KRASS!
Sekali sabetan pedang, tiga orang anak buah begal langsung terkapar. Tidak tanggung-tanggung badannya putus sekali tebasan itu, hal tersebut sangat mengerikan.
"Pedang Tanpa Bayangan?" ucap gadis berpakaian hijau mengenali senjata tersebut.
Melihat apa yang terjadi dengan anak buahnya yang sudah kehilangan nyawa. Kini hanya tertinggal pimpinan begal semata yang ketakutan setengah mati. Apalagi ketika melihat senjata yang dibawa oleh Angga, jelas membuat dia tak sanggup menahan pipis.
"Sudah tua malah mengompol, bagaimana bisa kau berperilaku seperti tadi?" tanya perempuan tersebut mengejek pimpinan begal.
"Ampun Tuan, ampunilah selembar nyawaku ini. Jika kalian memerlukan harta, silakan ambil semua di markas. Asalkan aku masih diizinkan untuk hidup?" tanya pimpinan begal. Mencoba segala cara agar ketiga orang di hadapannya mau mengampuni dirinya.
"Prana Sinta. apa kau membutuhkan harta itu?" tanya A
Keduanya kemudian menjelaskan apa yang akan dilakukan, Prana Sinta terpaksa menyanggupi. Karena rasa penasaran ingin tahu kenapa Angga bisa selamat dari kematian ketika diburu oleh tokoh golongan Putih dan pihak pemerintahan.Angga, Adyaksa dan Prana Sinta sepakat untuk menjalankan rencana ke depannya. Yaitu dengan mengikuti Sayembara di Paladu dan berjanji akan memenangkan pertandingan.Sedangkan Adyaksa dan Angga akan kembali ke keseharian mereka di Paladu. Angga akan kembali menjadi ajudan Tuan Putri Lintang Ayu.Namun sebelum kembali ke Paladu, ketiganya sepakat untuk ke Gunung Kubang menemui Tabib Cadar Putih.***Kediaman Tabib Cadar Putih berada di Kota Raja Kubanggiri, ibukota Gunung Kubang Jayagiri. Tak perlu waktu lama untuk menemukan lokasi tersebut karena Prana Sinta adalah murid sang tabib.Selain membuka praktik penyembuhan bagi orang yang terkena penyakit aneh. Namun juga mendirikan perguruan untu
"Mudah-mudahan dewi," ucap Angga pelan."Satu lagi, sepertinya pedang itu yang mampu mengendalikan dirimu ketika terkena ilmu hitam. Senjata itu akan berguna untuk melindungi dirimu," ucap Tabib Cadar Putih lagi.Angga hanya mengangguk pelan, ada ikatan yang sulit dimengerti tentang senjata tersebut. Namun Angga merasa jika senjata itu yang diceritakan gurunya, saat dia akan pergi mengembara.***"Kamu yakin akan melanjutkan penyamaran di Paladu?" tanya Prana Sinta yang mendekati Angga yang sedang melamun di dekat jendela kediaman Tabib Cadar Putih.Perguruan itu memang sedang dalam kondisi paceklik, serba kekurangan. Bahkan usaha Tabib Cadar Putih dalam penyembuhan tidak mampu menutupi kebutuhan Perguruan. Hal itu yang membuat murid pertamanya, Prana Sinta untuk mencari dana bantuan."Tentu saja yakin, apa kamu tidak setuju?" tanya Angga lagi."Bukannya tidak setuju, tetapi di sana banyak orang ber
"Kalau aku terlibat kenapa memberi tahu kalian?" tanya Adyaksa lagi, tampak kesal dia malah dicurigai.Angga hanya garuk-garuk kepala, tanda dia mengiyakan ucapan sahabatnya.Ketiganya kemudian bersepakat untuk pergi ke Paladu secepatnya karena Sayembara semakin dekat. Akan ada banyak tokoh kedigdayaan menuju Paladu. Sehingga situasi di tempat tersebut akan lebih berbahaya dari sebelumnya."Sebelum pergi, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu, Angga!" seru Tabib Cadar Putih menghalangi jalan ketiganya ketika akan meninggalkan Kubanggiri."Ada apa Dewi?""Apa pun yang terjadi, tolong lindungi Putri Lintang Ayu. Dia adalah kunci dari semua kejadian di Paladu," jawab Tabib Cadar Putih."Kenapa Dewi bisa tahu hal itu?" tanya Angga lagi penasaran."Tentu saja, semua orang tahu hal itu. Semenjak kematian misterius Gusti Permaisuri dan Putra Mahkota. Hanya Putri Lintang Ayu yang keturunan asli Wastu Ken
"Saya Gara Codet, ajudan Tuan Putri Lintang Ayu Kencana. Saya datang ke sini membawa berita khusus yang harus disampaikan kepada Ki Pramana," ucap Angga berbohong kepada penjaga. Si Codet tak punya pilihan lain demi bisa masuk ke kediaman Ki Pramana yang disatroni sosok serba hitam. "Kamu jangan bohong, mana ada ajudan Tuan Putri berpenampilan seperti kamu?" tanya penjaga tersebut malah tidak percaya. Hal itu sangat wajar ketika melihat perawakan Angga yang menyedihkan. "Katakan saja pada Ki Pramana, dia pasti mengenalku," ucap Angga kembali mencoba meyakinkan. "Apa kau tidak berdusta?" tanya penjaga tersebut masih ragu. "Kalau dia tak mengenalku, kamu bisa mengusirku. Tetapi jika kalian menolak titah Tuan Putri, kalian pasti dihukum berat," ancam Angga karena situasi sedang dalam bahaya. "Baiklah. Tunggu sebentar," ucap penjaga, salah satu dari mereka masuk ke rumah Ki Pramana. ARRRGGGHHH! N
"Melawan orang yang tak punya ilmu kedigdayaan sama sekali, sangat mudah buat kami," ucap sosok yang membuat Angga kalah pada pertarungan sebelumnya. Lelaki itu memberi isyarat kepada kawannya untuk menghadapi Angga.Setelah menganggukkan kepala, sosok serba hitam langsung menyerang. Tujuannya hanya satu, menyingkirkan pemuda aneh itu secepatnya.Namun betapa terkejutnya ketika sosok serba hitam menyerang, lawannya bisa menahan serangan dengan mudah. Lebih aneh dia menggunakan gerakan acak yang tak bisa ditebak oleh sosok serba hitam.Gerakan Angga mirip seperti orang gila yang sedang mabuk daun kecubung. Sehingga dia bergerak luwes tanpa bisa mengendalikan dirinya sendiri.Alhasil serangan keduanya tidak berkesinambungan, lebih sering sosok serba hitam malah memukul angin. Sosok serba hitam malah sulit mengantisipasi serangan lawannya yang tak terduga.Angga bertarung seperti orang yang tak bisa bertarung. Menye
"Untung saja kamu bisa menyadari jika ada bahaya di tempat ini," ucap Ki Pramana mendengar penjelasan Angga ketika berada di bukit di atas Lembah Hijau.Angga hanya garuk-garuk kepala, bingung mau bicara apa, malah takut ketahuan jika dia Pendekar Macan Kumbang. Jika itu terjadi, tamatlah penyamarannya saat ini."Anak muda. Kenapa kau membawa Pedang Tanpa Bayangan?" tanya Ki Pramana lagi. Sebagai sosok yang kenyang pengalaman dia dapat mengenali pusaka dunia kedigdayaan yang maha sakti itu.Mendengar hal itu Angga tampak bingung mau menjawab apa. Namun otaknya tetap berpikir apa yang harus diucapkan."Ini punya Tuan Adyaksa, saya yang membawakan untuknya," ucap Angga berbohong."Kenapa pemuda itu bisa memiliki senjata Pusaka?" tanya Ki Pramana lagi. "Dia berhasil merebutnya dari Tokoh Golongan Hitam bergelar Iblis Janggut Putih,""Aneh sekali, pemuda itu belum mencapai kedigdayaan tingkat langit. Tetap
"Ada hubungan apa sebenarnya Si Codet dengan Putra Senopati itu?" tanya Bayu Buwana dalam hati. Perwira tersebut curiga jika sosok serba hitam ada hubungannya dengan Angga dan Adyaksa. Meskipun dia tidak punya bukti bahwa keduanya terlibat dalam kekacauan di Paladu."Tidak ada sama sekali Tuan. Kebetulan dia ingin membuang senjata ini, lalu saya memintanya. Daripada dibuang mending dipakai untuk membelah kayu saja," ucap Angga."Coba aku ingin lihat, apa pedang sebagus itu tumpul?" pinta Perwira Bayu Buwana sambil mengadahkan tangan.Angga hanya menunduk, bingung mau memberikan atau tidak."Apa kau tak ingin memberikannya padaku?" tanya sang perwira lagi.Angga akhirnya mengangguk, kemudian meletakkan pedang ke tangan Perwira Bayu Buwana dengan kedua tangannya.Namun alangkah terkejutnya sang perwira, ketika tahu betapa beratnya pedang tersebut. Jika ditimbang beratnya sama dengan satu buah kapak pembelah
“Betul Angga malam tadi bersama saya?” sanggah Jati Luhur.“Sebaiknya Tuan Putri dan Jati Luhur ikut kami ke Paseban, silakan berikan keterangan di sana. Kami hanya diberi perintah untuk membawa Si Codet ke sana,” ucap Perwira Tinggi.Semua pada akhirnya setuju untuk bersama-sama menuju ke Paseban untuk melihat hukuman yang akan dijatuhkan kepada Angga.Sesampainya di Paseban, yang berada di dekat Istana Utama, terletak di tengah-tengah Istana Paladu. Tampak semua sesepuh kerajaan sudah berada di kursi kehormatan masing-masing. Semua sudah menyiapkan pertanyaan yang mirip dengan apa yang dikatakan oleh Perwira Tinggi.Jati Luhur juga telah memberi keterangan bahwa dia bersama Angga tadi malam. Namun ada beberapa pihak yang masih tidak percaya dengan keterangan tersebut.“Tetapi pisau kecil itu ada di kamar Gara! Itu adalah bukti yang tak terbantahkan,” ucap Ki Wiranata, Ketua Partai Bukit Merah.&n