Beranda / Fantasi / PENDEKAR KEMBARA SEMESTA / Pertarungan di Tebing Gunung Sumbing

Share

Pertarungan di Tebing Gunung Sumbing

Penulis: Suwito Sarjono
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-05 09:09:50

Pendekar muda itu merasakan nyeri pada lambung kiri, sedangkan darah menetes dari luka goresan. Secara naluri tangan kirinya memegangi luka, agar darah berhenti mengalir. Dia berdiri dengan susah payah sambil bersiul keras sekali.

Dari arah bawah berjumpalitan sepuluh anak buah Garjitalung yang berpakaian serba hitam. Di tangan mereka tergenggam golok tajam berkilat-kilat kena sinar matahari.

”Habisi sundal ini, cepat!” perintah Garjitalung sambil matanya memandang segala penjuru. ”Jangan sampai gagal memusnahkan perempuan itu!”

Anak buah Garjitalung yang berjumlah sepuluh orang maju serentak. Golok mereka mengarah satu tujuan, yakni tubuh pendekar yang berpakaian serba ungu. Namun para pengeroyok agaknya tak menyadari siapa lawan mereka.

Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lawan pendekar pilih tanding. Dengan sekali lontaran dari tangan kiri, empat butiran peledak melesat ke arah mereka. Empat butir menghantam dada empat pengeroyok paling depan.

Ledakan keras terdengar, empat pengeroyok tersungkur dengan dada terkoyak! Tewas seketika sebelum mereka berhasil menyentuh Westi. Tubuh mereka bertumbangan jatuh ke bumi. Diam tak bergerak sama sekali.

Dua penyerang di belakangnya yang menyabetkan golok, ditangkis secara bersamaan dengan kelebatan cundrik. Kelebatan cundrik menyilang dari kiri ke kanan mematahkan dua golok sang penyerang.

Cundrik dalam genggaman berkelebat ke kanan untuk mengotak dada dua pengeroyok yang malang itu. Dua nyawa melayang menyusul keempat pendahulunya. Dua tubuh tumbang ke tanah. Tubuh-tubuh itu diam, tak bergerak-gerak.

Datang lagi dua penyerang yang goloknya hendak membabat dada Westi. Kali ini Westi gunakan tenaga yang tersisa untuk melesat tinggi ke udara. Golok dua pengeroyok hanya melesat di bawahnya.

Westi menyabetkan cundrik saktinya ke bawah. Tepat menggores dua kepala di bawahnya dengan goresan yang dalam. Dua  pengeroyok terjerembab ke tanah dalam keadaan tak bergerak.

Melihat nasib ke delapan lawannya yang sudah tewas, dua pengeroyok yang tersisa melarikan diri. Westi segera lemparkan cundrik ke arah mereka.

Cundrik melesat cepat menuju sasaran. Senjata sakti itu berputar sesar, lalu... crash! Crash! Dua kepala dari badan pengeroyok itu jatuh menggelinding di rerumputan. Disusul tubuh tanpa kepala ambruk ke bumi dalam keadaan tak bernyawa lagi.

Westi menangkap kembali cundriknya. Perasaannya sedikit lega melihat para pengeroyok telah bertumbangan. Namun dia tercengang ketika menyadari bahwa Garjitalung lenyap dari arena pertarungan! Garjitalung telah raib entah ke mana. Garjitalung telah pergi tanpa diketahui Westi.

”Iblis laknat...! Garjitalung...! Garjitalung...!” panggil Westi Ningtyas dengan nada keras penuh kemarahan. ”Kalau kau laki-laki sejati, tunjukkan dirimu! Jangan ngumpet kayak monyet!”

Setelah beberapa saat tak ada sahutan, sadarlah Westi bahwa Garjitalung telah melarikan diri. Jadi dia berani mengorbankan sepuluh anak buahnya demi menyelamatkan diri. Sungguh sebuah kelicikan yang pernah terpikirkan. Suatu kekejaman yang dilakukan manusia licik.

Suasana puncak Gunung Sumbing lengang. Hanya Westi seorang yang berada di puncak. Suasana yang sepi membuat hati gadis itu semakin sedih. Dia menyadari bahwa kekasihnya sudah tak mungkin kembali.

”Banawa..., kenapa kau pergi secepat ini? Tanya Westi dalam gumaman bernada sedih. ”Seandainya aku tadi tidak pingsan, mungkin dirimu dapat kuselamatkan.”

Westi menarik napas dalam-dalam. Perasaannya sedikit lebih lega, sehingga pelan-pelan dia mulai menyadari bahwa yang mati tak mungkin hidup lagi. Kini dia ingat kembali tugas utamanya ke sini.

Segera dia mencari beberapa akar pohon yang panjang dari sekitar tempat itu. Akar pohon yang panjang dan kuat itu disambung-sambung sehingga menjadi tali sangat panjang.

Setelah dirasa cukup, dia ikatkan ujung tali pada pohon yang tumbuh di tepi jurang. Ujung tali yang lain dilemparkan ke bawah, menyusuri tebing yang ditumbuhi Bunga Puspajungga.

Tali yang terbuat dari akar pohon menjalar ke bawah, berada di sisi kanan bunga kalau dilihat dari atas. Kalau dilihat dari arah selatan, tali berada di sisi kiri bunga. Westi segera menggunakan tali untuk menggelantung.

Tangannya memegang erat-erat pada tali, sedangkan kedua kakinya menapak pada dinding tebing yang tegak lurus dengan kaki jurang. Pelan-pelan Westi menuruni tebing untuk mendekati Bunga Puspajingga.

Agak lama Westi menuruni tebing dengan bergelantungan pada tas tali. Namun dengan segala kegigihannya, dia berhasil mencapai sisi kiri bunga yang hendak dipetiknya.

Benar-benar Westi terpesona oleh tanaman bunga itu. Pohonnya hanya kecil seperti tanaman perdu pada umumnya. Daunnya hanya beberapa helai, tak lebih dari sepuluh helai.

Tanaman itu hanya menghasilkan sekumtum bunga yang mirip dengan mawar. Namun bunga ini hanya terdiri dari tujuh kelopak. Di dekat tangkai bunga ada tangkai yang sudah coklat. \

Di tangkai yang coklat itulah terdapat biji bunga. Hanya satu biji, tak ada yang lainnya. Dari jarak dekat keharuman Bunga Puspajingga sangat menyengat. Sangat harum sekali baunya.

Tangan kiri Westi masih memegang erat tali untuk bergelantungan, sedangkan tangan kanannya pelan-pelan bergerak untuk memetik Bunga Puspajingga.

”Eit, eit, eit..., tunggu dulu!” kata Kojar dari puncak gunung. Berdiri di dekat pohon untuk menambatkan tali yang digunakan Westi untuk bergelantungan. ”Tak semudah itu kau memetik Bunga Puspajingga selama masih ada aku di sini, hehehe...!”

Lalu Kojar mencabut satu dari pisau yang terselip melintang di dada. Pisau tajam berkilat-kilat dia tempelkan di tali yang digunakan Westi untuk bergelantungan!

Bila pisau Kojar memotong tali, sama artinya memotong urat kehidupan Westi. Kalau tali tempat Westi bergelantungan putus, maka jurang di bawah sana siap menunggunya!

Westi cepat mencabut cundrik andalannya dan langsung dilemparkan ke atas untuk menjebol jantung Kojar. Walau Kojar terkejut, tapi dia segera bertindak cepat pula, yakni dengan melemparkan pisau di tangannya ke arah cundrik.

Dua senjata beradu sehingga terdengar dentingan keras. Pisau Kojar patah menjadi beberapa bagian, jatuh terlempar di dasar jurang. Cundrik Westi kembali ke dalam genggaman pemiliknya.

Westi ingin melemparkan kembali cundriknya ke arah, dan pada saat bersamaan Kojar juga mencabut pisau andalannya yang terselip di pinggang.

Pisau Liman Kuring! Pisau itu menyala-nyala merah membara. Dia lemparkan bersamaan dengan melesatnya cundrik yang dilemparkan Westi

Dhueeeer!

Ledakan terjadi akibat dua senjata sakti berhantaman. Cundrik yang menyala ungu berputar-putar sesar kembali dalam genggaman Westi. Sedangkan Pisau Liman Kuring juga melesat kembali ke genggaman Kojar!

”Hehehehe..., memangnya hanya kamu yang punya senjata sakti?” ejek Kojar. ”Nih pisau sakti sebagai tandingan senjatamu siap menusuk lehermu,  hiaaat...!”

Kojar lemparkan pisau saktinya ke arah Westi.  Pada saat berikutnya tangan kiri mencabut pisau yang menyilang di dada  untuk memutus tali. Dengan sekali ayunan maka tali untuk Westi bergelantungan putus!

Tubuh Westi meluncur ke bawah, sedangkan tangan kirinya sudah tidak memegang tali yang putus. Pada saat bersamaan, pisau sakti Kojar melesat untuk menusuk kepalanya. Dengan sekali kelebatan, cundrik di tangan kanannya menangkis pisau itu.

*

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Meninggalkan Pesanggrahan Alas Waru

    CataAkibat kena hantaman Ajian Maruta Seketi, tubuh melesat tinggi ke langit dengan tubuh berputar. Namun kali ini Suro Joyo bisa menguasai angin puting beliung. Dia bersalto beberapa kali sehingga lepas dari kisaran angin puting beliung Ajian Maruta Seketi. Malah dengan gesitnya dia menghantamkan pukulan Rajah Cakra Geni ke arah lawan saat dirinya melayang ke bumi! Sinar merah melesat ke arah Keksi Anjani yang sudah berada pada keadaan luka. Dia berusaha menghantamkan ajiannya dengan menggunakan tangan kiri. Paniratpati tidak tega mengetahui keadaan Keksi Anjani. Dia menyambar tubuh Keksi Anjani. Dia bawa lari ke tempat yang aman, lalu meletakkannya di bawah pohon besar. Leretan ajian dari Suro Joyo menghantam batu besar. Batu itu hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Bahan ada yang menjadi debu. Debu melayang ke udara bebas. ”Paniratpati..., kalau kamu ingin mempersuntung diriku, habisi Suro Joyo terlebih dahulu!” rayu Keksi Anjani dekat telinga Paniratpati. Laki-laki muda berwa

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Pertarungan Maut Dua Pendekar Hebat

    Godar mundur beberapa langkah untuk menghindari tendangan yang lebih keras dan mematikan. Setelah berjarak beberapa tombak, Godar berhasil menguasai diri. Dia pasang kuda-kuda lagi sambil mengarahkan pedang yang ujungnya telah patah, ke arah lawan.“Wooo, kamu bisa selamat dari serangan pertamaku,” kata Rumpang. “Hanya pedangmu yang patah, bukan lehermu! Kalau orang lain, mungkin ada anggota tubuh yang kutung.”“Aku berbeda dengan siapa pun, termasuk denganmu,” sahut Godar untuk mencari celah-celah kelemahan supaya bisa menundukkan lawan. “Kalau orang lain mati akibat serangan pedang bajamu, tetapi aku tidak. Aku masih bisa menandingi serangan pedang baja.”“Baiklah, kalau pada serangan pertama kamu bisa lolos dari maut, sekarang kamu tidak bisa lolos lagi, hiaaat!” kata Rumpang sambil menyabetkan pedang bajanya. Rumpang pmengalirkan tenaga dalam ke tangan kanan yang menggenggam pedang baja warna hitam.

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Tendangan Maut untuk Senapati Parangbawana

    Benturan keras dua pedang tak terhindarkan. Saat menangkis tadi, gerakan Sengkalis agak terlambat. Pedang Sengkalis melencong. Melenceng. Menyerempet bahu kiri lawan. Palarum terperanjat setelah menyadari bahwa dirinya merasakan sengatan panas akibat goresan kecil pedang di tangan Sengkalis.Palarum mundur beberapa langkah untuk melihat luka di bahu kirinya. Dia lihat hanya goresan kecil akibat terserempet ujung pedang Sengkalis.“Ternyata tidak parah,” gumam Palarum. “Aku bisa menyerang lagi untuk menghabisinya. Seperti yang pernah dikatakan Gusti Putri Keksi Anjani, dengan cara apa pun, lawan harus dilenyapkan!”Sengkalis yang lolos dari sabetan pedang lawan yang mengarah kepala, juga mundur beberapa langkah. Meskipun ujung pedangnya tadi telah menggores bahu kecil Palarum, tapi Sengkalis tetap pasang kuda-kuda untuk menyongsong serangan lawan. Dia lihat Palarum telah siap melakukan serangan lagi dengan ujung pedang mengarah ke depan. M

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Goresan Kecil Pedang Beracun

    Setiap ingat kematian Riris Manik dan Mayang Kencana, Keksi Anjani jadi naik pitam. Kemarahannya meledak-ledak tak terkendali. Dua saudara seperguruan telah tewas oleh Suro Joyo. Hanya satu cara dendam Keksi Anjani terlampiaskan, bunuh Suro Joyo. Tak ada hal lain yang bisa menuntaskan kemarahan dan dendam Keksi Anjani kecuali kematian Suro Joyo.Keksi Anjani mengumpulkan segenap tenaga dalamnya pada kedua telapak tangan. Dia ingin melancarkan serangan tangan kosong. Satu jurus dia siapkan untuk menyerang, tapi Suro Joyo tiba-tiba menahan Keksi Anjani supaya tidak menyerang terlebih dulu.”Tunggu! Aku perlu memberi penjelasan padamu dulu,” kata Suro Joyo dengan tenangnya. ”Bukannya aku sombong, memang beginilah pembawaanku. Sifatku seperti ini. Aku kadang-kadang suka bercanda. Mungkin karena kata-kataku kadang-kadang ada yang kasar, mungkin orang-orang menyebutku sombong.”Keksi Anjani menahan gerakannya untuk lawan sedang berbicara untuk

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Bertarung Lagi di Pesanggrahan Alas Waru

    Suro Joyo menghela napas sejenak sambil mengingat-ingat mimpi yang dialaminya saat dirinya tidur. Tepatnya pingsan, lalu dilanjutkan tidur. Waktu pingsan dan tidur itu selama sehari semalam. Berapa lama dirinya pingsan dan berapa waktu pingsan, Suro Joyo tidak tahu. Pingsan dan tidur dialami manusia dalam keadaan tidak sadar. Suro Joyo mimpi saat dirinya tidur.“Tadi aku mimpi didatangi seorang pendekar muda yang umurnya sebaya denganku,” Suro Joyo memulai cerita mimpinya. “Wajah orang itu persis dengan wajahku. Hanya bedanya pakaian yang dikenakannya berwarna kuning. Mulai baju, celana, dan ikat kepala, semua berwarna kuning.”Banaswarih, Bandem, dan Lunjak mendengarkan cerita Suro Joyo sambil mengamati pakaian Suro Joyo yang serba putih. Pakaian yang dikenakan Suro Joyo robek-robek di sana-sini karena kena Ajian Maruta Seketi kemarin.“Pendekar muda yang mirip aku itu membentak-bentakku dengan suara keras,” lanjut Suro Joyo.

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   ­­­­Mimpi yang Membingungkan

    Ketika bangun dari pingsannya, Suro Joyo merasa dirinya berada di sebuah tempat yang asing. Dia kini juga bertatapan dengan tiga orang yang asing. Padahal, baru saja dirinya mimpi ditemui sosok yang membuatnya terbangun. Terbangun dari pingsan, juga tidur selama sehari semalam.Suro Joyo duduk sambil mengucek-ngucek mata beberapa kali. Dia ingin memastikan bahwa dirinya sedang sadar. Sudah bangun dari mimpinya. Mimpi yang membuatnya merasa ngeri karena bentakan orang dalam mimpi yang tidak pernah dikenalnya!“Eh…, maaf, kalian ini siapa?” tanya Suro Joyo kepada tiga orang yang menungguinya selama Pendekar Kembara Semesta itu tak sadar diri. “Dan…, aku ini di mana sekarang?”“Namaku Banaswarih,” jawab kesatria tampan itu. “Ini anak buahku, Bandem dan Lunjak.”Banaswarih melanjutkan perkataannya, “Coba Kisanak Suro Joyo ingat kembali peristiwa kemarin. Kemarin Kisanak bertarung melawan Keks

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status