Kiara terbangun saat mendengar ketukan di pintu kamar, ia bergegas membuka pintu.
"Selamat pagi, Mbak Kiara."
Kiara tersenyum melihat kedatangan dokter dan perawat. Setiap pagi memang selalu ada dokter yang mengunjungi dan memeriksa kondisi ibu Kiara. Tetapi , yang membuat Kiara terbelalak adalah seseorang yang berjalan di belakang dokter dan perawat. Sosok yang selama 24 jam terakhir ini amat sangat meresahkan.
Kiara berusaha untuk menjauh dari Kevin yang menatapnya dengan tajam seolah berkata,tunggu jika dokter dan perawat sudah keluar dari ruangan ini.
"Bagaimana kondisi ibu saya, dok? Apakah tidak ada perkembangan yang baik?" tanya Kiara.
"Kondisinya stabil, Mbak Kiara. Tapi,kami tidak bisa memastikan kapan ibu anda bisa sadar kembali. Seperti yang pernah kami katakan, sebaiknya sering-sering diajak bicara ya."
"Baik,dokter. Terima kasih banyak," kata Kiara.
Setelah selesai memeriksa sekaligus juga mengganti cairan infus, dokter dan perawat pun pamit dan keluar ruangan. Kini hanya tinggal Kevin dan Kiara yang menatap Kevin takut-takut.
"Apa yang aku bilang kemarin? Bukan hanya ceroboh, kamu ini benar-benar pelupa."
"Saya salah apa lagi, Pak?" tanya Kiara.
"Bapak ... Kamu pikir berapa usia saya?!" hardik Kevin sambil mendorong dahi Kiara dengan jari telunjuknya.
"Berapa kali saya bilang, Panggil saya Mas! Mana ponselmu?"
Kiara tampak kebingungan saat Kevin menanyakan ponselnya, gadis itu pun segera mencari ponselnya yang ternyata ada di bawah bantal yang ia gunakan dan dalam kondisi kehabisan baterai.
"Maaf," ujar Kiara.
"Sekarang mandi dan ganti pakaianmu dengan ini, kita akan ke butik langganan mamaku."
"Untuk apa?" tanya Kiara dengan polos.
Kevin menghela napas dengan kasar, "Pernikahan kita dipercepat. Jadi,kita akan memilih gaun pengantin yang cocok untukmu."
"Tapi ...."
"Tidak ada tapi, sekarang cepat mandi, aku sudah membawakan pakaian ganti untukmu. Jangan khawatir soal ibumu, aku sudah mambayar jasa perawat untuk menjaga ibumu selama 24 jam. Jadi kau bisa ke sana kemari tanpa harus memikirkan ibumu."
Kiara hanya mencebikkan bibirnya dan ia pun meraih shopping bag yang dibawa oleh Kevin. Lalu gadis itu menghilang ke kamar mandi. Kiara harus merasa heran ketika ia melihat isi shopping bag yang dibawa oleh Kevin. Isinya pakaian lengkap dengan dalaman yang ukurannya sangat pas dengan Kiara.
Saat Kiara keluar ia melihat seorang perawat sedang duduk di dekat ranjang ibunya.
"Dia suste Mala yang akan menjaga ibumu selama kau bersamaku. Kita pergi sekarang," kata Kevin.
Belum sempat berpamitan, Kevin sudah menarik tangan Kiara untuk segera keluar bersamanya.
"Aku paling tidak suka jika ada yang tidak mematuhi keinginanku. Aku hanya menyuruhmu untuk tidak mematikan ponselmu. Apa itu susah?" tanya Kevin. Kiara terdiam,semalam ia memang lupa untuk mengisi baterai ponselnya.
"Saya ...."
Kevin mengangkat tangannya, "Tidak usah kamu teruskan, aku tau apa yang akan kamu katakan. Pasti mau minta maaf, iya,kan?"
Kiara lagi-lagi hanya bisa mengutuk Kevin di dalam hati.
"Tadinya mau minta maaf, tapi sekarang saya mau ngomel. Mas ini nggak tau kalau pagi-pagi itu nggak boleh marah-marah. Saya tau saya mesti nurut, tapi ya kira-kira juga kalau mau ngomel. Pagi-pagi anak gadis orang bukannya dikasi makan, dikasi sarapan atau apa gitu, ini malah diomelin. Kenyang banget saya mas, sarapan pake omelan, berasa makan bakso pake sambal satu mangkuk!"
Kevin melongo, untuk pertama kalinya ia mendengar Kiara bicara dalam kalimat yang cukup panjang.
"Kamu marah sama saya?" tanya Kevin.
"Ya Bapak pikirin aja sendiri kalau Bapak ada diposisi saya kira-kira gimana? Emang bapak mau diomelin gitu pagi-pagi?" jawab Kiara dengan kesal.
Perutnya yang lapar membuat gadis itu tiba-tiba memiliki keberanian untuk mengomeli Kevin. Sementara yang diomeli hanya mendecih sebal. Namun, tiba-tiba mendengar bunyi perut Kiara yang tanpa permisi membuat Kevin mau tidak mau menahan tawa.
Sementara Kiara sendiri langsung memalingkan wajahnya yang memerah karena ketauan bahwa ia lapar.
Meski menyebalkan, tapi Kevin bukanlah orang yang kejam hingga membiarkan anak gadis orang kelaparan. Ia pun membelokkan mobilnya ke sebuah restoran 24 jam siap saji.
"Katanya mau ke butik?" tanya Kiara.
"Dari pada nanti bunyi perutmu makin keras trus bikin malu di butik, jadi kamu makan dulu."
Kiara pun mengikuti langkah Kevin sambil menahan senyum.
"Saya kalau pagi banyak makan," kata Kiara.
"Uang saya nggak akan habis meski restoran ini saya beli," jawab Kevin dengan ketus, "Cepat sana pesan,ini uangnya, tolong pesankan saya coklat panas dan burger keju dobel," kata Kevin sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Kiara.
Lelaki itu harus membelalakkan mata saat melihat Kiara kembali dengan baki yang penuh makanan. Ada burger, dua potong paha ayam, sup, spagetti dan ice cream. Bahkan untuk membawa semuanya ia sampai dibantu oleh seorang waiters.
"Kamu kuat menghabiskan ini semua?" tanya Kevin.
"Ya kuat-lah. Saya kan udah bilang kalau saya sarapan paginya banyak. Nggak hanya sarapan, tapi memang saya kuat makan. Jadi, kalau Ba- Mas mau nikahin saya, Mas harus kasi saya makan yang banyak," jawab Kiara sambil mendelik.
Kevin kembali dibuat melongo saat melihat Kiara makan dengan lahap. Ia memakan semua makanan yang ada di hadapannya dengan cepat dan sangat lahap.Padahal, Kevin ingat dengan jelas, semalam saat mereka makan malam bersama Aulia dan Nancy, Kiara makan dengan anggun dan dalam porsi kecil. Bahkan Aulia sampai harus menambahkan beberapa lauk ke atas piring Kiara supaya gadis itu mau makan banyak.
Tetapi, apa yang Kevin lihat pagi ini seratus delapan puluh derajat sangat jauh berbeda.
Sehingga , pada akhirnya Kevin hanya memperhatikan Kiara makan tanpa berkedip sampai gadis itu menghabiskan seluruh makanan di hadapannya tanpa sisa sama sekali.
"Loh, burger Mas kok masih utuh? Kenapa nggak di makan?" tanya Kiara.
"Kamu masih mau? Saya mendadak kenyang," kata Kevin sambil meletakkan burger yang memang belum ia sentuh itu di atas piring Kiara. Tanpa ia sangka, gadis bertubuh tinggi namun agak kurus itu meraih burger yang ia berikan dan hanya dalam waktu beberapa menit burger itu sudah habis dan Kiara tampak puas sambil menyesap mocca floatnya.
"Kamu makan sebanyak itu setiap hari?" tanya Kevin.
"Kenapa memangnya?"
"Semalam kamu makan sedikit sampai mama saya yang berkali- kali menyendokkan lauk untuk kamu," kata Kevin.
"Oh, itu ... Ya saya harus jaga image dong,Mas. Nggak lucu kan kalau mama anda nggak setuju sama saya hanya gara-gara saya makan kayak kuli. Kalau sampai batal saya harus ganti rugi."
Mendengar jawaban Kiara, Kevin tanpa ragu menjewer kuping gadis itu.
"Nggak ada akhlak!" makinya.
"Semalam kamu makan sedikit sampai mama saya yang berkali- kali menyendokkan lauk untuk kamu," kata Kevin."Oh, itu ... Ya saya harus jaga image dong,Mas. Nggak lucu kan kalau mama anda nggak setuju sama saya hanya gara-gara saya makan kayak kuli. Kalau sampai batal saya harus ganti rugi." Mendengar jawaban Kiara, Kevin tanpa ragu menjewer kuping gadis itu."Nggak ada akhlak!" makinya."Anda yang nggak punya akhlak! Jewer kuping orang sembarangan," jawab Kiara dengan kesal sambil memegangi kupingnya yang terasa panas. Kevin tak peduli dengan Kiara yang meringis, ia pun segera menarik tangan gadis itu dan mengajaknya bergegas."Kamu boleh memilih gaun pengantin yang kamu mau nanti di sana. Butik itu adalah butik langganan mamaku. Yang datang ke sana artis-artis dan juga istri-istri pejabat. Mamaku mau calon menantunya tampil cantik." Kiara tak menyahuti ucapan Kevin, ia
"Mamamu baik-baik saja, kan?" tanya Lestari. Kevin mengangguk."Mamaku baik-baik saja, Tante. Tapi,ibu Kiara ... Kami pergi dulu," tukas Kevin sambil bergegas menarik tangan Kiara untuk segera ikut bersamanya. Mendengar ibunya disebut,Kiara pun tampak panik. Ia begitu ketakutan, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan sang ibu."Ibu kenapa, Mas?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di dalam mobil.Ia merasa panik dan cemas, ia takut jika terjadi sesuatu pada sang ibu."Tidak usah banyak bicara dan banyak bertanya. Kamu bisa lihat sendiri nanti jika kita sudah sampai ke rumah sakit," jawab Kevin. Kiara hanya mencebikkan bibirnya dengan kesal. Namun, ia tidak membantah lagi dan hanya diam selama perjalanan. Saat mereka sampai di rumah sakit, Kiara bergegas menuju ke kemar sang ibu. Alangkah lega hatinya saat ia melihat Khairani, sang ibu sedang berbaring dan diperiksa oleh dokter dengan mata terbuka.
Kevin benar- benar membuktikan ucapannya. Pagi- pagi sekali sebuah mobil pick up sudah berhenti di depan rumah Kiara. Kiara terbelalak saat melihat sofa baru di atas mobil itu."Ini sofa siapa, Pak?" tanyanya pada supir dan beberapa orang yang ada di mobil itu.""Ini rumah Mbak Kiara, kan? Kami diminta pak Kevin untuk mendekor ulang rumah Mbak Kiara. Katanya besok ada acara lamaran, kan? Oya, saya Yusuf, Mbak." Baru saja Kiara hendak menelepon Kevin , ponselnya sudah berbunyi nyaring. Dengan wajah di tekuk Kiara langsung mengangkat teleponnya."Pak Yusuf itu pemilik toko Furniture. Dia dan anak buahnya akan mengganti sofa usang di rumahmu. Juga beberapa barang di rumahmu yang sudah jadul alias ketinggalan jaman. Lalu, nanti akan ada yang datang untuk mengganti gorden rumahmu dengan yang lebih bagus. Tidak usah memasak, kau urus saja ibumu dengan baik, aku sudah mengirim makanan sehat untuk kalian."  
Kevin menatap wanita di hadapannya dengan tatapan mata tajam, dia adalah sekretaris baru yang dibawa oleh Nancy untuk menggantikan posisi Kiara."Ini, Bu Nancy?" tanya Kevin. Di depan para pegawainya Kevin memang selalu memanggil Ibu kepada Nancy. Supaya lebih formal dan juga tidak ada orang yang mengambil keuntungan jika tau bahwa Nancy adalah tantenya."Namanya Anita, Pak Kevin. Dia sudah berpengalaman dalam bekerja.""Tiga bulan percobaan, tidak lolos menurut saya berikan pesangon dan cari yang baru. Saya harus pergi sekarang, tolong ajari dia, Bu." Tanpa menunggu jawaban, Kevin segera melangkah pergi. Hal itu membuat Nancy harus mengelus dada mencoba bersabar. Meskipun ia ingin menelan Kevin bulat-bulat. Kevin segera melangkah menuju tempat parkir, ia harus mengambil pakaian di butik untuk dikenakan Khairani dan juga Kiara. Ia tidak mau jika Aulia be
Kiara bangun sejak adzan subuh berkumandang. Ia segera mandi dan melakukan ibadah dua raka'at kemudian langsung menuju kamar Khairani. Ibunya ternyata sudah bangun dan sedang menjalankan salat. Kiara pun menunggu hingga Khairani selesai. Ketika ia melihat sang ibu sudah selesai barulah ia mendekat dan memeluknya."Ada apa, Nak? Kau tidak bersiap-siap? Dandanlah yang cantik, bukankah keluarga nak Kevin akan datang pukul delapan pagi?" tanya Khairani."Aku masih takut, Bu." Khairani tersenyum dan mengecup kening Kiara dengan lembut."Semua akan baik-baik saja. Sekarang bersiaplah, Ibu juga akan bersiap," kata Khairani. Kiara pun mengangguk patuh. Dengan mengenakan tulle dress berwarna pastel, Kiara tampil sempurna.Detail embroiderywarnagoldpada bagian depandress semakin memberikan kesan tampilan yang elegan kepada gadis itu. Ia juga menge
Pada akhirnya hari itu tiba juga. Sejak sore hari Kevin sudah menyuruh supir untuk menjemput dan membawa Kiara ke hotel tempat di mana mereka akan menikah besok. Kiara dan ibunya hanya bisa melongo saat orang suruhan Kevin membawa mereka ke suite room yang berada di lantai 4."Semuanya sudah dipersiapkan oleh Pak Kevin. Penata rias Mbak Kiara juga sudah ada di sini. Jadi, besok pagi dia akan datang ke kamar ini dan membuat penampilan Mbak Kiara jadi seperti ratu." Kiara hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih."Kevin sudah menghubungi?" tanya Khairani."Tidak usah ditanyakan, Bu. Nanti juga dia tiba-tiba muncul,"jawab Kiara membuat Khairani gemas."Kamu itu, dia kan calon suamimu.""Iya, Bu. Kiara tau dia adalah calon suami Kiara. Tapi, dia itu terkadang menyebalkan sekali," jawab Kiara."Kamu mencintainya?" tanya Khairani lagi. Kiara terdiam, cinta? Jelas tidak, seja
"Bagaimana para saksi, sah?""SAH""SAH" Dengan terdengarnya ucapan kata 'sah' ,maka sah-lah Kiara menyandang gelar sebagai nyonya Kevin. Setelah sungkem dan meminta doa kepada ibu masing-masing, Kiara pun mencium punggung tangan Kevin sebagai bakti seorang istri pada suaminya."Setelah ini kita masih harus memainkan sandiwara di pesta resepsi. Jadi, tolong persiapkan dirimu, ingat bahwa selain keluarga besarku dan juga klien. Akan ada para pemburu berita yang dengan senang hati meliput acara pernikahanku," kata Kevin di telinga Kiara. Kiara hanya tersenyum dan membalasnya dengan satu kecupan kecil di pipi Kevin. Melihat begitu mesra Kevin dan Kiara membuat Aulia dan Khairani tersenyum senang."Kalau melihat kemesraan mereka aku yakin kita akan segera menimang cucu, Jeng," ujar Aulia kepada Khairani."Insya Allah, kita doakan saja supaya pernikahan mereka menjadi pernikahan yang sak
Kiara menatap bayangan wajahnya lewat cermin, sudah hampir tiga puluh menit ia berada di dalam kamar mandi. Pesta resepsi sudah berakhir sejak satu jam yang lalu. Kiara dan Kevin saat ini berada di kamar hotel yang sudah di hias sedemikian rupa menjadi kamar pengantin."Kiara, kamu masih hidup? Nggak ada niat bunuh diri,kan?" Terdengar suara Kevin dari luar. Hih, Kiara mendengus sebal, bagaimana bisa lelaki menyebalkan itu menjadi suaminya. Gadis cantik itu pun bergegas keluar. Kevin yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil menonton televisi hanya menoleh lalu kembali asik dengan film yang sedang ia tonton. Sementara Kiara yang sudah mengantuk dengan sedikit ragu merebahkan tubuh di atas tempat tidur."Kamu mau tidur?" tanya Kevin tanpa menoleh. Kiara menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kesal."Lalu, aku harusnya ngapain, Mas?" tanyanya balik."Ini malam pertama kita," ucap Kev