“Alpha! Jangan makan terus dan dengarkan aku!” tegas Beta menegur Alpha yang tampak hanya peduli dengan nasi kotak miliknya itu.
Beberapa suap nasi dan lauk pauk yang begitu melimpah langsung dilahap olehnya sekaligus tanpa sisa dengan begitu ganasnya.
Secara bertahap, nasi kotak yang sebelumnya begitu cantik dan lengkap isinya sudah berubah lenyap tak ada sisa sedikit pun bahkan untuk seekor semut saja tak akan mampu menahan tangisannya.
Glek!
Alpha bersendawa dengan nyaring dan merdu membuat beberapa orang yang berada tak jauh darinya mulai menatap dengan ekspresi wajah yang jijik.
“Eiuh! Bau sekali!”
“Hei, bocah! Punya sopan santun tidak, hah?”
Beberapa orang langsung menyindir terang-terangan tanpa ragu menatap ke arah wajah polos dan imut Alpha yang terlihat santai menikmati hidupnya sendiri.
Sikap tenang dan mengabaikan perkataan oleh orang lain tentu saja sangat tidak sopan.
Memangnya dia pikir dirinya siapa? Sultan? Bos besar? Pendekar Tingkat 10? Jelas tidak mungkin!
Hal inilah yang membuat orang-orang yang menegur Alpha tampak garang sekali wajahnya begitu tidak senang melihat keberadaan kumpulan lemak gemuk seperti Alpha.
“Beraninya kau mengabaikan perkataan kami!”
“Kalau berani, ayo masuk arena sekarang!”
Raungan beberapa orang itu mulai dilirik dan menarik perhatian orang-orang lainnya yang tak jauh dari posisi mereka.
“Hmm? Tampaknya hari ini memang panas sekali ya!”
“Semua orang sudah tidak tahan lagi untuk unjuk kekuatan demi tampil gemilang di Ujian Seribu Pendekar nantinya!”
“Apaan coba? Pertarungan seperti ini hanya omong kosong belaka. Tidak berguna sama sekali dalam situasi nyata!”
“Benar juga! Semua ini pasti dilakukan oleh mereka yang hanya ingin pamer dan menaikkan pamornya seperti Toni sebelumnya.”
Berbagai argumentasi yang saling bertolak belakang mulai saling merajut dengan tali tipis yaitu Alpha sebagai pusat perhatiannya.
Melihat perubahan situasi ini, Beta tidak panik sedikit pun dan malah tersenyum licik seakan-akan ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggunya.
“He-he-he! Kumpulan Poin Kontribusi sudah muncul dengan sendirinya. Aku harus memanfaatkan semua ini!” batin Beta tampak begitu bahagia dan diam-diam tertunduk dengan senyum cerah di wajahnya.
Poin Kontribusi adalah semacam sistem perhitungan yang terhubung ke dalam Sistem Wilayah Sabit khusus bagi para Pendekar elit agar mendapatkan sejumlah fasilitas dan ketenaran tertentu.
Hampir semua Pendekar yang waras seperti Beta akan rela berjuang mati-matian untuk mendapatkan Poin Kontribusi meski hanya satu Poin Kontribusi lebih berharga dari sejuta Koin Sabit.
Hanya orang-orang aneh seperti Alpha yang tak begitu peduli dengan semua kekayaan dan ketenaran tidak penting seperti itu.
Alpha yang masih tenang mulai perlahan menutup matanya dan tak peduli lagi dengan sekitarnya seakan-akan tidak ada yang penting selain menikmati hidupnya sendiri.
Beta yang sadar karakter kakaknya yaitu Alpha, hanya bisa menghela napasnya. Mereka berdua adalah anak kembar dari Panti Asuhan.
Tidak ada yang tahu siapa orang tua dari keduanya. Namun, mereka berdua tumbuh bersama seakan-akan sudah saling terikat oleh takdir.
“Hadeh! Tampaknya harus aku lagi yang turun tangan,” batin Beta menggelengkan kepalanya tidak berdaya dengan sikap kakaknya.
Beta perlahan bangkit dari kursinya dan berdiri tegak menampilkan sosok gemuknya yang tak kalah jauh berbeda bentuknya seperti Alpha.
Orang-orang yang berselisih dengan Alpha akhirnya sadar dengan keberadaan Beta. Sosoknya yang terlihat persis serupa dengan Alpha langsung menjadi sorotan semua orang.
“Hmm? Dia terlihat persis seperti bocah di sebelahnya! Apakah keduanya kembar?”
“Hah? Aku baru sadar kalau ada kembarannya tak jauh dari bocah itu.”
“S–sebentar! Kayaknya saya pernah lihat dua orang aneh ini. Tapi, di mana ya?”
“Aku tahu dua orang ini! M–mereka adalah Kembar Gosiper!”
“Kembar Gosiper!”
Semua orang akhirnya mengenal identitas dari Alpha dan Beta yang ternyata begitu terkenal dengan julukan Kembar Gosiper.
Kembar Gosiper bukanlah sesuatu yang asing bagi sebagian besar orang-orang disekitar Institut Teknologi Buyar tidak peduli tua ataupun muda.
Julukan aneh seperti itu muncul sebagian besar karena kemampuan mereka menunjukkan gambar-gambar masa lalu seseorang dengan begitu jelas dan mendekati 90% kebenarannya.
“Ha-ha-ha! Jadi kalian berdua si kembar aneh itu, Kembar Gosiper! Tukang meramal seperti kalian berani sok jagoan di hadapanku. Kurang ajar sekali!”
Seorang pemuda dengan sombong bersikap sok jagoan merendahkan Kembar Gosiper seolah-olah keduanya seperti semut yang bisa diinjaknya kapan pun juga.
Beberapa orang yang mengenal dengan baik Kembar Gosiper diam-diam tersenyum mengejek ke arah pemuda yang sok jagoan itu.
“Ohh…? Jadi, rupanya kamu tersinggung dengan keberadaan kami, begitukah?” tanya Beta dengan tenang berjalan mendekati pemuda sok jagoan.
Langkah kakinya begitu tenang dengan tubuh gemuk yang gempal seperti balon itu membuat sosok Beta tak terlihat menakutkan sama sekali.
Beberapa orang yang baru tahu tentang sosok di balik Kembar Gosiper akhirnya tertawa terbahak-bahak.
“Ha-ha-ha! Lihatlah cara dia berjalan! Aneh sekali!”
“Dasar manusia berbentuk bakso! Kalau mau melawak, jangan di sini!”
“Ha-ha-ha!”
Berbagai seruan yang berisikan nada dan kata-kata mengejek yang merendahkan Beta terdengar saling bersahutan.
Sedangkan orang-orang yang mengenal dengan baik sosok Kembar Gosiper tetap diam dan tidak ada senyum sedikit pun. Bukannya tidak lucu, mereka lebih seperti takut dan tak ingin memprovokasi sosok Kembar Gosiper.
“Mampus kalian semua hari ini! Kalian akan merasakan penderitaanku dahulu yang berawal persis seperti ini!”
“He-he-he! Ada tontonan menarik kali ini. Kembar Gosiper pasti yang akan menang nanti!”
“Dasar orang-orang berotak udang! Kalian pasti akan kehilangan hampir semua Poin Kontribusi yang kalian miliki saat ini!”
Mereka semua yang mengenal Kembar Gosiper dengan baik diam-diam mengutuk dalam hati masing-masing dan tak ingin bersuara sepatah kata pun.
Melihat suasana ramai penuh dengan cacian kepadanya. Beta tetap tenang dan terus mendekat ke arah pemuda sok jagoan.
Sosok Beta yang semakin mendekat membuat pemuda sok jagoan akhirnya tak kuasa menahan tawanya.
“Ha-ha-ha! Kecoa sepertimu memangnya bisa apa, hah?! Aku memang tersinggung melihat keberadaan kalian berdua yang tidak enak dipandang. Kalau memang seperti itu, apa yang kamu akan lakukan kepadaku? Dasar lemak bakso!”
Pemuda sok jagoan itu tampak begitu mendominasi ketika menyusun kata-kata, lalu melontarkan semuanya tepat di wajah Beta yang tinggal tiga langkah lagi darinya.
Beta menghentikan langkahnya, lalu melihat sosok tinggi pemuda sok jagoan itu dengan santai. Ternyata, Beta sendiri juga lumayan tinggi sekitar 170 cm.
Sedangkan pemuda sok jagoan di hadapannya sekitar 175 cm tinggi badannya. Lumayan tinggi untuk membuat Beta repot-repot mendongak hanya untuk melihat wajah pemuda itu.
“Hmm? Kenapa ya, wajahmu jelek sekali persis seperti ikan lele yang sedang sekarat? Mana ada kumis panjangnya lagi, aneh dan jelek sekali! Ada yang bisa bantu jawab pertanyaan saya?” tanya Beta dengan santai mengamati wajah pemuda sok jagoan dengan penasaran.
“Seharusnya, kalian saling bertarung terlebih dahulu sebelum menyadari kalau kekuatan kalian satu sama lain ternyata setara yang mana sudah jelas tidak pernah kalian lakukan sama sekali sebelum memutuskan beraliansi. Mungkinkah kalian bisa menerawang kemampuan sebenarnya satu sama lain? Mana mungkin bisa begitu, kan?!”“Ada juga orang berwajah jelek itu yang telah aku bantu berikan sentuhan berupa pukulan lemah lembut kepada wajahnya agar ke depan terlihat lebih jelek lagi. Dia seharusnya marah besar dan memang sudah terasa ingin menghancurkan diriku sebelum tiba-tiba tidak jadi karena dia melihat ke sisi kiriku secara singkat. Pastinya, dua orang tersebut terlihat diskusi melalui pesan telepati!”“Dengan demikian, sudah sangat jelas sekali hubungan kalian berlima tidak lain adalah rekan satu kelompok yang sedang berpura-pura seolah-olah saling tidak mengenal satu sama lain. Kalian berlima mungkin saja bisa menipu orang lain, tapi tidak dengan diriku!”“Oh iya…! Berdasarkan instingku
“Perasaan, seingatku memang tidak ada sama sekali peraturan omong kosong yang berbunyi dan mengikat seperti itu, bueh!” sahut Raskar dengan tegas memberikan jawaban yang sangat ambigu sambil mengejek dan tentunya membuat musuhnya semakin marah.“Orang-orang ini benar-benar kuat. Tidak salah lagi dengan hal ini. Bukan hanya kemampuan intelektualnya saja melainkan juga kehati-hatian serta respon mereka yang sigap dalam menghadapi setiap serangan yang diarahkan kepadanya.”“Pukulan dengan kekuatan penuhku tadi seharusnya sudah lebih dari cukup untuk memaksanya jatuh tersungkur dan pingsan seketika. Tidak disangka, dia dengan cepat mengalirkan seluruh Energi Sabit di dalam tubuhnya tepat di dagunya yang menjadi target pukulanku! Menarik sekali!”“Mereka seolah-olah seperti para veteran bertubuh mungil yang telah berpengalaman dalam segala macam pertarungan sengit sehingga reflek, kemampuan analisa, dan ketenangan mereka tidak bisa diremehkan!”Raskar membatin dengan perasaan kalau hasil p
“Aku pasti bisa! Saatnya menunggu dengan sabar terlebih dahulu!” batin Raskar tetap diam mengamati.Tak butuh waktu lama bagi kelima orang tidak tahu malu sama sekali tersebut dengan cepat melenyapkan satu persatu orang-orang yang ternyata juga mulai bermunculan untuk melakukan serangkaian serangan menyelinap.“Hiyah…!”“Lemah! Hmph…!”“Argh…! Uhuk-uhuk…!”Brak…!Dan begitulah seterusnya, tampak tidak ada satu pun yang berhasil dari sejumlah orang dengan sisa kekuatan mereka berusaha mengalahkan setidaknya satu orang saja dari ke lima orang tidak dikenal tersebut.Hal ini semakin memperkuat fakta yang sangat membuka mata lebar-lebar siapa pun yang melihatnya. Tidak peduli kepada para penguji yang sedang mengawasi, tiga orang tersisa dari kelompoknya Dirto Buras, dan tentunya Raskar sendiri.“Singkirkan semua pecundang ini! Tidak perlu lagi berlama membiarkan mereka terus sembuh akibat bantuan daripada Bola Abadi yang menyebalkan ini!” tegas salah satu orang tampak bosan dan tidak lagi
Dari luar, mereka seperti saling tidak mengenal sama sekali, tapi sebenarnya memiliki tujuan yang kurang lebih sama yaitu mencari suatu benda tertentu. Sesuatu yang tidak akan pernah diketahui siapa pun apalagi Raskar yang tengah bertahan untuk bersembunyi selama mungkin.Keberadaan benda yang tidak diketahui asal usulnya tersebut mendorong mereka untuk tiba di sana. Siapa dan dari mana mereka berasal masih belum jelas diketahui asal usulnya?! Hanya satu hal yang pasti yaitu keberadaan mereka yang lainnya telah ada di sana selama beberapa tahun belakangan.Segera menemukan objek yang disebut sebagai “Benda Hilang” adalah mutlak dan tidak boleh terjadi tawar menawar apalagi kegagalan. Beban berat tidak hanya dipikul oleh mereka berlima, tetapi juga masih banyak orang lainnya.Dengan demikian, sudah begitu jelas tak lagi bisa diragukan betapa pentingnya “Benda Hilang” bagi mereka untuk segera didapatkan sebelum diserahkan kepada atasan mereka. Kegagalan hanya berujung kepada kematian ya
“Hmph…! Bukankah sudah jelas kalau kelimanya hanya pecundang yang ketakutan sehingga harus bersembunyi sampai sejauh ini?”“Hush…! Jangan lupakan dua pengkhianat dari kelompok kita yang juga bersembunyi dengan baik! Mereka bukan pecundang, hanya saja lebih mengarah sangat licik sekali. Kemungkinan besar, lima orang ini tidak lemah sama sekali!”Ketiga orang yang berada di luar Bola Abadi tentunya sangat tidak menyangka bakal menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik tepat ketika ketiganya berpikir kalau semuanya sudah benar-benar berakhir dan tidak lagi terlalu berarti sama sekali.“Ehem…, sudahlah! Kalian mau bertarung atau tidak, hah? Kalau tidak, bukankah sebaiknya kita segera memutuskannya saat ini juga agar dapat istirahat sejenak terlebih dahulu?!”“Hmm…, meski aku tidak percaya kepada satu pun di antara kalian semua, tapi memang cara seperti ini yang mampu dilakukan menghadapi situasi kita berlima saat ini!”“Masuk akal…! Lagi pula, kalau kita berlima masih bisa muncul, besar k
Bak-buk-bak…! Bang…!“Argh…! Uhuk-uhuk…! Kurgh…!”Brak…!Orang tersebut tak lagi bisa memblokir serangan beruntun musuh dan akhirnya terpaksa menerima kenyataan sebelum menjerit dan jatuh tersungkur tanpa daya sama sekali.“Ha-ha-ha…! Sekarang, hanya tersisa kita berdua! Aku pasti akan men–, huh? Argh…! Uhuk-uhuk…!”Orang yang baru saja menyerang dengan percaya diri menjadi dipermalukan dengan serangan mendadak yang cepat dari pihak musuhnya. Jelas orang yang melakukan itu sudah menunggu momen musuhnya lengah.“Kurgh…! Si–sialan, aku akan membunuhmu…!” teriak orang tersebut tak senang dihajar sewaktu tak siap.“Banyak omong kau…! Aku yang pasti menang….! Hiyah…!”“Hmph…! Dasar dungu sekali yang tidak tahu kekuatan musuhnya! Hiyah…!”Dua orang tersisa berteriak dengan keras sekali. Sudah begitu jelas disertai dengan hempasan sisa terakhir Energi Sabit di dalam tubuh keduanya. Gejolak dahsyat kembali mengeluarkan getaran hebat.Whoosh….!Bang…!Keduanya langsung melesat dan saling baku