ホーム / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 007. MALAM JAHANAM

共有

Bab 007. MALAM JAHANAM

作者: BayS
last update 最終更新日: 2024-09-05 18:48:33

Splaattzh!

Belum cukup sampai disitu, dua larik cahaya hitam pekat nampak melesat menembus pusat benturan dan menghajar telak dada Ki Respati.

Blaarghk! Krreegh!

“Arrghks!” dada kiri dan kanan Ki Respati pun hangus dan melesak seketika, dan dengan diiringi teriakkan kematiannya maka ambruklah sosok Ki Respati ke bumi.

Ya, Ki Respati suami Seruni serta ayah dari Jalu dan Larasati! Ketua sekte Rajawali Emas ke 30 telah tewas dengan mengenaskan malam itu!

"Mampus kau ketua sekte sampah!" seru puas Ki Taksaka, seraya menghampiri mayat Ki Respati.

Dengan seksama dia mendeteksi sekujur tubuh Ki Respati dengan telapak tangannya, yang dilambari ilmu Serap Raga miliknya.

'Bedebah! Mustika Rajawali Emas tak ada ditubuhnya!' seru marah dan kecewa bathin Ki Taksaka.

"Ada apakah Ki Taksaka?!" Ki Mukti Roso berseru heran, saat melihat rekannya itu nampak kecewa, setelah mencari-cari sesuatu pada sosok mayat Ki Respati.

"Tidak apa-apa Ki Mukti Roso. Aku hanya ingin memastikan kalau dia benar-benar sudah tewas!" sahut cepat Ki Taksaka, menutupi maksud sebenarnya.

‘Ahh! Mungkin saja bedebah Ki Respati ini telah mewariskan mustika itu pada kedua anaknya!’ seru bathin Ki Taksaka penuh harapan. Berpikir begitu maka,

"Baiknya kita ikut mengejar keluarga sekte Rajawali Emas yang tersisa Mukti Roso!” Slaph! Ki Taksaka langsung melesat cepat, setelah dia berseru pada Ki Mukti Roso.

Slaph!

Ki Mukti Roso pun sontak ikut melesat menyusul rekannya itu.

Sementara itu Jalu dan Larasati terus melesat membawa lari sang ibu. Mereka berdua seperti telah sepakat untuk bersembunyi, di bukit ruang khusus para leluhur sekte Rajawali Emas. Namun,

Jlebh! Splagh!

Sebuah pisau terbang milik sekte Naga Terbang menancap tepat di punggung sang ibu, dan sebuah pukulan jarak jauh juga menyusul telak menghajar punggungnya.

“Akkhs..!” terdengar jerit kematian Seruni saat itu juga, sosok wanita paruh baya itu pun terpental lepas dari rangkulan kedua putra putrinya.

"Ibuuu..!!" teriak terkejut Jalu dan Larasati berbarengan.

Cepat mereka menghampiri sosok sang ibu yang telah tewas seketika, sebelum dia sempat menyentuh tanah.

Ya, bagi Jalu dan Larasati, kejadian itu memang sungguh terlalu cepat dan tak terduga.

"Ibunda! Jangan tinggalkan Jalu dulu ibu!" seru Jalu bergetar, menahan kepedihan hatinya. Dia sudah membayangkan pastilah sang ayahandanya juga telah tewas, oleh sekelompok orang berpenutup kepala kain hitam itu.

"Ibunda! Sati benar-benar tak berguna melindungi ibu. Tsk, tsk!" terdengar isak kepedihan Larasati, sambil bersimpuh di sisi mayat Nyi Seruni.

Tak dipungkiri Larasati memang gadis remaja yang cantik dan tengah mekar-mekarnya diusianya yang 16 tahun.

"Hahahaaa!!" terdengar tawa bergelak di belakang Jalu dan Larasati, yang masih menangisi kematian ibu mereka.

"Kalian menangis pun percuma! Malam ini riwayat keluarga sekte Rajawali Emas harus tamat hingga ke akar-akarnya! Hahahaa!" seru tergelak Ki Braja Denta.

"Kalian semua bajingan! Hiahh!” Wusshh! Larasati berseru memaki, seraya melesat lepaskan tendangan Rajawali Mengibas Langit ke arah kepala Ki Braja Denta.

Taph! Brughk!

Namun hal yang mudah saja bagi Ki Braja Denta, untuk menangkap kaki Larasati dan langsung membantingnya ke tanah.

“Ahhsk..!” seru kesakitan Larasati, saat tubuhnya terhempas deras ke tanah. Larasati terkapar tanpa daya, tubuhnya serasa sesak dengan kepala pening serasa berputar.

“Hiaah!” Cakar Harimau Besi Ki Braja Denta telah siap terangkat, dia hendak langsung menghabisi nyawa Larasati saat itu juga. Namun,

Taph!

“Tahan dulu Braja Denta! Apakah kau tak melihat sesuatu yang menarik dari anak gadis ini! Hehehee!" seru terkekeh Ki Arga Bayu sang ketua sekte Naga Terbang, seraya menangkap pergelangan tangan Ki Braja Denta.

Ya, rupanya Ki Arga Bayu tertarik melihat kecantikkan Larasati, yang tertimpa sinar remang cahaya rembulan malam itu. Hasrat bawah ketua sekte Naga Terbang itu pun muncul seketika.

"Lepaskan aku! Kalian bangsat pengecut!" teriak Larasati marah sekali.

Namun cengkraman Ki Braja Denta pada kedua kakinya bagaikan capit besi yang membuatnya tak berdaya.

"Apa maksudmu Arga Bayu?! Kita harus habisi mereka semua sampai ke akar-akarnya!" sentak Ki Braja Denta nampak kesal.

"Tentu saja begitu Braja Denta! Namun kita akan menghabisi yang satu ini setelah menikmatinya lebih dulu, hehe!" seru terkekeh Ki Arga Bayu, seraya wajahnya menyeringai penuh nafsu pada Larasati.

Tukh! Tukh!

Secepat kilat sosok Ki Arga Bayu melesat dan menotok tubuh Larasati, hingga gadis remaja itu menjadi lemas tak berdaya.

"Lepaskan Kakakku! Kalian memang manusia binatang! Hiahh!” Weshh!

Jalu berseru memaki marah, sambil layangkan tendangan lompat ke arah lengan Ki Arga Bayu yang hendak membopong kakaknya.

Plakh! Deshh!

Tentu sangat mudah bagi Ki Arga Bayu menepis tendangan Jalu, seraya lesakkan telak sisi tangannya ke arah dada Jalu yang masih dalam keadaan melayang itu.

"Hakhhsh! Hoekss!”

Brughkk!

Sosok Jalu tersentak keras seraya semburkan darah segar dari mulutnya, hingga akhirnya dia terhempas deras ke tanah.

Rasa sesak dan nyeri mendera dadanya, pernafasan Jalu pun tersengal dan terasa berat.

Namun Jalu masih sadar, dia masih bisa mendengar pembicaraan serta suara di sekitarnya.

"Luar biasa juga fisik anak itu! Anak biasa saja pasti sudah tewas, jika terhajar sepertiga tenaga dalamku tadi!" seru Ki Arga Bayu heran, melihat daya tahan tubuh Jalu.

"Biarkan saja bocah itu menikmati rasa sakitnya terlebih dulu sebelum mati Arga Bayu!

Dan sebaiknya cepat kau selesaikan hajatmu! Aku menunggu giliran! Hahaha!" seru Ki Braja Denta seraya terbahak.

Akhirnya Ki Arga Bayu meneruskan niatnya memondong tubuh kencang dan mulus Larasati, menuju ke arah saung kosong yang tak jauh dari dari situ.

Ya, di saung yang biasa dijadikan tempat berteduh atau rehat orang-orang atau para petani itulah, sosok lemas Larasati direbahkan.

"Ahh! Tidakk! Jangan..!" terdengar teriakkan lirih Larasati, yang rebah lemas diatas saung. Sebuah teriakkan putus asa dari gadis yang terancam kehilangan kegadisannya.

"Tenanglah gadis cantik, aku akan mengajakmu merasakan surga terindah! Braja Denta! Lambar Manik! Bersabarlah menunggu giliran kalian! Hahahaa..!" seru Ki Arga Bayu, seraya terbahak dari dalam saung.

Nafas Jalu pun tersengal dipenuhi amarah meluap, namun dia sungguh dalam kondisi tak berdaya saat itu.

Luka dalam di tubuh Jalu benar-benar membuatnya tak mampu beranjak dari posisinya, yang terkapar pasrah menatap langit.

'Biadab kalian semuanya! Nama kalian akan kucatat dalam jiwa dan ingatanku! Ki Braja Denta! Ki Arga Bayu! Ki Lambar Manik!

Selama aku masih hidup, kalian semua tak akan pernah merasa aman! Bedebah kalian semua!' seru bathin Jalu, dalam rasa duka dan murka yang teramat sangat.

Akhirnya Jalu pun jatuh tak sadarkan diri, akibat tekanan mental dan amarah yang begitu menggelegak dalam dirinya.

"Aduhss!" terdengar teriakkan kesakitan Larasati, saat dia merasakan suatu benda asing milik Ki Arga Bayu melesak dan merobek sesuatu di dalam dirinya.

Ya, Larasati hanya bisa menggigit bibirnya menahan rasa sakit dan perih, dalam ketakberdayaannya menolak 'takdir buruk' yang menimpanya malam itu.

Akhirnya tak lama kemudian sosok Ki Arga Bayu pun tersentak melayang dalam puncak kenikmatannya. Setelah tubuhnya berayun dengan cepatnya di atas tubuh polos Larasati.

Dia pun terkulai sejenak diatas tubuh Larasati, lalu bangkit dengan enggan dan beranjak meninggalkan sosok polos Larasati yang terisak tak berdaya.

Ya, andai tubuh Larasati tak tertotok lemas oleh Ki Arga Bayu, maka sudah pasti dia akan melawan sampai tetes darah terakhirnya.

'Lebih baik aku mati, daripada hidup terhina seperti ini!' demikianlah jerit bathin Larasati.

Dan penderitaan Larasati masih terus berlanjut, saat berturut-turut Ki Braja Denta dan Ki Lambar Manik ikut menikmati tubuhnya, yang tergolek lemas diatas balai bambu di saung kosong itu.

Tak kuat dengan beban mental yang menderanya, Larasati pun terkapar tak sadarkan diri. Sungguh malam itu adalah malam jahanam dalam hidup Larasati!

Taph! Taph!

Hampir bersamaan Ki Taksaka dan Ki Mukti Roso muncul di tempat itu

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
BayS
makacih ka
goodnovel comment avatar
Windasari
mantap bernyawa tulisannya
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 250. PENDEKAR RAMBUT EMAS

    "Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 249. HEBOH DAN RASA BERSALAH

    BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 248. HUKUMAN SANG DEWA

    Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 247. CAKRA SEMESTA DAN LENYAP

    Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 246. AKHIRNYA..

    "HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 245. SIASAT GILA SANG PANGLIMA

    "Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status