Share

Menikah

Penulis: Khanna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 13:34:45

2

Dewi menatap kehadiran pembantunya dengan alis terangkat. Tubuhnya sedikit menegang. Wajahnya pun agak cemas mengetahui lelaki itu berucap dengan berani walau takut-takut. Pandangan mereka saling bertemu, ingin memberi isyarat untuk enyah, tetapi tidak bisa. Ia hanya berusaha untuk menangkan diri agar Raden tak curiga padanya.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Raden yang terlanjur ingin tahu.

Begitu pula dengan Rindu, seakan ada harapan yang diembuskan padanya. Walau memang, rasa sakit masih mendera lubuk hati terdalam. Setidaknya, ada seseorang yang masih berpihak padanya. Itu harapannya.

Uka menatap ragu pada lelaki yang merupakan orang yang memberinya upah untuk hidupnya sehari-hari. Ia belum lama bekerja, baru sekitar dua minggu. Karena itu, agak ragu untuk mengungkapkan apa yang diketahui.

Namun, ketika melihat Rindu yang setiap harinya harus memeluk luka, hingga detik ini pun masih diperlakukan semena-mena, bisikan dalam hati terpanggil untuk memberikan pertolongan walau hanya sebesar biji padi.

Setidaknya, mungkin fitnah kali ini bisa terbantahkan oleh pengakuannya.

“Begini, Tuan. Saya tadi tidak sengaja mendengar dan melihat dari jauh bahwa Mbak Rindu memang sedang mempertahankan gelang miliknya karena Nyonya Dewi meminta secara paksa dari Mbak Rindu, Tuan. Mohon maaf apabila tidak berkenan, tetapi itulah yang baru saja saya dengar dan saya lihat sendiri dengan mata kepala saya, Tuan.”

Uka membulatkan tekad untuk menyampaikan dengan tegas tentang apa yang diketahui di depan Raden. Ia telah memikirkan secara singkat, risiko apa yang nantinya akan didapat kalau seandainya ucapannya dibantah mentah-mentah oleh Dewi.

Sekali lagi, lelaki itu hanya ingin menyampaikan keadilan untuk Rindu walau entah nantinya akan berarti atau malah sebaliknya. Ia siap merugikan dirinya hanya untuk menegakkan keadilan yang telah dilihat.

Hati Rindu bergetar, penuh rasa haru yang tak terduga. Ia berdiri di sana, menyaksikan seseorang berbicara dengan penuh keberanian, membela dirinya meski hasilnya sudah bisa ditebak, mustahil untuk menang jika Dewi telah mengutarakan kata-kata manisnya.

“Asal Ayah tahu, beberapa kali aku melihat pembantu itu tersenyum sambil melihat anak gadismu dari jauh. Aku yakin, dia melakukan semua ini hanya untuk menyalurkan hasratnya. Agar Rindu terpikat dengan pesonanya. Semua yang dikatakan adalah fitnah, Yah. Sejak tadi, hanya ada aku dan Rindu di sini. Dia bicara tanpa bukti.”

Dewi kembali merangkai kata untuk membela diri. Agar Raden yang teramat mencintainya tidak terpengaruh pada perkataan Uka yang diketahui tidak berbohong.

“Saya memang tidak ada bukti video atau semacamnya, tapi saya melihatnya sendiri. Dan saya, tidak pernah melihat Mbak Rindu seperti yang dikatakan oleh Nyonya Dewi. Saya menghormatinya sebagai majikan saya di sini.”

Uka lantang menyuarakan semua yang diketahui dan dirasakan selama ini.

“Yah, nikahkan saja mereka. Lalu usir dari sini. Lagian, Rindu sendiri yang meminta begitu. Dia tidak mau menyerahkan gelangnya yang sengaja menjadi bahan untuk memfitnahku. Ditambah pembantu itu yang kelihatan sangat menyukai Rindu. Bukankah lebih baik dinikahkan, biar Rindu di luar sana ada yang menjaga. Walau aku kesal, aku tetap merasa tidak tenang kalau Rindu sendirian di luar sana, Yah.”

“Mama Dewi! Jangan asal bicara! Aku maupun Uka tidak pernah ada apa pun! Dia hanya ingin membantuku! Dia bicara jujur! Kalau aku diusir hanya gara-gara gelang, lebih baik aku sendiri. Tidak perlu dinikahkan dengan siapa pun!”

Rindu tidak ingin menyeret kesialannya atau rasa sakitnya pada orang lain. Cukup dia saja. Dia tidak ingin menjadi beban untuk Uka yang tadi sudah mau membela dirinya dan mencoba menegakkan keadilan walau terasa sia-sia.

“Kau tak mau menyerahkan gelang itu kepadaku, Rindu? Kau mempertahankan gelang itu agar bisa kembali melukai Dewi dengan alasan yang sama? Apa susahnya menyerahkannya kepadaku dan kau tetap tinggal di sini. Gelang itu juga berharga untukku, Rindu. Aku tidak ingin kau gunakan gelang itu sebagai jalanmu untuk memfitnah Dewi di hadapanku.”

Bahkan, setelah Uka mengungkapkan semuanya, Raden masih mempermasalahkan tentang gelang peninggalan istri tercintanya terdahulu. Ia menganggap gelang itu lebih berharga ketimbang buah hatinya sendiri. Pikiran dan hatinya telah diracuni oleh kepedihan dan rasa kecewa mendalam atas kehilangan istrinya akibat melahirkan Rindu ke dunia.

“Iya, Yah! Aku lebih baik pergi dari sini daripada menyerahkan gelang ini. Selamanya, ini milikku!”

Hati Rindu makin terasa hancur, seolah-olah ada beban yang menekan begitu berat hingga tak bisa bernapas dengan leluasa. Rasa sakit itu bukan sekadar luka biasa, ini adalah perih yang dalam, yang menghantam ke dasar hatinya. Setiap denyut jantung terasa seperti mengingatkannya pada kenyataan yang menyakitkan, kenyataan bahwa ayahnya masih saja menganggapnya pembawa sial.

Matanya memandang hampa, air mata yang kembali menggantung di pelupuk matanya tanpa dikehendaki seakan tak mampu mengungkapkan kedalaman kekecewaan yang ia rasakan. Rasa sakit itu menghujam tanpa peringatan.

Ia menggigit bibir, mencoba menahan tangis yang terasa begitu menyesakkan di dadanya. Tidak ingin menangis, tetapi bulir kristal itu menetes sendiri. Namun, ia menghapusnya seketika.

“Tuh, kan, Yah. Dia itu bandel sejak dulu. Biarkan saja dia pergi, Yah. Biar tahu bagaimana sulitnya jadi orang dewasa di luar sana. Tapi, Yah, lebih baik Rindu dinikahkan saja sama Uka. Lagian, dia juga belum menikah. Dia juga sering melihat Rindu diam-diam sambil senyum. Dan tadi, dia berani bicara ngawur demi membela Rindu. Nikahkan saja mereka, Yah.”

“Mama, tolong! Jangan begitu! Uka pasti keberatan. Biarkan aku pergi sendiri dari sini, Ma!” pinta Rindu, meski kesal ia tetap mengiba.

“Benar apa kata mamamu. Kalian akan aku nikahkan. Lalu, kalian bisa pergi dari rumah ini. Mamamu masih baik karena mencemaskanmu di luar sana setelah kau mendorongnya, Rindu. Berterima kasihlah padanya.” Sorot mata Raden berpindah pada Uka.

“Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu. Aku akan memaafkan semuanya kalau kau menikah dengan Rindu. Dan kau harusnya tidak menolaknya. Demi dirimu juga agar tidak berurusan dengan penegak hukum. Paham!” bentak Raden. Ia yakin kalau Uka akan pasrah karena kemiskinannya.

“Tidak Ayah! Aku akan keluar dari rumah ini tanpa harus menikah dengan Uka!” Rindu masih berusaha menggagalkan keinginan mereka.

Namun, tanpa dihiraukan, Raden telah menghubungi penghulu.

***

“Pergilah. Jangan pernah kembali ke rumah ini.”

Setelah janji suci terucap, Raden mengusir Rindu dan Uka yang sudah resmi menjadi suami-istri.

***

“Maafkan aku, karena mau membelaku, kamu jadi terseret dalam masalahku,” ujar Rindu dengan perasaan yang teramat bersalah pada Uka.

Lelaki itu malah tersenyum.

“Kita duduk di sana. Sambil istirahat, kita tunggu jemputan kita datang.”

“Maksudnya?”

Uka tak menjawab.

Dalam kebimbangan, Rindu duduk di sebelah Uka yang sedang memainkan ponsel. Ia makin heran karena ponsel lelaki itu lebih mahal ketimbang miliknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si rindu ini seperti benalu yg harus dibabat habis. salahnya sendiri krn tetap bertahan padahal keinginannya tidak diinginkan. 25 th koq kayak orang idiot
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Terungkap

    32“Semua keputusan ada di tangan Ayah. Tentang bagaimana nasib Mama Dewi dan Dini, Ayah pasti akan mengambil keputusan dengan adil,” ujar Ukasya menanggapi ucapan sang mertua.Raden tak bicara lagi. Ia hanya berusaha membuang beban yang membelenggu di dalam dada.***“Tumben Ayah ajak kita makan begini, Ma?” tanya Dini yang sudah duduk di dalam mobil. Mereka pergi diantar sopir biar tidak repot karena Dini masih memakai kursi roda.“Ayah lagi bahagia mungkin. Jadi kita diajak makan. Padahal, dia tidak tahu kalau kita lagi rencanain sesuatu buat Rindu. Belum ada kabar lagi di grup. Pasti lagi eksekusi. Biar mampus si Rindu itu.”“Aku masih takut kalau rencana kita bakal ketahuan, Ma. Mama yakin kan, orang yang kita suruh tidak akan tertangkap?”Mereka berbicara dengan suara pelan agar tidak didengar oleh sopir. Mobil sedang melaju di jalan raya. Sopir itu tersamarkan oleh ramainya kendaraan di jalan dan konsentrasi mengemudi yang tinggi.“Mama jamin semua akan beres sesuai rencana, Di

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Tak Terduga

    31Dua bulan telah berlalu setelah adegan saling memaafkan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Raden jadi sering menanyakan kabarnya Rindu melalui ponsel. Ia sungguhan ingin mengubah diri dan berusaha menjadi seorang ayah yang baik.“Sayang, beneran makannya udahan?” tanya Ukasya ketika melihat makanan di dalam piring sang isi masih lumayan banyak.Rindu mengangguk dengan raut wajah menautkan alis.“Kamu kenapa, Sayang? Ada yang sakit?” tanya Ukasya lagi mengetahui ekspresi yang dibuat oleh istrinya.“Bukan sakit, sih, Mas. Agak mual gimana gitu, rasanya, Mas.”Ukasya membeku seketika. Pikirannya jadi menduga-duga sesuatu yang membuatnya bahagia.“Kenapa, Mas? Malah diam?” tanya Rindu lagi.“Kamu sudah telat belum, Sayang?”Kali ini, Rindu yang terdiam. Ia memikirkan kapan terakhir cairan merah itu bertamu.“Iya, Mas. Baru dua hari, sih. Kadang, aku kan, haidnya mudur paling lama semingguan. Ini juga paling mundur aja, Mas.”“Ish! Doanya yang baik-baik. Kita coba ke dokter aja, yuk

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Mulai dari Awal

    Rindu mendekati Raden. Ia sudah meyakinkan diri tentang apa yang akan menjadi keputusannya. Meski di dalam hati ada yang seolah menahan dan memunculkan kembali rasa sakit yang didapat di masa lalu.Bismillah, semoga keputusanku memang yang terbaik.Tangan Raden yang saling bertaut diraih oleh Rindu. Seketika, lelaki itu menoleh pada anaknya. Tatapannya masih sendu.“Maafkan aku juga, Ayah. Selama ini, aku memang bukan anak yang baik untuk Ayah,” ujar Rindu tidak bisa melihat lama kedua mata sang ayah.Raden menggelengkan kepala.“Tidak, Rindu. Ayah yang banyak salah sama kamu. Ayah tidak bisa menerima takdir yang sudah terjadi. Ayah hanya melampiaskan keegoisan Ayaha padamu. Maafkan, Ayah.”Di waktu yang sama, Raden merengkuh Rindu yang selama ini tak pernah dilakukan.“Maafkan, Ayah. Selama kamu lahir di dunia ini, Ayah selalu menyakiti perasaanmu. Ayah tidak pernah memberikan kasih sayang layaknya orang tua yang baik. Ayah sangat egois. Kamu anak Ayah yang paling menerima semuanya,

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Permintaan Maaf

    “Su-sudah aku jelaskan tadi, kan, Yah,” sahut Dewi seakan menyembunyikan ketakutan.“Apa benar, orang yang mendonorkan darah untukku bukanlah Rindu, Ma?” tanya Raden lagi dengan penuh penekanan.Rindu dan keluarga suaminya hanya diam melihat drama suami-istri itu yang terasa mulai memanas.Kalau benar, Ayah mulai tergugah hatinya dan mulai mempercayai ucapanku, terima kasih, Tuhan. Engkau memang sangat baik padaku. Semoga Ayah benar-benar mengetahui kebenaran ini dan berubah lebih baik sehingga mau menerimaku sebagai anaknya tanpa menghardikku lagi.Wanita yang selama ini memelihara luka itu, hanya bisa berdoa di dalam dada untuk sang ayah. Rindu ingin berdamai demi ibunya yang sudah berada di alam yang berbeda. Agar dia bisa tenang melihat anak dan suaminya berhubungan layaknya keluarga yang penuh kasih sayang.“Semua bukti sudah aku pegang, Ma. Tolong, katakan yang jujur padaku, Ma!” pinta Raden lagi dengan suara yang agak ditinggikan.Dewi gusar. Ia membuang napas kasar. Tak bisa t

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Menemui Ayah

    “Buat apa mereka datang ke sini?” gumam Dewi ketika melihat dari jendela kedatangan mobil yang di dalamnya adalah Rindu dan keluarga besannya.Rasa gelisah merongrong di dalam hati. Dugaannya salah. Mereka ternyata masih akan menginjakkan kaki di rumahnya. Apalagi keluarga besannya adalah atasan dan pemilik tempat kerjanya Raden. Makin panas dingin yang dirasakan oleh wanita itu.Bel rumah berbunyi. Pembantu membukakan dan menyuruh para tamu itu untuk duduk sedangkan dirinya memanggil sang empunya rumah.Dewi mengatur perasaan yang tidak menentu di dalam dadanya. Ia berharap, keberuntungan selalu menyertai hidupnya agar tidak menjadi bumerang untuk dirinya sendiri atas semua yang sudah dilakukan.“Ayo, Ma. Kita temui mereka. Mungkin saja, Rindu akan mengemis untuk dimaafkan di depan kita semua,” ujar Raden dengan angkuhnya.Sang istri manggut-manggut seraya berekspresi canggung, tetapi mencoba untuk biasa saja.“Akhirnya, kamu datang juga, Rindu,” ujar Raden tidak bisa menahan diri ke

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Anak Durhaka

    “Apa anak itu tidak akan menemuiku? Anak durhaka!”Raden diperbolehkan pulang ke rumah setelah kondisinya membaik. Begitu pula dengan Dewi dan Dini, meski Dini masih harus memakai kursi roda.Sesuai rencana, Dewi sengaja menutupi semua kebaikan yang sudah Rindu lakukan. Tentang donor darah pun, ia berhasil merahasiakannya dari Raden. Ia bercerita kalau pendonor itu bukan dari keluarga sendiri. Raden pun percaya.“Sudahlah, Yah. Jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting. Nyatanya memang Rindu anak yang durhaka. Sejak kita dirawat di rumah sakit, mana ada anak itu menjenguk kita, Yah. Boro-boro mengkhawatirkanmu yang lagi kritis butuh darah, padahal golongan darahnya sama denganmu, Yah.”Dewi terus saja meniupkan kebencian yang membuat Raden makin murka pada Rindu.Raden berdecap kesal. Dalam lubuk hatinya, masih ada keinginan agar Rindu yang masih darah dagingnya menjenguk dan menanyakan keadaannya. Apalagi kecelakaan itu terjadi setelah dirinya pulang dari pernikahannya Rindu. Buka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status