Beranda / Pendekar / PENDEKAR 7 WARNA / KETERKEJUTAN SANG GURU BESAR!

Share

KETERKEJUTAN SANG GURU BESAR!

Penulis: Mithavic Himura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 05:02:43

"Jika kau bisa mewarisi ilmu itu dengan baik dan bisa bertanggung jawab atas segalanya, aku tidak keberatan."

"Aku pegang kata-katamu, Cang Sin!"

Setelah bicara seperti itu, Cung Sin berbalik dan bergerak melangkah ke arah kuda yang mereka tambatkan di bawah pohon tidak jauh dari lokasi Lembah Seribu Obat.

Namun, ketika ia ingin naik ke atas pelana kudanya, ia jadi teringat, ia tidak boleh meninggalkan Cang Sin begitu saja di tempat itu. Ayahnya akan curiga.

Cung Sin berbalik, dan menatap Cang Sin yang perlahan bangkit berusaha untuk berdiri meskipun wajahnya terlihat masih menyimpan perasaan sakit tersebut.

"Apa kau bisa berjalan?" tanya Cung Sin, sekedar memastikan saja, tidak benar-benar khawatir.

"Aku akan berusaha."

Cung Sin mengawasi gerakan Cang Sin yang perlahan melangkah ke arah di mana ia menunggu.

Langkah Cang Sin terlihat sedikit berbeda dari biasanya, seperti sedang menahan rasa sakit, dan Cung Sin penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Cang Sin.

"Apa kau masih merasa sakit pada milikmu itu?" tanyanya lagi sambil mengarahkan pandangannya ke bagian bawah perut Cang Sin.

"Ya."

"Perlukah aku memeriksanya?"

"Tidak perlu!"

"Kau yakin?"

"Yakin."

Cung Sin menarik napas panjang mendengar penolakan Cang Sin.

"Apa sebelum pulang, kau ingin aku bawa ke seorang tabib?" tawar Cung Sin lagi.

"Tidak perlu. Kita pulang saja. Bukankah ayah bisa melakukan pengobatan apapun?"

Cang Sin naik ke atas pelana kudanya dan Cung Sin akhirnya juga melakukan hal yang sama. Dari kejauhan, awan hitam berarak hingga membuat keduanya yakin sebentar lagi akan turun hujan.

Ketika Cung Sin ingin menggebrak kudanya agar mereka bisa memulai perjalanan untuk pulang ke perguruan, suara Cang Sin terdengar hingga kakak kembar Cang Sin itu menunda apa yang ingin dilakukannya.

"Ada apa?" tanyanya karena tadi Cang Sin hanya meminta ia untuk tidak dahulu menggebrak kudanya, tidak mengatakan mengapa mereka tidak boleh pergi dahulu.

"Terima kasih, Kak."

Cung Sin mengerutkan keningnya mendengar ucapan terima kasih yang dilontarkan oleh Cang Sin padanya.

"Terima kasih untuk apa?"

"Selama ini, aku merasa, Kakak seperti tidak suka padaku, kau terus melakukan sesuatu untuk membuat aku kesal, tapi sekarang, aku merasa kesimpulanku itu salah. Kau ternyata perhatian padaku."

Cih! Ini hanya sandiwara, Cang Sin. Sampai kapanpun, aku tidak pernah suka padamu, aku ingin akulah satu-satunya anak ayah, agar semua pendekar menghormati aku, tapi untuk sekarang, aku tidak bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan padamu,

Hati Cung Sin menanggapi perkataan sang adik, tapi di bibir ia menanggapi baik apa yang dikatakan oleh Cang Sin tadi padanya.

"Tidak perlu didramatisir. Kau ini calon pendekar kuat, tapi terlalu cengeng, aku tidak suka hal itu."

Setelah bicara demikian, Cung Sin menggebrak kudanya hingga binatang itu berlari kencang mengikuti perintah Cung Sin.

Melihat kakaknya sudah menggebrak kudanya seperti itu, Cang Sin juga melakukan hal yang sama. Meskipun rasa sakit itu masih dirasakannya, tapi Cang Sin mengerahkan ilmu tenaga dalamnya untuk memerangi perasaan sakit tersebut, dan berharap setelah nanti mereka sampai ke perguruan, ayahnya yang dijuluki sang raja obat bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Menjelang malam, Cang Sin sudah sampai ke perguruan milik ayahnya. Pintu gerbang terbuka saat Cang Sin turun dari kudanya seolah mempersilakan Cang Sin untuk masuk.

Beberapa murid perguruan menunduk hormat pada Cang Sin ketika pria itu masuk sambil menuntun kuda kesayangannya.

Cang Sin segera ke rumahnya yang terletak di belakang perguruan, dan masih berada di wilayah perguruan tersebut.

"Ayah!"

Cang Sin langsung menjura hormat ketika sang ayah membuka pintu saat ia baru saja mengetuk pintu tersebut.

"Kau sudah kembali?" tanya Cang San pada putranya.

"Iya, Ayah. Apakah Kak Cung Sin juga sudah kembali? Saat di perjalanan, aku kehilangan jejak Kak Cung Sin, kupikir, dia sudah tiba lebih dulu di perguruan ini."

Kening Cang San berkerut mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak.

"Cung Sin? Kau bertemu dengannya di mana? Aku sedang menugaskan dia ke perbatasan, tidak mungkin dalam sekejap ia sudah kembali, kau yakin itu kakakmu?"

Sekarang, ganti wajah Cang Sin yang terlihat terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh sang ayah.

Keterkejutan sang ayah sama seperti yang ia rasakan ketika sang kakak tiba-tiba muncul di Lembah Seribu Obat. Namun saat itu, Cung Sin tidak menjawab pertanyaannya dengan baik terkait mengapa kakaknya itu bisa datang ke Lembah Seribu Obat.

Akan tetapi, baru saja Cang Sin ingin menanggapi apa yang diucapkan oleh sang ayah, tiba-tiba saja salah satu murid perguruan ayahnya datang menghadap hingga Cang Sin mengurungkan niatnya untuk menanggapi.

"Guru, perempuan hamil yang sakit itu harus segera diberi obat, dia hampir tidak tahan lagi untuk bertahan, apa yang harus kami lakukan untuk mencegah ia untuk bunuh diri?"

Sang murid mengatakan hal itu setelah menjura hormat pada Cang San.

"Baiklah, aku akan membuat obat itu segera, Cang Sin sudah kembali, bahannya sudah ada, kau dan yang lain terus pantau ibu itu dan pastikan ia tidak pingsan!"

Murid itu langsung membungkukkan tubuhnya ketika mendengar perintah yang diucapkan oleh sang guru besar.

Ia segera pamit dari hadapan Cang Sin dan ayahnya.

"Cang Sin, kau bantu Ayah untuk mempersiapkan obatnya, kau mendapatkan bahannya, bukan?" kata Cang San yang berujung pertanyaan.

"Ah, iya, Ayah! Aku membawanya, aku akan membantumu untuk mengolah obat itu!"

Cang Sin segera bergegas untuk mengikuti ayahnya untuk ke ruang pembuatan obat yang juga masih di dalam rumah mereka.

Ruangan itu sudah sejak lama digunakan Cang San untuk mengolah obat. Ketika mereka baru saja bersiap untuk melakukan proses pembuatan, tiba-tiba saja, Cang Sin merasakan bagian bawah perutnya kembali sangat sakit hingga wadah yang dibawanya untuk tempat obat jatuh ke lantai dan itu membuat ayahnya sontak menatapnya dengan tatapan mata rasa ingin tahu.

"Kau kenapa?" tanyanya sembari berjongkok memungut wadah obat yang dijatuhkan oleh Cang Sin.

"Ayah, sejak dari Lembah Seribu Obat, kelelakianku sering terasa sakit, aku ingin Ayah memeriksanya, apa yang sebenarnya terjadi padaku?"

Terbata-bata, Cang Sin menjelaskan sambil meraih kursi dan duduk di sana dengan wajah yang dibanjiri dengan keringat dingin.

Saat di perjalanan pulang, Cang Sin mengerahkan ilmu tenaga dalamnya untuk bisa menahan rasa sakit tersebut. Namun, bukan berarti rasa sakit itu hilang sama sekali.

Cang Sin tetap merasa sakit tapi ia masih bisa menahan hingga akhirnya ia sampai ke perguruan dengan selamat. Dan sekarang, mengapa rasa sakit itu datang lagi bahkan semakin hebat?

Cang San melangkah mendekati sang anak, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Cang Sin yang dibanjiri keringat dingin.

Wajahnya terlihat sangat terkejut hingga pria itu mundur beberapa tindak!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENDEKAR 7 WARNA    TIDAK BISA MENYENTUH

    Mendengar sang anak mendesaknya sedemikian rupa, Cang San menatap wajah Cung Sin dengan tatapan mata serius seolah ia tidak mau apa yang dikatakannya nanti dianggap tidak bersungguh-sungguh."Jika kau dan Cang Sin tidak memenuhi syarat, untuk sementara, aku yang akan terus memimpin perguruan ini sampai ada salah satu dari kalian yang bisa melakukannya.""Apa? Ayah tidak salah?"Cung Sin sangat terkejut dengan apa yang ia dengar dari sang ayah, hingga ia menatap ayahnya dengan dua mata melotot berharap ayahnya tidak bersungguh-sungguh saat mengucapkan kalimat tadi.Namun, dari sorot mata sampai wajahnya, Cung Sin bisa melihat, ayahnya benar-benar serius. Hingga ia murka dengan semua yang dikatakan oleh ayahnya meskipun ia masih berusaha untuk menahan kemarahannya tersebut."Ayah! Ayah jangan asal ambil keputusan. Kaisar ingin perguruan kita memimpin penyerangan dan penumpasan pada sekelompok orang-orang di aliran hitam itu, kesehatan Ayah sudah tidak baik, tidak akan bisa melakukan itu

  • PENDEKAR 7 WARNA    DESAKAN CUNG SIN

    Cang San menarik napas ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Cung Sin, ia tidak mungkin mengatakan pada Cung Sin bahwa ia menunda pertemuan karena menunggu Cang Sin. Karena sampai saat ini pun, Cung Sin tidak tahu kalau sang adik kembar sebenarnya sedang keluar perguruan bukan di ruang khusus untuk melakukan perenungan seperti yang dikatakan olehnya.Cung Sin memang banyak mengalami perubahan, tapi secara emosional dia masih sangat meledak-ledak, berbeda dengan Cang Sin bisa mengendalikan diri, meskipun sedang marah, hal ini yang membuat aku sedikit ragu, apakah Cung Sin bisa menjadi pemimpin inti. Andai saja Cang Sin tidak terkutuk, alangkah baiknya....Hati Cang San bicara demikian sembari mengusap wajahnya dengan kasar."Keluarlah, persiapkan diri untuk pertemuan darurat."Cang San meminta Cung Sin untuk keluar dari ruangannya agar ia bisa sedikit menenangkan diri, namun, Cung Sin justru tidak bergerak sama sekali."Masih ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Cang San pada Cung S

  • PENDEKAR 7 WARNA    CANG SIN DIMINTA KEMBALI

    "Kenapa tidak bisa?" Kedua mata Cang Sin yang tadi terpejam mendadak terbuka kembali karena heran saat ia berusaha untuk melakukan komunikasi batin dengan Im Kwan ia gagal. Ini membuat Dewi Lembah Seribu Obat yang mengikutinya tersenyum."Bukankah tadi aku sudah bilang padamu, dia tidak mau lagi menunggumu?" katanya dan itu membuat Cang Sin mengeratkan kepalan tangannya mendengar semuanya.Akan tetapi, Cang Sin tidak menanggapi hal itu, melainkan kembali berusaha untuk menghubungi lagi Im Kwan secara batin.Kali ini pun, Cang Sin gagal, sehingga ia segera beralih untuk melakukan komunikasi dengan ayahnya. (Ayah, kau mendengar suaraku?)Cang Sin langsung melontarkan pertanyaan itu ketika usahanya untuk menghubungi sang ayah secara batin berhasil.(Ya. Ada apa?)Cang Sin menarik napas lega ketika ia mendengar suara ayahnya merespon perkataannya. Ia segera menceritakan semua yang ia alami termasuk situasi desa yang kacau karena diserang para perampok.Semua diceritakan oleh Cang Sin

  • PENDEKAR 7 WARNA    KEKHAWATIRAN CANG SIN

    Perempuan dari alam gaib itu menampakkan wujud di hadapan Cang Sin hingga Cang Sin sadar, Dewi Lembah Seribu Obat pasti sedang ingin berdebat dengannya. Apakah dia masih marah karena aku mengabaikan apa yang dia mau?Ada pertanyaan seperti itu dibisikkan Cang Sin di dalam hati.Meskipun heran dengan kemunculan sang perempuan gaib tersebut, Cang Sin tetap berusaha untuk bersikap tenang."Ada apa, Dewi?" tanyanya, tanpa peduli, saat ini wujud perempuan itu bisa dilihat orang lain atau hanya matanya saja. Toh, itu urusan Dewi Lembah Seribu Obat, Cang Sin tidak akan ikut campur masalah orang lain."Hentikan semua usahamu, Cang Sin!" Tanpa basa-basi, Dewi Lembah Seribu Obat langsung mengucapkan hal itu pada Cang Sin.Mendengar apa yang diucapkan oleh Dewi Lembah Seribu Obat, Cang Sin mengerutkan keningnya, merasa heran apakah perempuan dari alam gaib itu bicara seperti itu karena perdebatan mereka beberapa saat yang lalu?"Dewi, aku tahu kau sedang marah, tapi aku juga punya pikiran sen

  • PENDEKAR 7 WARNA    PENYATUAN DARAH

    "Siap, Kek!" sahut Cang Sin dan Yi Wen secara bersamaan.Sang kakek berjanggut panjang itu segera mengambil pisau yang sudah disiapkan untuk membuat ujung jari pasangan yang sudah ia nikahkan itu bisa dilukai."Lakukanlah sendiri!" perintahnya pada Cang Sin. Cang Sin mengangguk. Ia lalu menggoreskan ujung lancip pisau itu ke jarinya hingga jarinya terluka. Darah keluar dari sana dan sang kakek meminta Yi Wen melakukan hal yang sama pada jarinya.Tanpa banyak membantah, Yi Wen juga melakukan hal yang sama pada ujung jarinya seperti yang dilakukan oleh Cang Sin tadi. Setelah itu, ia dan Cang Sin menyatukan darah yang keluar dari luka gores dijari mereka sebelum darah itu menetes ke lantai.Terlihat mulut kakek berjanggut panjang itu komat-kamit. Setelah itu, ia membuka matanya yang tadi terpejam."Selesai!" katanya sambil menatap ke arah Cang Sin dan juga Yi Wen. Ketua kelompok Yi Wen yang sejak tadi melihat proses pernikahan antara Cang Sin dan juga Yi Wen mendekat ke arah sang kake

  • PENDEKAR 7 WARNA    CANG SIN MENIKAH!

    "Maaf, apakah aku salah dengar?" Karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ketua kelompok Yi Wen, Cang Sin melontarkan pertanyaan itu pada perempuan paruh baya tersebut, sekedar untuk meyakinkan saja. "Tidak. Kau tidak salah dengar."Dengan wajah yang masih serius, sang ketua kelompok Pendekar Panah Beracun menjawab pertanyaan Cang Sin."Aku tidak bisa memberikan pernikahan seperti itu, Kak. Aku melakukan hal ini hanya ingin menekan resiko yang terjadi jika orang memberikan ilmu inti padaku."Karena Cang Sin bingung memanggil dengan sebutan apa ketua kelompok Yi Wen, sebab, beberapa kali perempuan itu protes saat Cang Sin memanggilnya dengan panggilan tertentu, Cang Sin akhirnya memanggil perempuan itu dengan sebutan kakak, dan ketua kelompok Yi Wen tidak melancarkan aksi protes seperti sebelumnya, hingga Cang Sin merasa sebutan itu mungkin diterima oleh wanita tersebut."Aku tahu, kau penganut yang menikah harus dengan seseorang yang dicintai, tapi, cinta itu akan datang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status