Kevin menghela napas panjang, "Aku minta maaf jika selama ini mungkin aku bersikap keras selama aku menjadi bosmu."
"Ak-aku ...."
Lidah Kiara terasa kelu, untuk pertama kali seumur hidup ia mengenal Kevin baru kali ini ia mendengar Kevin meminta maaf. Kevin menoleh dan merengkuh tubuh Kiara ke dalam pelukannya.
"Mas sehat? Baik-baik saja, kan?"
Tawa Kevin meledak seketika mendengar pertanyaan Kiara.
"Aku baik-baik saja, sayang."
Kiara bertambah bingung, ia mendongak dan menatap suaminya tak percaya. Apa dia bilang tadi? sayang? batin Kiara bertanya. Melihat kebingungan di wajah Kiara, Kevin hanya tertawa kecil. Tanpa Kiara duga, Kevin mengecup bibirnya dengan sangat lembut.
"Aku mencintaimu, Kiara."
"Mas benar-benar salah makan," kata Kiara dengan tatapan panik.
"Aku baik-baik saja," jawab Kevin mempererat pelukannya.&
Kembali ke kamar mereka, kali ini Kiara dan Kevin tak lagi ragu untuk saling berpelukan. Bahkan mereka pun memulai kegiatan panas dengan penuh cinta."Kamu mau punya anak berapa?" tanya Kiara sambil merebahkan kepalanya di dada Kevin."Sebelas," jawab Kevin asal sambil tertawa kecil. Mendengar jawaban sang suami, Kiara mencubitnya perlahan."Enak saja, hamil itu berat, Mas. Teganya kamu meminta aku melahirkan sebelas kali," protes Kiara."Aku selalu mendampingi, percayalah.""Gombal.""Biar gombal, tapi aku mencintaimu," bisik Kevin di teruk leher Kiara. Tak usah ditanyakann lagi apa yang selanjutnya mereka lakukan. Karena tiga puluh menit kemudian keduanya sudah terkapar dengan napas tersengal dan saling berpelukan. Seminggu yang mereka lewati di Gili adalah hari-hari yang penuh dengan cinta dan juga kebahagiaan. Hari itu mereka pun kembali k
Setelah membereskan semua pekerjaannya, Kevin segera mengajak Kiara untuk pulang."Kamu mau makan dulu sebelum kita pulang?" tanya Kevin."Kita ke rumah ibuku dulu, Mas. Pakaianku masih di sana, kan?"Kevin tertawa kecil, "Soal itu tidak usah sampai pulang ke sana. Lagi pula, aku sudah mempersiapkan semuanya untukmu. Nanti malam, kita baru ke rumah mama untuk memberikan oleh-oleh." Kiara hanya mengangguk, "Iya sudah, terserah Mas saja.""Aku tadi bertanya belum kamu jawab," kata Kevin."Hah? Yang mana?" Kevin mencubit hidung Kiara dengan gemas, "Mau makan dulu, sayang?" tanyanya. Kiara tertawa kecil, "Boleh, aku memang lapar, Mas."Kevin hanya tersenyum, mereka pun mampir di sebuah rumah makan seafood favorit Kevin. Kevin tau jika Kiara paling suka seafood. Setelah makan, barulah mereka pulang. Rumah
Amanda menatap sosok di layar ponselnya dengan penuh kerinduan, sudah dua tahun ia memendam rindu kepada ibu dan adiknya."Kalian baik-baik saja, kan?" tanya Amanda."Kami baik, kok, Kak. Mama juga kondisinya sudah membaik dan sekarang sedang menjalani terapi.""Sekolahmu?""Sekolahku juga baik, Kak. Kapan Kakak akan ke sini?" Amanda tersenyum, "Nanti Kakak akan menjenguk ke sana, kakak masih ada pekerjaan yang harus kakak selesaikan."Amanda berusaha tersenyum dan menahan rasa sakitnya. Melihat adik dan ibunya dalam keadaan sehat, Amanda sudah senang. Itu saja sudah lebih dari cukup. Setelah bicara beberapa saat, Amanda pun kembali menyerahkan ponsel kepada Nancy."Sudah puas? Selama ini aku tidak pernah berdusta. Ibu dan adikmu selalu aku perhatikan, mereka dalam keadaan baik. Jadi, kamu harus ikuti semua mauku.Ingat, jika aku bisa memberikan pengo
"Tante sudah gila? Aku tidak mau, lagi pula kami akan menikah. Apa lagi jika Kevin tau aku sudah hamil, dia akan mempercepat pernikahan kami."Nancy tersenyum dengan licik, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya kemudian memperlihatkannya kepada Amanda. Kedua netra Amanda berkaca-kaca seketika saat melihat video yang ada di ponsel Nancy."Aku jamin, jika Kevin melihat ini dia akan langsung meninggalkan dirimu. Rumahmu sekarang sedang digadaikan juga, bukan? Bagaimana jika aku meminta kamu mengembalikan uang yang aku pakai untuk membayar biaya rumah sakit? Ah, aku lupa, baru saja ibumu melakukan cuci darah. Biaya di sini lebih mahal dari pada rumah sakit sebelumnya. Kamu bisa bayar?" Amanda diam, Nancy benar-benar sedang menekan dirinya. Kenapa juga malam itu ia mau saja menerima minuman dari orang asing. Amanda kini sadar bahwa itu pasti adalah jebakan. Ya, malam itu ia pergi ke sebuah kelab malam. Tadinya ia hend
Kiara membuka matanya perlahan, ia menoleh ke samping. Kevin masih tertidur dengan bibir penuh senyuman. Melihat senyum di wajah Kevin, Kiara pun ikut tersenyum. Keduanya terlibat dalam pergumulan seru semalam. Kiara perlahan bangkit dan meraih jubah tidurnya, tetapi tiba-tiba pinggangnya ditarik hingga ia terjatuh dalam pelukan Kevin."Mau ke mana?" tanya Kevin dengan suara parau tanpa membuka mata terlebih dahulu. Kiara mengecup kening dan bibir suaminya itu perlahan."Aku mau menyiapkan sarapan, Mas. Kamu harus kerja, kan?" Kevin membuka mata dan menggeliat perlahan."Rasanya aku malas bekerja, sayang," kata Kevin lirih. Kiara mendelik, "Kalau begitu biar aku menjadi sekretarismu saja.""Eh, tidak! Istriku cukup di rumah saja, biarkan aku yang bekerja. Tante Nancy sedang liburan ke Singapura. Aku baru saja memecat sekretarisku, kerjanya tidak segesit dirimu d
Aulia memperkenalkan Kiara sebagai menantunya dengan bangga kepada semua temannya yang hadir dalam acara arisan itu. Tak lupa ia juga memperkenalkan Khanza sebagai besannya dengan wajah berseri. "Ya ampun, mantu Jeng Aulia benar-benar cantik, ya. Pantes loh Kevin sampe bikin pesta dadakan. Pasti takut keduluan sama orang," komentar salah seorang kawan Aulia. "Oh, iya jelas dong, Jeng. Kiara ini anaknya polos, belum pernah pacaran sama sekali. Jadi, Kevin harus gercep alias gerak cepat dong," jawab Aulia dengan bangga. Sementara Khanza dan Kiara hanya tersenyum-senyum kecil. Khanza memang tidak terlalu suka arisan atau acara kumpul-kumpul sejak masih gadis. Meski kedua orangtuanya bukan keluarga sembarangan di Surabaya, tetapi ia tidak suka dengan acara yang menurutnya hanya buang waktu. Tetapi, Khanza juga tau diri, ia tidak ingin mengecewakan besannya. Jadi, ia pun berbaur dengan
"Sore semuanya ...." "Kamu ...." Aulia tampak diam, ia menatap wanita yang sedang berdiri dekat pintu dengan tatapan tidak suka. Sementara Kiara dan Khairani saling pandang tak mengerti. "Kamu, ke mana saja selama ini? Untuk apa sekarang kamu datang lagi?" tanya Aulia dengan ketus. Wanita bertubuh tinggi itu berjalan perlahan menghampiri Aulia. Ia mengulurkan tangannya untuk menyalami Aulia. Tetapi, Aulia menepiskan tangan wanita itu. "Buat apa kamu ke sini? Mencari Kevin? Lebih baik kamu pergi, jika memang itu yang kamu inginkan. Kevin sudah bahagia, ini Kiara istri Kevin yang 'SAH'," kata Aulia dengan ketus. Untuk pertama kalinya Kiara melihat Aulia bicara dengan sangat ketus. "Justru karena aku mendengar Kevin menikah, aku kembali ke Indonesia." "Buat apa? Kamu mau mengacau? Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum Kevin datang untuk menjemput Ki
Kevin tersentak melihat Amanda yang tengah berjalan menghampirinya. Wajah Kevin langsung menegang dan tatapan matanya berubah tajam. "Kamu?! Kenapa dia ada di sini, Ma?" Kevin menatap Aulia yang juga tampak terkejut dengan kedatangan Amanda. "Gara-gara dia ibu mertuamu pingsan!" Kevin melangkah mendekati Amanda, tanpa berpikir panjang ia mencengkram lengan Amanda dan mendorongnya dengan keras. Hampir saja Amanda terjatuh jika ia tidak berpegangan pada pilar rumah sakit. "Punya hak apa kamu datang lalu membuat ibu mertuaku sakit? Kamu pikir kamu siapa?!" seru Kevin emosi. "Ibu mertuamu saja yang memang lemah, aku hanya bicara apa adanya. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan kepadaku!" pekik Amanda. "STOOP!!!" Kiara tiba-tiba bangkit dan dengan cepat ia menghampiri Amanda. Plak! "Kalau kamu punya hati, saya minta kamu pergi! Ini rumah sakit,