Beranda / Rumah Tangga / PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI / Bab 2. Nick Dengan Sengaja

Share

Bab 2. Nick Dengan Sengaja

Penulis: Queen Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-01 15:27:59

Ketika menyadari bahwa laki-laki itu semakin dekat dengannya, Shireen panik dan bergegas menuju kamar mandi sebagai tempat perlindungan sementara. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini, tetapi dia merasa jika kamar mandi adalah tempat yang aman untuk saat ini daripada harus berlari keluar dengan keadaan seperti ini.

Namun sayangnya, takdir berkata lain. Ketika Shireen hampir mencapai pintu kamar mandi, laki-laki itu tiba-tiba berlari lebih cepat darinya dan dengan sigap berdiri di depan pintu kamar mandi tepat di depan Shireen. Hatinya berdegup kencang dan dia merasa terjebak dalam situasi yang semakin rumit.

Shireen menatap pria itu dengan tatapan takut dan bingung. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Hatinya berdegup kencang, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang mencekam ini. Sementara pria itu meraih tangan Shireen dengan paksa, ia menyeretnya pergi dari sana dan melemparnya di atas ranjang yang empuk.

Shireen terkejut oleh perlakuan kasar pria tersebut. Dalam sekejap, dia bangkit dari posisi tidur dan duduk tegak di ujung ranjang, berusaha keras untuk menghindari serangan lebih lanjut. Tatapannya masih dipenuhi ketakutan saat dia mempertanyakan identitas orang asing ini.

"Siapa sebenarnya kamu?" desis Shireen dengan suara gemetar. "Apa yang kamu inginkan dariku?"

Pria itu tersenyum sombong dan angkuh saat menjawab pertanyaan Shireen. "Liam Lawrence," katanya dengan nada tinggi, memberikan kesan bahwa dirinya adalah sosok penting dalam kehidupannya sendiri. "Panggil aku Tuan Liam."

Saat mendengar nama tersebut, Shireen semakin gelisah. Apa hubungan antara mereka? Mengapa Liam tiba-tiba berada di kamar ini? Rasa takut melanda hati Shireen saat Liam mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang ia kenakan.

"Apa ... apa yang akan kamu lakukan padaku?" desak Shireen dengan nada panik dalam suaranya. Matanya berkaca-kaca karena rasa putus asa yang melanda. "Dimana Nick? Apa kamu melakukan sesuatu padanya?"

Liam menggelengkan kepalanya pelan, mencoba menenangkan Shireen. "Kamu salah berpikir seperti itu," ucapnya dengan lembut. "Dalang dibalik suami ini adalah Nick. Dia memberikan malam pertamanya padaku karena hutangnya yang sangat besar."

Shireen terkejut mendengar pengakuan Liam tersebut. Dia sampai membulatkan kedua bola matanya karena tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Nick kepadanya. Hatinya berdesir tak menentu, campur aduk antara rasa marah dan kecewa. Bagaimana mungkin suaminya sendiri bisa melakukan hal seperti ini? Shireen merasakan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, dan akhirnya turun membasahi wajah cantiknya.

“Jadi, dia … menyuruhku menggunakan lingerie ini karena untukmu?” tanya Shireen dengan suara serak, mencoba menahan tangis yang ingin pecah dari dadanya.

Liam tersenyum miring mendengar pertanyaan Shireen barusan. Tatapannya penuh dengan ketertarikan dan sedikit keserakahan saat melihat wanita yang sedang rapuh seperti itu.

“Pintar sekali, Shireen," ucap Liam sambil menggoda. "Memang benar, karena lingerie itu aku yang membelinya dan kamu terlihat cantik dan menggoda memakainya."

Mendengar jawaban Liam membuat hati Shireen semakin hancur berkeping-keping. Ia tidak pernah membayangkan bahwa cinta sejati yang ia harapkan dari suaminya ternyata hanya sebuah ilusi semata. Air mata semakin deras mengalir begitu saja tanpa bisa ditahan lagi.

Liam kembali menghampiri Shireen yang duduk di ujung ranjang dengan tatapan kosong dan tertekan tampak masih tidak percaya karena laki-laki yang baru saja menjadi suaminya bisa bertindak kejam seperti ini. Shireen merasa dunianya runtuh, semua harapan dan impian indah tentang pernikahan mereka hancur berantakan dalam sekejap.

Shireen mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya untuk menatap Liam dengan tajam.

"Apa yang kamu pikirkan, Liam? Apakah kamu bahagia melihat aku menderita seperti ini?" ucapnya dengan nada penuh amarah.

"Panggil aku Tuan Liam!" ucap Liam dengan marah karena merasa ucapan Shireen tidak sopan barusan.

Wajahnya memerah dan matanya menyala dengan kemarahan yang tak terbendung. Dia meraih tangan Shireen lagi, meski sempat ada penolakan dari Shireen, tetapi tenaga Liam jauh lebih besar daripada Shireen sehingga penolakan itu berakhir sia-sia.

Dengan cepat dan tanpa ampun, Liam mengikat tangan Shireen di ujung kepala ranjang menggunakan seutas tali yang kuat. Kemudian, dia melanjutkan dengan mengikat satu tangannya lagi di ujung ranjang lainnya. Dalam sekejap, Shireen menjadi terperangkap dan tidak bisa melakukan apa pun untuk melepaskan diri. Tubuh seksi Shireen yang dibalut oleh lingerie transparan semakin terlihat jelas di bawah cahaya terang kamar tidur mewah tersebut. Melihat pemandangan ini membuat gairah dalam diri Liam semakin memuncak dan miliknya langsung berdiri tegak dibalik celana yang masih ia pakai.

"Aku mohon jangan lakukan apa pun padaku!" desis Shireen sambil terisak sedih. Air mata berlinang dari matanya saat dia mencoba memohon belas kasihan kepada Liam. "Berapa hutang Nick sampai dia mengorbankan aku?" tambahnya dengan suara gemetar.

Namun, wajah dingin dan tanpa ekspresi pada wajah Liam menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan putus asa Shireen. Dia hanya menatapnya dengan tatapan tajam yang penuh dengan niat jahat dan keinginan untuk mempermainkannya.

Shireen merasa tak berdaya di hadapan Liam yang begitu kuat dan tanpa belas kasihan. Dia merasakan ketakutan yang melanda tubuhnya. Saat ini, Liam tampak sibuk mencampurkan bahan-bahan untuk minuman yang sudah dia persiapkan sejak tadi.

Minuman tersebut tidak sembarang minuman. Di dalamnya terdapat obat perangsang yang telah dia buat untuk Shireen. Setelah selesai membuat minuman tersebut, Liam duduk di tepi ranjang wanita itu sambil menyodorkan gelas berisi minuman kepada Shireen. Awalnya, Shireen menolak dengan keras dan tidak mau meminum apa pun yang diberikan oleh Liam.

"Tidak! Aku tidak ingin meminum apapun dari tanganmu!" seru Shireen dengan nada marah meski rasa takut terpancar jelas di matanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Keisha DianWulanDari
dasar suami gila
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI   Bab 24. Pengadilan

    Cahaya matahari menembus kaca jendela besar ruang makan, menghangatkan lantai marmer yang dingin. Beberapa pelayan mondar-mandir menyiapkan sarapan, tapi suasana rumah itu tetap terasa sunyi, seolah menahan napas menunggu sesuatu.Liam duduk di meja makan, mengenakan kemeja putih yang digulung sampai siku dan celana bahan gelap. Secangkir kopi masih mengepulkan aroma di hadapannya, namun tak tersentuh. Matanya kosong menatap piring di depannya, pikirannya entah melayang ke mana. Sejak semalam, bayangan Shireen terus mengganggunya. Wajahnya yang pucat, tubuhnya yang lemah... dan kata-katanya yang tajam.Tiba-tiba langkah pelan terdengar dari arah tangga. Liam mendongak.Dan di sana... berdiri Shireen.Ia mengenakan gaun sederhana berwarna krem dengan rambut panjangnya yang tergerai lembut di bahu. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat, tapi matanya tampak jauh lebih hidup dibanding semalam. Tegas, berani, dan... dingin.Liam berdiri dari kursinya, tampak terkejut. “Kamu... bangun pagi,

  • PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI   Bab 23. Tidak Fokus

    Hari itu, Liam duduk di ruang rapat kantor pusat perusahaannya yang menjulang tinggi di jantung kota. Seorang manajer tengah berdiri di depan layar proyektor, menjelaskan strategi pemasaran kuartal berikutnya dengan penuh semangat. Namun, mata Liam kosong. Tatapannya tak benar-benar tertuju pada layar, melainkan mengawang, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri.Bayangan wajah Shireen terus menghantui benaknya. Tatapan wanita itu yang penuh luka, air matanya yang jatuh tanpa bisa dibendung, dan tamparan yang mendarat di pipinya masih terasa membekas, bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Liam bukan tipe pria yang mudah goyah, tetapi Shireen berhasil mengguncangnya dengan cara yang tak terduga."Tuan Liam, bagaimana menurut Anda tentang pendekatan yang kami ajukan untuk segmen remaja?" suara sang manajer memecah keheningan.Liam tersentak. Ia menoleh perlahan, tak langsung menjawab. Semua orang di ruang rapat menatapnya dengan cemas, menunggu tanggapan. Beberapa terlihat m

  • PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI   Bab 22. Hukuman

    Cahaya matahari menelusup lewat tirai tipis yang menggantung di jendela kamar hotel mewah itu. Shireen mengerjapkan matanya perlahan, membiasakan diri dengan cahaya terang yang menyambutnya. Kamar itu masih sunyi, hanya suara pendingin ruangan yang samar terdengar.Namun, sepi itu terasa berbeda. Ketika tangannya meraba sisi kasur di sebelahnya, Shireen terdiam. Kosong. Tidak ada Liam di sana."Liam?" panggilnya pelan, tapi tidak ada sahutan.Ia bangkit duduk, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih terasa hangat oleh sisa-sisa keintiman semalam. Perasaannya campur aduk—malu, canggung, tapi juga ada sesuatu yang tak ingin ia akui: kerinduan.Kakinya menyentuh lantai dingin saat ia berdiri, melangkah ke kamar mandi, namun tetap tak menemukan Liam di dalam sana. Shireen mulai merasa aneh. Tanpa buang waktu, ia mengenakan pakaian seadanya dan membuka pintu kamar, menelusuri koridor hotel yang mewah itu dengan jantung berdebar.Ia membuka satu demi satu pintu yang dibiarkan tid

  • PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI   Bab 21. Sisi Lain

    Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian itu. Rumah megah yang kini menjadi tempat tinggal Shireen masih terasa asing baginya, tetapi ia mulai terbiasa dengan keheningan dan rutinitasnya. Liam jarang pulang tepat waktu, dan saat pun ia ada di rumah, percakapan mereka hanya secukupnya. Tidak ada yang benar-benar berubah, selain bahwa kini Shireen tengah menunggu perceraian resmi dengan Nick.Pagi itu, seorang pelayan mengetuk pintu kamar Shireen. Wanita muda itu masuk sambil membawa sebuah kotak berwarna krem dengan pita emas yang terikat rapi."Tuan Liam meminta Anda memakai ini hari ini," ucapnya sopan. "Beliau akan membawa Anda ke luar kota. Mobil akan berangkat dalam dua jam."Shireen mengernyit. "Keluar kota? Untuk apa?""Saya tidak diberi tahu, Nona. Tapi Tuan Liam meminta Anda bersiap."Setelah pelayan itu pergi, Shireen menatap kotak itu cukup lama sebelum akhirnya membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah gaun panjang berwarna lembut—bukan yang terlalu mencolok, justru tampak

  • PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI   Bab 20. Surat

    Klub malam itu dipenuhi asap rokok, lampu temaram, dan dentuman musik yang memekakkan telinga. Di salah satu sofa VIP yang terletak agak tersembunyi, Nick sedang bersandar dengan kepala miring, sebotol minuman keras di tangan, dan dua wanita berpakaian minim duduk menempel di kedua sisinya.Tertawa. Mabuk. Tak peduli dunia.Namun, tawa itu berhenti seketika saat salah satu wanita yang bersandar di bahunya menegakkan tubuh, lalu menunduk ketakutan. “I-Itu… siapa dia?”Langkah sepatu hitam menginjak karpet mewah ruangan itu, lambat dan berwibawa. Liam muncul dari balik kegelapan dengan tatapan yang tak terbaca, ditemani dua pria berbadan besar di belakangnya. Sorot matanya menusuk ke arah Nick seperti singa yang hendak menerkam.“Tuan Liam?” gumam Nick pelan, matanya menyipit karena efek alkohol. Ia mencoba duduk tegak, menepis tangan wanita di sampingnya. “Apa yang kamu lakukan di sini?”Liam tak menjawab. Ia hanya menarik kursi di seberang Nick dan duduk, menyilangkan kaki dengan tena

  • PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI   Bab 19. Berhutang Maaf

    Malam menjelang dengan sunyi yang merambat pelan di seluruh sudut rumah megah itu. Lampu-lampu gantung menyala temaram, menyisakan bayangan panjang di lantai marmer putih. Shireen duduk diam di sofa ruang tamu, memeluk lutut, matanya menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Ia sudah mencoba makan malam, tapi hanya menyentuh beberapa suap sebelum kehilangan selera. Pikirannya terus kembali ke pagi tadi. Ke suara pecahan gelas. Genggaman kasar di wajahnya. Tatapan tajam itu. Dan sekarang, setiap menit yang berjalan hanya membuatnya semakin gelisah. Entah karena takut Liam pulang… atau karena menanti sesuatu yang tidak ia pahami. Hatinya terasa aneh. Ingin Liam datang, tapi juga tidak. Ingin menjauh, tapi terlanjur terikat. Ketika suara mobil memasuki halaman, jantung Shireen langsung berdegup cepat. Napasnya memburu. Ia berdiri, namun tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya berdiri di tempatnya—menunggu. Pintu utama terbuka. Langkah sepatu kulit terdengar teratur di lo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status