Share

Tak Dianggap

Penulis: Khanna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 13:35:58

3

“Ma, di rumah, baru ada acara, ya? Terus, aku juga tidak melihat keberadaan Rindu. Ke mana dia?”

Wajar jika Dini tidak mengetahui kejadian di rumah. Perempuan berambut panjang itu baru pulang dari acara pesta yang diselenggarakan dari pagi hingga malam pukul sepuluh.

Dini merupakan anak Dewi dan Raden. Usianya tiga tahun lebih muda dari Rindu. Namun, ia enggan memanggil kakaknya dengan sebutan lebih sopan. Tak diajarkan pula oleh Dewi.

Raden berkabung selama dua tahun setelah istrinya melahirkan Rindu. Lalu, bertemu dengan Dewi yang begitu baik dan manis padanya. Tidak lama kemudian, Raden yakin untuk menikahi Dewi dan langsung hamil Dini.

Tentang Rindu, ia diasuh oleh baby sitter. Jarang sekali Raden menimangnya atau mengajak bermain. Ia memilih sibuk bekerja dan hanya memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dengan kasih sayang.

Beda ketika Dini lahir. Ia disayang dan mendapat perhatian lebih dari Raden. Ya, karena Raden juga teramat mencintai Dewi yang bisa menyembuhkan luka masa lalunya. Walau sampai detik ini, Raden tidak bisa melupakan istri pertamanya yang telah meninggal akibat melahirkan Rindu. Namanya Ningrum.

Raden sendiri seorang pegawai di salah satu kantor terkemuka di negara ini dengan jabatan yang mumpuni. Ia bisa memperkerjakan beberapa pembantu di rumahnya karena penghasilannya tiap bulan di atas rata-rata.

“Iya, Sayang. Rindu baru saja menikah dan dia diusir sama Ayah karena tidak mau menurut.”

“Apa, Ma? Rindu menikah? Sama siapa, Ma?”

Mata melebar seketika. Dini sangat tidak menyangka kalau hal itu bisa terjadi secepat ini dan tanpa sepengetahuannya juga.

“Sama Uka, pembantu kita. Lagian, dia ikut campur masalah Mama. Sekalian saja Mama ngomong sama Ayah, kalau Uka sangat mencintai Rindu. Ayah tentu saja percaya. Sebelumnya, Mama jatuh karena Rindu menepis Mama yang mau ambil gelangnya. Lumayan kalau dijual kan, Din. Tidak berguna juga. Ayah masih ingat terus sama istri pertamanya kalau melihat gelang itu. Jadi kesal kan, Din. Mama juga tidak kasih tahu kamu. Pernikahan Rindu sangat tidak penting sampai menyuruhmu harus pulang.”

Hanya ada mereka berdua di sana. Tepatnya di kamar Dini. Seperti biasa, Dewi sering masuk ke sana setelah Dini mempersilakan. Ya, karena ranah privasinya.

“Akhirnya, Ma. Setelah sekian lama, dia pergi juga dari rumah ini. Mama hebat banget sampai bisa membuat Rindu diusir sama Ayah. Padahal, selama ini, sebenci apa pun Ayah, masih saja mempertahankan Rindu.”

Bibir tersenyum miring. Tidak kalah sadis, Dini punya dendam yang menumpuk pada Rindu. Menurutnya, keberadaan Rindu hanya membuang-buang uang yang seharusnya untuknya semua.

“Tadi Ayah melihat Mama jatuh ke lantai lumayan keras, Din. Ini saja masih lumayan terasa sakitnya. Untung Ayah lihat. Kalau tidak, Mama makin kesal sama Rindu yang sudah bikin Mama merasakan sakit. Keberuntungan masih di pihak kita, Din. Walau Mama tidak bisa mendapatkan gelang itu, setidaknya Rindu sudah membawanya pergi. Ditambah, dia pasti hidup sengsara bersama Uka yang tidak tahu latar belakangnya seperti apa. Pasti orang miskin.”

“Iya, Ma. Walau Uka terlihat lumayan tampangnya, tetap saja akan menderita kalau tidak punya pekerjaan yang jelas dan pasti. Apalagi, selama ini Rindu hanya meminta uang sama Ayah. Dia pasti kaget karena harus banting tulang cari uang. Kita yang menang, Ma.”

“Tentu saja, Sayang. Warisan Ayah, seharusnya jatuh semua ke tanganmu. Tidak boleh sedikit pun untuk Rindu. Dia sudah cukup selama ini menjadi benalu di rumah kita.”

“Aku setuju banget, Ma. Mama memang hebat.”

“Mamamu ini pasti hebat dong, Sayang.” Bibir tersenyum miring.

***

Terdengar isak tangis yang tertahan. Udara terasa berat, seolah ikut merasakan kesedihan yang tak terucap. Bahunya bergetar pelan, meski tak ada suara keras yang keluar dari bibirnya. Hanya nafas yang tersendat-sendat dan matanya yang basah. Setiap tetes air mata jatuh perlahan, mengalir tanpa suara, namun beratnya terasa menusuk. Dalam diam, kesedihan itu bergema, tak perlu kata-kata untuk menyuarakan kepedihan yang mendalam.

“Mbak Rindu,” panggilan itu menyadarkan dari lamunannya.

Rindu yang meringkuk sambil menundukkan kepala, mengusapkan wajahnya ke lengan sebelum bertatap muka dengan Uka, orang yang tadi memanggilnya dengan lembut.

Mereka berdua yang sejak tadi menunggu sebuah jemputan, tidak saling bicara.

Rindu pun segan meski tidak memahami jemputan macam apa yang dimaksud oleh lelaki yang duduk di sebelahnya. Ditambah, Uka sibuk dengan ponselnya yang tampak lebih bagus darinya.

Karena itu, Rindu memilih menenggelamkan wajahnya dalam lengan yang ditopang dengkul yang meringkuk. Tak dimungkiri pula, kepedihan masih lekat menyelimutinya. Tak terpikir untuk memainkan ponselnya untuk saat ini.

Yang di pikirannya tadi, akan seperti apa hidupnya selanjutnya. Hidup dengan lelaki yang tidak begitu dikenal. Latar belakang pun tak mengetahui. Yang diketahui, Uka hanya mantan pembantu yang bekerja di rumahnya. Dan sekarang adalah suaminya.

Pernah terlintas pula, kenapa Uka dengan mudahnya menerima pernikahan yang dipaksakan ini.

Apakah benar karena takut dengan penegak hukum sesuai ancaman dari Raden?

Apakah karena kemiskinannya yang membuatnya tak berkutik akan kekuasaan yang dimiliki oleh Raden?

Atau ada opsi lain yang hanya diketahui oleh Uka semata?

Rindu pun tak mau bertanya karena takut menyakitkan hati. Ia juga masih merasa sangat tidak enak hati sebab Uka terseret dalam masalahnya sejauh ini. Bahkan, kini ia harus bertanggung jawab atas dirinya yang sudah terikat oleh pernikahan yang sah menurut agama dan negara.

Saat itu juga, Raden mengurus semuanya.

“Kamu menangis lagi?” tanya Uka ketika melihat mata Rindu makin sembap dan ada sisa air mata.

Rindu hanya mengukir segaris senyum tanpa mengeluarkan kata-kata.

“Jemputan kita sudah datang,” kata Uka lagi.

Mengetahui ada mobil bagus yang berhenti tidak jauh dari mereka, Rindu menunjukkan wajah terkejut yang bisa ditangkap oleh Uka.

“Aku pesan taksi online. Biar kita nyaman karena bawa banyak barang. Kita akan cari rumah kontrakan, tapi yang harganya tidak begitu mahal.”

“Iya. Maaf, aku bikin kamu repot terus.”

Tidak menjawab, Uka malah mengambil tisu yang ada di tasnya.

“Masih ada air mata dan ingus di sini,” ujar lelaki itu sambil mengusap bagian wajah yang terlihat basah.

“Eh! Biar aku saja.”

Rindu cepat-cepat mengambil tisu itu dan mengelapnya sendiri.

Uka tersenyum dengan tingkah Rindu. Wajah gadis yang sekarang sudah menjadi istrinya yang tampak sendu, kini bercampur malu dengan seulas senyuman yang canggung.

“Silakan masuk, Tuan Kasya.”

Tentu saja membuat Rindu heran. Kenapa seorang pengemudi taksi online begitu menghormati penumpangnya sampai mau repot-repot membukakan pintu agar penumpangnya masuk?

Seperti pejabat atau seorang dengan takhta yang tinggi saja. Dilayani semaksimal mungkin.

Lalu, apa maksudnya juga dia memanggil Uka dengan sebutan Tuan Kasya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Terungkap

    32“Semua keputusan ada di tangan Ayah. Tentang bagaimana nasib Mama Dewi dan Dini, Ayah pasti akan mengambil keputusan dengan adil,” ujar Ukasya menanggapi ucapan sang mertua.Raden tak bicara lagi. Ia hanya berusaha membuang beban yang membelenggu di dalam dada.***“Tumben Ayah ajak kita makan begini, Ma?” tanya Dini yang sudah duduk di dalam mobil. Mereka pergi diantar sopir biar tidak repot karena Dini masih memakai kursi roda.“Ayah lagi bahagia mungkin. Jadi kita diajak makan. Padahal, dia tidak tahu kalau kita lagi rencanain sesuatu buat Rindu. Belum ada kabar lagi di grup. Pasti lagi eksekusi. Biar mampus si Rindu itu.”“Aku masih takut kalau rencana kita bakal ketahuan, Ma. Mama yakin kan, orang yang kita suruh tidak akan tertangkap?”Mereka berbicara dengan suara pelan agar tidak didengar oleh sopir. Mobil sedang melaju di jalan raya. Sopir itu tersamarkan oleh ramainya kendaraan di jalan dan konsentrasi mengemudi yang tinggi.“Mama jamin semua akan beres sesuai rencana, Di

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Tak Terduga

    31Dua bulan telah berlalu setelah adegan saling memaafkan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Raden jadi sering menanyakan kabarnya Rindu melalui ponsel. Ia sungguhan ingin mengubah diri dan berusaha menjadi seorang ayah yang baik.“Sayang, beneran makannya udahan?” tanya Ukasya ketika melihat makanan di dalam piring sang isi masih lumayan banyak.Rindu mengangguk dengan raut wajah menautkan alis.“Kamu kenapa, Sayang? Ada yang sakit?” tanya Ukasya lagi mengetahui ekspresi yang dibuat oleh istrinya.“Bukan sakit, sih, Mas. Agak mual gimana gitu, rasanya, Mas.”Ukasya membeku seketika. Pikirannya jadi menduga-duga sesuatu yang membuatnya bahagia.“Kenapa, Mas? Malah diam?” tanya Rindu lagi.“Kamu sudah telat belum, Sayang?”Kali ini, Rindu yang terdiam. Ia memikirkan kapan terakhir cairan merah itu bertamu.“Iya, Mas. Baru dua hari, sih. Kadang, aku kan, haidnya mudur paling lama semingguan. Ini juga paling mundur aja, Mas.”“Ish! Doanya yang baik-baik. Kita coba ke dokter aja, yuk

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Mulai dari Awal

    Rindu mendekati Raden. Ia sudah meyakinkan diri tentang apa yang akan menjadi keputusannya. Meski di dalam hati ada yang seolah menahan dan memunculkan kembali rasa sakit yang didapat di masa lalu.Bismillah, semoga keputusanku memang yang terbaik.Tangan Raden yang saling bertaut diraih oleh Rindu. Seketika, lelaki itu menoleh pada anaknya. Tatapannya masih sendu.“Maafkan aku juga, Ayah. Selama ini, aku memang bukan anak yang baik untuk Ayah,” ujar Rindu tidak bisa melihat lama kedua mata sang ayah.Raden menggelengkan kepala.“Tidak, Rindu. Ayah yang banyak salah sama kamu. Ayah tidak bisa menerima takdir yang sudah terjadi. Ayah hanya melampiaskan keegoisan Ayaha padamu. Maafkan, Ayah.”Di waktu yang sama, Raden merengkuh Rindu yang selama ini tak pernah dilakukan.“Maafkan, Ayah. Selama kamu lahir di dunia ini, Ayah selalu menyakiti perasaanmu. Ayah tidak pernah memberikan kasih sayang layaknya orang tua yang baik. Ayah sangat egois. Kamu anak Ayah yang paling menerima semuanya,

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Permintaan Maaf

    “Su-sudah aku jelaskan tadi, kan, Yah,” sahut Dewi seakan menyembunyikan ketakutan.“Apa benar, orang yang mendonorkan darah untukku bukanlah Rindu, Ma?” tanya Raden lagi dengan penuh penekanan.Rindu dan keluarga suaminya hanya diam melihat drama suami-istri itu yang terasa mulai memanas.Kalau benar, Ayah mulai tergugah hatinya dan mulai mempercayai ucapanku, terima kasih, Tuhan. Engkau memang sangat baik padaku. Semoga Ayah benar-benar mengetahui kebenaran ini dan berubah lebih baik sehingga mau menerimaku sebagai anaknya tanpa menghardikku lagi.Wanita yang selama ini memelihara luka itu, hanya bisa berdoa di dalam dada untuk sang ayah. Rindu ingin berdamai demi ibunya yang sudah berada di alam yang berbeda. Agar dia bisa tenang melihat anak dan suaminya berhubungan layaknya keluarga yang penuh kasih sayang.“Semua bukti sudah aku pegang, Ma. Tolong, katakan yang jujur padaku, Ma!” pinta Raden lagi dengan suara yang agak ditinggikan.Dewi gusar. Ia membuang napas kasar. Tak bisa t

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Menemui Ayah

    “Buat apa mereka datang ke sini?” gumam Dewi ketika melihat dari jendela kedatangan mobil yang di dalamnya adalah Rindu dan keluarga besannya.Rasa gelisah merongrong di dalam hati. Dugaannya salah. Mereka ternyata masih akan menginjakkan kaki di rumahnya. Apalagi keluarga besannya adalah atasan dan pemilik tempat kerjanya Raden. Makin panas dingin yang dirasakan oleh wanita itu.Bel rumah berbunyi. Pembantu membukakan dan menyuruh para tamu itu untuk duduk sedangkan dirinya memanggil sang empunya rumah.Dewi mengatur perasaan yang tidak menentu di dalam dadanya. Ia berharap, keberuntungan selalu menyertai hidupnya agar tidak menjadi bumerang untuk dirinya sendiri atas semua yang sudah dilakukan.“Ayo, Ma. Kita temui mereka. Mungkin saja, Rindu akan mengemis untuk dimaafkan di depan kita semua,” ujar Raden dengan angkuhnya.Sang istri manggut-manggut seraya berekspresi canggung, tetapi mencoba untuk biasa saja.“Akhirnya, kamu datang juga, Rindu,” ujar Raden tidak bisa menahan diri ke

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Anak Durhaka

    “Apa anak itu tidak akan menemuiku? Anak durhaka!”Raden diperbolehkan pulang ke rumah setelah kondisinya membaik. Begitu pula dengan Dewi dan Dini, meski Dini masih harus memakai kursi roda.Sesuai rencana, Dewi sengaja menutupi semua kebaikan yang sudah Rindu lakukan. Tentang donor darah pun, ia berhasil merahasiakannya dari Raden. Ia bercerita kalau pendonor itu bukan dari keluarga sendiri. Raden pun percaya.“Sudahlah, Yah. Jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting. Nyatanya memang Rindu anak yang durhaka. Sejak kita dirawat di rumah sakit, mana ada anak itu menjenguk kita, Yah. Boro-boro mengkhawatirkanmu yang lagi kritis butuh darah, padahal golongan darahnya sama denganmu, Yah.”Dewi terus saja meniupkan kebencian yang membuat Raden makin murka pada Rindu.Raden berdecap kesal. Dalam lubuk hatinya, masih ada keinginan agar Rindu yang masih darah dagingnya menjenguk dan menanyakan keadaannya. Apalagi kecelakaan itu terjadi setelah dirinya pulang dari pernikahannya Rindu. Buka

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Ayo, Pulang

    Setelah mencari ruangan tempat Raden dirawat dan diizinkan untuk masuk, Rindu terdiam melihat sang ayah yang berbaring tak berdaya di atas ranjang pesakitan.Kenangan di masa lalu yang isinya hanya rasa sakit kembali memutar secara otomatis di kepala.“Walau semua kenangan yang aku ingat hanya tentang keburukan Ayah, aku datang ke sini untuk membantumu, Yah. Aku tidak ingin menjadi Ayah versi yang lain karena apa yang Ayah lakukan benar-benar terasa sakit. Aku juga tidak ingin mengecewakan Ibu di atas sana kalau aku tidak mau membantu Ayah. Aku tidak ingin menjadi anak durhaka di mata Ibu, Yah. Meski setelah aku mendonorkan darahku, mungkin aku tidak akan menjenguk Ayah lagi. Kalau Ayah sadar, entah apa yang akan Ayah lakukan. Aku hanya tidak ingin merasakan sakit hati lagi.”Bulir kristal pada akhirnya membasahi pipi. Rindu menghapusnya. Lalu, mengatur napasnya agar perasaan yang bergejolak bisa mereda.Rindu yang seorang diri masuk ke ruangan itu, berbalik badan dan keluar dari sana

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Gejolak Demi Gejolak

    “Andai kita tidak pergi ke nikahannya Rindu, kecelakaan ini tidak akan terjadi kan, Ma?” Sambil terisak, Dini bicara dengan lirih, tetapi penuh amarah.Ibu dan anak itu sama-sama memikirkan satu orang yang sama. Satu orang yang selama ini sebagai sumber masalah dalam hidupnya yang tak pernah berkesudahan.“Aku pikir, Rindu yang sudah menjauh, sudah tidak akan mengusik hidupku. Tapi, sekarang malah begini, Ma! Kakiku terluka cukup parah dan entah ke depannya akan bisa sembuh seperti sedia kala atau tidak. Semua gara-gara Rindu kan, Ma?”Kepedihan itu nyatanya makin membutakan mata hati dari seorang Dini. Amarah pada Rindu makin menjadi-jadi. Hal buruk yang seandainya menimpanya di masa depan, harus menyalahkan Rindu. Ya, hanya wanita itu yang pantas disalahkan, bahkan dikutuk agar hidupnya lebih sengsara darinya.“Kalau sampai kakiku tidak bisa seperti dulu, aku mengutuk Rindu agar dia lebih menderita ketimbang aku, Ma! Aku tidak ingin dia bahagia, Ma!”Dini makin tersedu. Pikiran buru

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Rindu Sialan

    “Sayang, kamu yakin? Kalau tidak bisa, tidak usah dipaksakan, ya,” ujar Ukasya lumayan terkejut dengan ucapan tiba-tiba yang dilontarkan oleh Rindu.Beberapa menit yang lalu, Rindu menolak dengan keras bahkan sampai meluapkan emosi dan rasa sakit hati yang mengendap di dalam relung hati.“Iya, Mas. Aku mau melakukannya,” jawab Rindu.Hilda melihat sang menantu sambil tersenyum haru. Nasihatnya ternyata dipikirkan dengan begitu matang dan bijaksana hingga akhirnya keputusan akhir yang membuat kebahagiaan didengar dari lisan wanita itu.“Aku tanya sekali lagi, kamu yakin, Sayang?” Ukasya hanya menegaskan tindakan sang istri bukan karena terpaksa hingga membuatnya makin tersiksa. Begitu cintanya Ukasya pada Rindu.Rindu menganggukkan kepala beberapa kali. Di dalam hati masih ada sedikit keraguan yang mendesir lembut. Namun, nasihat Hilda juga terngiang di pikiran. Nasihat baik yang mungkin saja akan terkabul kalau Rindu sedikit menurunkan egonya meski rasa sakit itu masih membekas.“Iya,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status