagipula, aku nggak sudi ngeluarin uang untuk hal seperti itu. Bukankah laki-laki gampang menikah kembali nggak seperti perempuan?

''Ya sudah, terserah kamu saja Ibu hanya tanya,'' ujar Ibu.

***

''Apa kamu nggak salah beli rumah ini yang akan menjadi tempat tinggal kita?'' tanya Ibu heran.

Saat ini, kami tengah berada di depan rumah berlantai satu. Rumah ini namp
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status