Seketika semua orang menjadi hening tak tahu harus berbuat apa. Ada yang ingin tertawa terbahak-bahak, tapi langsung mengurungkan niatnya.
Keheningan itu semakin mencekam ketika raut wajah pemuda sok jagoan berubah sangat suram dengan mata melotot menatap ke arah Beta.
“Lancang sekali kau! Beraninya kau menghina wajah tampanku, hah?! Ayo bertarung di arena kalau berani!” teriak pemuda sok jagoan tak kuasa menahan amarahnya.
Semua orang semakin sadar kalau hal ini tidak akan berakhir dengan damai. Tepat ketika mereka hendak bereaksi, Beta lebih dulu menyatakan perkataannya sekali lagi.
“Tuh, kan! Wajah, kumis, dan mata melototnya semakin persis seperti ikan lele yang sedang sekarat. Hei, Alpha! Lihatlah wajah orang ini, aneh dan jelek sekali!” ungkap Beta merasa tidak berdosa.
Alpha yang semula menutup matanya perlahan membukanya sekali lagi dan melirik sosok pemuda sok jagoan itu.
“Hmm? Wajahnya memang aneh, sih! Tapi, kalau jelek kayaknya lebih buruk daripada kata jelek itu sendiri. Mungkinkah bisa dibilang terlalu jelek hingga membuat sakit mata? Entahlah, aku tak terlalu yakin.”
Alpha dengan santai menjawab seakan menambah cuka apel dengan garam langsung ke wajah pemuda sok jagoan itu.
Luka yang tersayat semakin lebar ketika mendengar perkataan Alpha yang saat ini sudah memejamkan matanya seakan tak terjadi apa-apa.
“Benar juga! Wajahmu memang aneh, tapi jeleknya minta ampun!” ujar Beta dengan begitu kagum seakan telah menemukan jawaban pastinya.
Semua orang semakin heran dengan sikap kedua pemuda kembar itu yang begitu santai memprovokasi seorang Pendekar Tingkat 2.
Ada yang tak tahan lagi menahan tawanya akhirnya terlepas begitu saja. Seakan tawanya seperti korek api yang tersebar luas menjadi sumbu pemicu beberapa orang lainnya untuk tertawa terbahak-bahak.
“Ha-ha-ha!”
Tawa semua orang begitu menyakitkan ketika masuk ke indera pendengaran pemuda sok jagoan itu. Hatinya sudah meradang yang membuatnya langsung meraung dengan ganas.
“Kalian berdua, cepat masuk arena sekarang dan lawan aku!” teriak pemuda sok jagoan itu tak ingin basa-basi lagi.
Semua orang akhirnya terdiam dan diam-diam mengamati situasi. Mereka penasaran dengan balasan apa yang akan ditunjukkan oleh Kembar Gosiper.
“Arena? Boleh saja, tapi dengan satu syarat. Jika kamu kalah, serahkan semua Poin Kontribusi yang kau miliki! Bagaimana, sanggup atau tidak?” tanya Beta dengan senyum mengejek.
Semua orang termasuk pemuda sok jagoan itu tertegun mendengar persyaratan yang begitu tercela itu.
Poin Kontribusi seorang Pendekar di Wilayah Sabit itu seperti nyawa kedua mereka yang begitu berharga dan harus dijaga ketat.
Poin Kontribusi sendiri juga tidak bisa dirampas dan hanya bisa dipindahkan dengan sukarela oleh pihak yang memilikinya dengan syarat berada di dalam arena.
Sistem ini memungkinkan tidak adanya penindasan yang tidak terkendali hanya demi Poin Kontribusi. Kelicikan Kembar Gosiper akhirnya mulai menampakkan dirinya.
Keringat dingin mulai bercucuran di sekitar dahi dan leher pemuda sok jagoan itu. Dia tidak menyangka kalau Kembar Gosiper ini berani mengincar Poin Kontribusi miliknya.
“Lancang sekali! Apa untungnya bagiku menjadikan Poin Kontribusi yang susah-susah aku kumpulkan selama ini menjadi hadiahnya?” tanya pemuda sok jagoan itu berusaha mengalihkan perhatian semua orang.
Beta tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. “Bukankah seharusnya kami yang bertanya seperti itu? Apa untungnya bagi aku dan kakakku bertarung denganmu hanya untuk kesenanganmu saja?”
Pertanyaan Beta membuat pemuda sok jagoan itu kembali membisu tak tahu harus berkata apalagi. Dia mengepalkan tangannya dengan erat hendak berkata lagi sebelum disela oleh Beta.
“Jika kamu takut kalah, tidak perlu berbicara tentang arena lagi. Dasar pecundang dan penakut sekali!” tegas Beta membalikkan badannya hendak kembali duduk di samping Alpha.
“Pecundang? Penakut? Aku pecundang dan penakut? Kurang ajar!” batin pemuda sok jagoan itu begitu terpukul rasanya.
“Berhenti! Aku siap menyerahkan seluruh Poin Kontribusi milikku! Ayo bertarung di arena sekarang!” teriak pemuda sok jagoan itu langsung pergi melompat tinggi menuju arena.
Beta tersenyum tipis seakan semuanya berjalan sesuai dengan perhitungannya. “Akhirnya, ikan sudah terjebak dalam jaring! He-he-he!”
“Alpha, ayo bermain dengan orang berwajah jelek itu sebentar! Nanti, aku akan traktir lagi nasi kotak yang lebih besar porsinya!” seru Beta berusaha membangkitkan semangat kakaknya.
“Hmm! Apa kamu berjanji, Beta?” tanya Alpha begitu gembira.
Beta hanya menganggukkan kepalanya sebelum berbalik dan melompat menuju arena. Kedua mata Alpha yang sedikit mengantuk sebelumnya berubah menjadi cerah berbinar-binar.
“Ha-ha-ha! Nasi kotak jumbo, aku datang!” teriak Alpha begitu gembira dengan cepat menghilang dari posisinya.
“C–cepat sekali! Bagaimana dia melakukan hal itu?”
Beberapa orang begitu terkejut melihat sosok Alpha tiba-tiba menghilang dari hadapan semua orang. Kecepatannya terlalu luar biasa hingga sulit dipercaya.
Sosok Alpha dan Beta langsung berdiri berdekatan melihat sosok pemuda sok jagoan seperti melihat mangsanya.
Semua orang yang sebelumnya hendak beranjak pergi akhirnya terdiam dan mulai mengamati arena sekarang tempat pertarungan akan terjadi lagi.
Juri pun muncul dan siap mengawasi jalannya pertempuran. Beta dengan santai berjalan ke depan sebelum langsung berteriak keras.
“Aku dan kakakku ditantang oleh pemuda berwajah ikan lele itu dengan syarat seluruh Poin Kontribusi miliknya akan diserahkan kepada kami apabila pertempuran ini dimenangkan oleh kami!”
Perkataannya sontak menjadi kejutan luar biasa hingga juri yang siap mengawasi jalannya pertarungan keduanya sangat terkejut.
“Kamu, apakah perkataannya benar?” tanya sang juri mencoba untuk memastikan kembali kebenarannya.
Pemuda sok jagoan itu sempat ragu-ragu sebelum kembali teringat perkataan kasar Kembar Gosiper yang menghina wajahnya.
“Benar!” jawab pemuda sok jagoan itu dengan begitu lantang.
“Apa kamu benar-benar yakin? Anda harus ingat kalau Poin Kontribusi bagi seorang Pendekar begitu berharga. Saya tanya sekali lagi, apa kamu tidak salah ucap?” tanya sang juri mencoba untuk memastikan lagi.
Pemuda sok jagoan itu menggertakkan giginya sebelum berteriak, “Saya siap menyerahkan seluruh Poin Kontribusi apabila mereka menang! Namun, saya juga menginginkan hal yang serupa jika saya yang menang nantinya!”
Sang juri akhirnya terdiam sebelum melirik ke arah Kembar Gosiper. Dia hendak bertanya lagi sebelum langsung dipotong oleh Beta.
“Baiklah, lakukan saja semaumu! Mulai aktifkan Sistem Wilayah Sabit untuk pertukaran Poin Kontribusi!” teriak Beta hingga suaranya menggema ke seluruh penjuru arena.
Seketika langit bergetar hebat dan perlahan muncul cahaya-cahaya yang begitu menyilaukan mata.
“Sistem Wilayah Sabit! Bocah itu langsung mengaktifkannya!” batin sang juri terkejut dengan sikap terburu-buru Beta.
“Pertukaran Poin Kontribusi! Sebutkan keinginanmu sekarang!” tegas suara misterius di atas langit.
“Jika saya menang, seluruh Poin Kontribusi miliknya akan menjadi milikku dan begitu pula sebaliknya!” sahut Beta meraung dengan keras ke arah langit seakan sedang mencoba untuk marah.
Pemuda sok jagoan itu lumayan syok karena ini adalah pertama kalinya dia melihat fenomena aneh tepat di depan matanya.
“Seharusnya, kalian saling bertarung terlebih dahulu sebelum menyadari kalau kekuatan kalian satu sama lain ternyata setara yang mana sudah jelas tidak pernah kalian lakukan sama sekali sebelum memutuskan beraliansi. Mungkinkah kalian bisa menerawang kemampuan sebenarnya satu sama lain? Mana mungkin bisa begitu, kan?!”“Ada juga orang berwajah jelek itu yang telah aku bantu berikan sentuhan berupa pukulan lemah lembut kepada wajahnya agar ke depan terlihat lebih jelek lagi. Dia seharusnya marah besar dan memang sudah terasa ingin menghancurkan diriku sebelum tiba-tiba tidak jadi karena dia melihat ke sisi kiriku secara singkat. Pastinya, dua orang tersebut terlihat diskusi melalui pesan telepati!”“Dengan demikian, sudah sangat jelas sekali hubungan kalian berlima tidak lain adalah rekan satu kelompok yang sedang berpura-pura seolah-olah saling tidak mengenal satu sama lain. Kalian berlima mungkin saja bisa menipu orang lain, tapi tidak dengan diriku!”“Oh iya…! Berdasarkan instingku
“Perasaan, seingatku memang tidak ada sama sekali peraturan omong kosong yang berbunyi dan mengikat seperti itu, bueh!” sahut Raskar dengan tegas memberikan jawaban yang sangat ambigu sambil mengejek dan tentunya membuat musuhnya semakin marah.“Orang-orang ini benar-benar kuat. Tidak salah lagi dengan hal ini. Bukan hanya kemampuan intelektualnya saja melainkan juga kehati-hatian serta respon mereka yang sigap dalam menghadapi setiap serangan yang diarahkan kepadanya.”“Pukulan dengan kekuatan penuhku tadi seharusnya sudah lebih dari cukup untuk memaksanya jatuh tersungkur dan pingsan seketika. Tidak disangka, dia dengan cepat mengalirkan seluruh Energi Sabit di dalam tubuhnya tepat di dagunya yang menjadi target pukulanku! Menarik sekali!”“Mereka seolah-olah seperti para veteran bertubuh mungil yang telah berpengalaman dalam segala macam pertarungan sengit sehingga reflek, kemampuan analisa, dan ketenangan mereka tidak bisa diremehkan!”Raskar membatin dengan perasaan kalau hasil p
“Aku pasti bisa! Saatnya menunggu dengan sabar terlebih dahulu!” batin Raskar tetap diam mengamati.Tak butuh waktu lama bagi kelima orang tidak tahu malu sama sekali tersebut dengan cepat melenyapkan satu persatu orang-orang yang ternyata juga mulai bermunculan untuk melakukan serangkaian serangan menyelinap.“Hiyah…!”“Lemah! Hmph…!”“Argh…! Uhuk-uhuk…!”Brak…!Dan begitulah seterusnya, tampak tidak ada satu pun yang berhasil dari sejumlah orang dengan sisa kekuatan mereka berusaha mengalahkan setidaknya satu orang saja dari ke lima orang tidak dikenal tersebut.Hal ini semakin memperkuat fakta yang sangat membuka mata lebar-lebar siapa pun yang melihatnya. Tidak peduli kepada para penguji yang sedang mengawasi, tiga orang tersisa dari kelompoknya Dirto Buras, dan tentunya Raskar sendiri.“Singkirkan semua pecundang ini! Tidak perlu lagi berlama membiarkan mereka terus sembuh akibat bantuan daripada Bola Abadi yang menyebalkan ini!” tegas salah satu orang tampak bosan dan tidak lagi
Dari luar, mereka seperti saling tidak mengenal sama sekali, tapi sebenarnya memiliki tujuan yang kurang lebih sama yaitu mencari suatu benda tertentu. Sesuatu yang tidak akan pernah diketahui siapa pun apalagi Raskar yang tengah bertahan untuk bersembunyi selama mungkin.Keberadaan benda yang tidak diketahui asal usulnya tersebut mendorong mereka untuk tiba di sana. Siapa dan dari mana mereka berasal masih belum jelas diketahui asal usulnya?! Hanya satu hal yang pasti yaitu keberadaan mereka yang lainnya telah ada di sana selama beberapa tahun belakangan.Segera menemukan objek yang disebut sebagai “Benda Hilang” adalah mutlak dan tidak boleh terjadi tawar menawar apalagi kegagalan. Beban berat tidak hanya dipikul oleh mereka berlima, tetapi juga masih banyak orang lainnya.Dengan demikian, sudah begitu jelas tak lagi bisa diragukan betapa pentingnya “Benda Hilang” bagi mereka untuk segera didapatkan sebelum diserahkan kepada atasan mereka. Kegagalan hanya berujung kepada kematian ya
“Hmph…! Bukankah sudah jelas kalau kelimanya hanya pecundang yang ketakutan sehingga harus bersembunyi sampai sejauh ini?”“Hush…! Jangan lupakan dua pengkhianat dari kelompok kita yang juga bersembunyi dengan baik! Mereka bukan pecundang, hanya saja lebih mengarah sangat licik sekali. Kemungkinan besar, lima orang ini tidak lemah sama sekali!”Ketiga orang yang berada di luar Bola Abadi tentunya sangat tidak menyangka bakal menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik tepat ketika ketiganya berpikir kalau semuanya sudah benar-benar berakhir dan tidak lagi terlalu berarti sama sekali.“Ehem…, sudahlah! Kalian mau bertarung atau tidak, hah? Kalau tidak, bukankah sebaiknya kita segera memutuskannya saat ini juga agar dapat istirahat sejenak terlebih dahulu?!”“Hmm…, meski aku tidak percaya kepada satu pun di antara kalian semua, tapi memang cara seperti ini yang mampu dilakukan menghadapi situasi kita berlima saat ini!”“Masuk akal…! Lagi pula, kalau kita berlima masih bisa muncul, besar k
Bak-buk-bak…! Bang…!“Argh…! Uhuk-uhuk…! Kurgh…!”Brak…!Orang tersebut tak lagi bisa memblokir serangan beruntun musuh dan akhirnya terpaksa menerima kenyataan sebelum menjerit dan jatuh tersungkur tanpa daya sama sekali.“Ha-ha-ha…! Sekarang, hanya tersisa kita berdua! Aku pasti akan men–, huh? Argh…! Uhuk-uhuk…!”Orang yang baru saja menyerang dengan percaya diri menjadi dipermalukan dengan serangan mendadak yang cepat dari pihak musuhnya. Jelas orang yang melakukan itu sudah menunggu momen musuhnya lengah.“Kurgh…! Si–sialan, aku akan membunuhmu…!” teriak orang tersebut tak senang dihajar sewaktu tak siap.“Banyak omong kau…! Aku yang pasti menang….! Hiyah…!”“Hmph…! Dasar dungu sekali yang tidak tahu kekuatan musuhnya! Hiyah…!”Dua orang tersisa berteriak dengan keras sekali. Sudah begitu jelas disertai dengan hempasan sisa terakhir Energi Sabit di dalam tubuh keduanya. Gejolak dahsyat kembali mengeluarkan getaran hebat.Whoosh….!Bang…!Keduanya langsung melesat dan saling baku