Share

Bab 3. Bukan Sembarang Minuman

Namun, tanpa menghiraukan penolakan itu, Liam tetap tenang. Dia membuka paksa mulutnya. Air mata terus mengalir di wajah cantik wanita itu saat dia merasakan minuman yang dicampur dengan obat perangsang masuk ke dalam mulutnya. Meskipun terpaksa, Shireen akhirnya menelan setiap tetes minuman tersebut.

Liam tersenyum lebar melihat gelas itu sudah kosong dan menyimpannya di atas nakas. Dia melihat ke arah jam tangannya menunggu beberapa menit sampai obat itu bereaksi.

“Jangan lakukan apa pun padaku! Aku mohon,” pinta Shireen dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya.

“Kamu adalah bayaran dari Nick untuk hutang-hutangnya. Tentu saja aku rugi tidak menyentuhmu. Lagipula, aku menginginkan kegadisanmu, Shireen,” ucap Liam dengan suara berbisik membuat Shireen langsung merinding seketika.

Shireen tidak menyangka jika kegadisan yang selama ini dia jaga akan berakhir di tangan seorang pria yang bahkan tidak dia kenal karena hutang yang dimiliki oleh Nick.

Setelah beberapa menit yang panjang dan penuh ketegangan, akhirnya reaksi obat perangsang yang diminum oleh Shireen mulai terasa. Tubuhnya tiba-tiba merasakan sensasi gairah yang semakin meninggi, membuat hatinya berdegup kencang. Shireen hanya bisa menelan ludah dengan susah payah, mencoba mengendalikan diri agar tidak terbawa arus hasrat yang memuncak di dalam dirinya.

Napas Shireen menjadi semakin cepat dan berat, seolah-olah tubuhnya memberi isyarat bahwa ia sangat menginginkan sentuhan-sentuhan hangat pada tubuhnya. Perutnya terasa seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam sana, menyebabkan perasaan tidak nyaman namun juga tak tertahan keinginan untuk disentuh.

Sementara itu, Liam melihat dengan senyum lebar bagaimana reaksi Shireen begitu kuat. Ia merasa puas karena berhasil membangkitkan gairah wanita itu. Tanpa ragu lagi, Liam mulai mendekati tubuh Shireen.

Namun bagi Shireen sendiri, ini adalah pengalaman baru yang benar-benar membuatnya bingung dan takut pada saat bersamaan. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya atau bagaimana cara menghadapinya. Meskipun ia ingin menolak dan menjauh dari situasi ini, tapi entah kenapa tubuhnya bereaksi secara otomatis seolah-olah meminta lebih banyak sentuhan dan belaian dari Liam.

Shireen merasakan air matanya mulai menetes lagi, kali ini bukan karena kesedihan atau ketakutan, melainkan karena perasaan campur aduk yang memenuhi hatinya. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tak bisa ia kendalikan sepenuhnya.

Liam semakin mendekat dan akhirnya naik ke atas tubuh Shireen dengan penuh nafsu. Shireen mencoba menahan diri untuk tidak menangis, tapi tetesan-tetesan air mata itu tak kunjung berhenti.

“Tidak perlu takut, honey. Aku akan memuaskanmu,” ucap Liam dengan suara berbisik tepat di telinga Shireen.

Liam mulai menciumi leher Shireen secara perlahan, membuat napas Shireen semakin memburu. Setiap sentuhan bibir Liam yang lembut di kulitnya membuat Shireen merasa seperti terbang ke awan kesenangan. Meskipun tangannya terikat ke atas dan ia tidak memiliki kendali atas apa yang sedang dilakukan oleh Liam, Shireen benar-benar tidak berdaya untuk menolaknya.

Shireen berusaha keras untuk menahan diri agar tidak menikmati setiap sentuhan sensual yang diberikan oleh Liam. Ia tahu bahwa ini adalah situasi yang salah dan seharusnya ia harus melawan godaan ini. Namun, entah mengapa tubuhnya justru merespon dengan begitu intens sehingga membuat hatinya berdebar kencang dalam dadanya.

Saat bibir Liam menyentuh lehernya dengan penuh gairah, sensasi itu menjalar ke seluruh tubuh Shireen. Ia ingin sekali mendesah dan menerima kenikmatan yang ditawarkan oleh Liam, tetapi dia berhasil menahan diri dengan menggigit bibir bawahnya erat-erat. Rasa sakit dari gigitannya hanya meningkatkan hasrat seksualnya lebih kuat lagi.

Efek obat perangsang juga turut mempengaruhi pikiran dan nafsu birahi Shireen. Semakin lama mereka berada dalam situasi ini, semakin besar keinginan Shireen untuk melepaskan segala hasrat s*ksual yang telah lama terpendam dalam dirinya. Dia benar-benar terangsang saat ini dan ingin sekali memberikan dirinya sepenuhnya kepada Liam.

Namun, di tengah keinginan yang membara itu, Shireen juga merasakan adanya rasa takut dan keraguan. Ia tahu bahwa apa yang mereka lakukan saat ini adalah melanggar batas-batas diantara mereka apalagi mereka berdua tidak saling mengenal. Tetapi ketika Liam terus menciumi lehernya dengan penuh nafsu, semua keraguan itu lenyap begitu saja.

Salah satu tangan Liam perlahan-lahan meremas pay*dara milik Shireen dengan penuh kelembutan. Sentuhan itu begitu lembut dan hangat, membuat Shireen merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dadanya terasa semakin ter*ngsang dan berdenyut-denyut dalam genggaman Liam.

Liam menikmati setiap detik dari aksinya tersebut. Ia melihat betapa indahnya lingerie transparan yang dipakai oleh Shireen, memperlihatkan bagian d*danya yang masih ranum dan kenyal. Setiap lekuk tubuh Shireen mengundang siapa pun untuk menyentuh dan menyesapnya dengan nafsu.

Tidak ingin melewatkan kesempatan ini, Liam segera membawa bibirnya mendekati p*ting Shireen yang sudah mengeras sejak tadi. Dengan satu tangan yang masih meremas bagian dada yang lainnya, Liam mulai menjilati p*ting itu dengan penuh gairah. Sensasi panas dari lidah Liam membuat Shireen tak bisa lagi menahan desahan keenakan.

Shireen benar-benar merasakan kenikmatan baru yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia tidak pernah menyangka bahwa sentuhan pada p*yudaranya bisa memberikan sensasi sedemikian nikmat seperti ini.

"Ah," desahan erotis keluar dari bibir Shireen saat ia mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Desahan itu membuat senyum puas merekah di wajah Liam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status