"Jika yang kau khawatirkan Tuan Putri, kau jelaskan nanti. Tetapi kau harus ingat dua lawan itu harus kau kalahkan!"
Sosok itu berpakaian betul-betul menghilang dari tempat-tempat tersebut. Sedangkan Angga memutuskan untuk segera menuju ke lokasi Sayembara. Ada banyak orang yang tersenyum kepadanya untuk memberi dukungan. Tuan Putri Lintang Ayu Kencana juga tersenyum memberi dukungan. Juga Prana Sinta yang membuat Tuan Putri cemberut. Juga Saka Wulan yang terus melakukan sesuatu agar membuat Perhatian Angga. <"Ayahku seorang Juragan dari Srimanganti," jawab Angga jujur yang membuat semua orang terkejut. Hal itu jelas karena orang menganggap Angga hanya orang biasa dengan penampilan anehnya.Namun dengan bicara seperti itu jelas membuat gurunya, Jati Luhur kesal. Juga teman-temannya yang ikut menutupi siapa dirinya seperti Adyaksa, Prana Sinta, Saka Surya dan Saka Wulan.Semua tampak gemas dengan Angga yang merasa tak berdosa mengungkapkan jati dirinya. Padahal dia sudah menjaga hal itu selama berada di Paladu.
Semua orang kaget ketika melihat apa yang terjadi di panggung. Dimana arena pertarungan tersebut hancur sebelah, sedangkan sisanya masih utuh.Hal yang membuat terkejut adalah nasib Raden Danu Koswara yang terlempar cukup jauh oleh senjatanya sendiri. Bahkan dia harus ditandu oleh tim media karena tak sadarkan diri terhempas oleh Rantai Petaka Bumi.Namun semua orang tertawa ketika melihat apa yang dilakukan oleh Angga yang hampir saja terjatuh.Lelaki itu berdiri di atas papan kecil, dengan pijakan satu kaki. Bergetar sedikit maka dia akan keluar dari panggung dan dinyatakan kalah.Bukan Angga namanya jika tidak punya akal, dia menggunakan pedang untuk menghempaskan dirinya ke arena yang masih utuh.Angga selamat dan siap menghadapi dua orang yang menunggu mereka. Terutama Badak Jonggrang yang sudah tidak sabar menantikan pertarungan dengan Angga Saksana."Terima kasih, sepertinya sudah cukup memakai pedang ini!"&nbs
Tentu saja, ketika kedua Ajian bertemu dengan jelas membuat ledakan. Namun yang menjadi korban adalah kursi para peserta. Sedangkan panggung tepat berdiri meskipun terus bergetar.Sungguh hal layar biasa, pertarungan masih seimbang. Padahal mereka bertarung hampir setengah hari dan belum mendapatkan pemenang."Apa kau tidak kesal melihat Perwira Tinggi Paladu itu terus berdiri menyilangkan dada? Padahal kita sudah basah keringat akibat pertarungan yang belum selesai?" tanya Angga ke telinga Badak Jonggrang yang saling menge
BRUKK!Badak Jonggrang akhirnya tumbang dengan cara yang sama sekali tidak terduga, bahkan dia sudah tidak sadarkan diri. Akibat serangan yang tak terhitung jumlahnya berhasil terkapar.Dedemit dari utara betul-betul mendapatkan lawan yang berat justru menjadi batu sandungan dengannya. Lelaki itu mendapatkan hadiah besar yang disiapkan jika berhasil membunuh lawannya. Kini dia tak bisa lagi bernapas, pukulan yang datang kepadanya dari dukungan kuat. Kedigdayaan itu merupakan sebuah jurus yang membuat Adyaksa menjadi jawara
"Memang sudah saatnya kamu tahu sesuatu anakku!" "Aku mendengarkannya, ayahanda," ucap Tuan Putri yang sudah menunggu lama untuk waktu ini."Ibumu sebenarnya belum diketahui apakah dia meninggal atau tidak," Prabu Bajra tiba-tiba bicara yang membuat Tuan Putri kaget."Apa maksud Ayahanda?" tanya Tuan Putri penasaran."Enam belas tahun yang lalu, ketika usiamu baru satu tahun peristiwa itu terjadi," ucap Prabu Bajra Wastu Kencana terus bercerita.
Angga sangat kaget, karena tidak mungkin Pangeran Mahesa dapat mengetahui kejadian yang sebenarnya dia belum cukup dewasa. Mungkin dia mendapatkan infomasi dari ayahanda nya. Tak menyangka bahwa Pangeran Mahesa sengaja melakukan itu untuk mengetahui siapa Angga sebenarnya. Apalagi ketika mengetahui keduanya memiliki kedigdayaan yang terlarang untuk digunakan.“Apa hubungan mu dengan juragan murah hati itu, Gara Codet?” Pangeran Mahesa kembali memancing Angga. Namun Angga masih berusaha untuk menyembunyikan identitasnya, takut pertandingan menjadi ajang balas dendam.“Hubungan sesama manusia, sebagai makhluk ciptaan tuhan!” Angga justru bicara asal, yang membuat lawannya menjadi tersulut amarahnya.“Bocah tidak tahu diuntung! Kamu akan membayarnya dengan menyusulnya ke Naraka!” Seketika Pangeran Mahesa menyerang Angga dengan tangan dan kaki yang diterjang silih berganti.Angga juga demikian, mengeluarkan kemampuan yang miliknya
“Kami telah memeriksa meskipun sebenarnya memiliki kemampuan dari Partai Terlarang, namun kalian tidak terlibat. Jadi silahkan lanjutkan pertarungan dengan semua kemampuan yang dimiliki,” ucap Patih Paladu yang mewakili para panitia.Hal itu jelas membuat Pangeran Mahesa jelas tidak puas dengan apa yang terjadi, namun tidak ada pilihan lain selain menggunakan kemampuan iblis yang dimilikinya. Sang Pangeran tidak paham justru hal itu untuk membuat dirinya tetap di panggung. Para panitia tidak ingin yang memenangkan Sayembara salah satu dari Angga dan Prana Sinta.Benar saja tiba-tiba Pangeran Mahesa seperti berubah menjadi sosok yang berbeda, ada orang lain yang menguasai dirinya. Matanya berubah merah persis seperti orang yang berasal dari Partai Gurun Perunggu.BRAKK!Tubuh Angga terpental cukup jauh, hampir saja keluar dari panggung. Jelas lawannya betul-betul menjadi sosok yang menakutkan sehingga harus diwaspadai dengan jurus andalan miliknya. Dar
Kembali Angga terhempas dari panggung, meskipun masih dapat selamat karena ditahan tiang panggung seberang yang pertama. Membuat dirinya masih bisa kembali untuk berdiri. Meskipun seluruh badannya sudah seperti korban bom yang meronta ingin diselamatkan.BREETAkhirnya Angga membuka bajunya karena sudah tak nyaman memakainya. Meskipun itu akhirnya akan ada sebuah tanda tentang identitas dirinya. Pemuda itu kini mempertontonkan badan berotot yang sangat rapi. Namun banyak sekali luka yang menggores tubuhnya, memperlihatkan kengerian.“Tanda klan Wastu Kencana?” Seketika Prabu Bajra Wastu Kencana berdiri, tercekat dengan apa yang dilihatnya.Sebuah tanda di punggung mirip sebuah hewan yang melingkari bukit dan lembah, membuat orang yang mengerti sangat tercekat.“Anak itu pasti putra mahkota yang hilang, tidak salah lagi!” Prabu Bajra Wastu Kencana betul-betul tak kuasa menyaksikan apa yang terjadi, mimpinya bahwa putra anak