Home / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 006. MENDUNG DI LANGIT SEKTE RAJAWALI EMAS

Share

Bab 006. MENDUNG DI LANGIT SEKTE RAJAWALI EMAS

Author: BayS
last update Last Updated: 2024-09-05 18:45:37

Karena sesungguhnya sepuh Prana Wisesa, leluhur dari ketua sekte Elang Merah itu telah menggambar denah serta rahasia semua perangkap, yang ada di dalam ruang pusaka sekte Rajawali Emas itu pada secarik kain.

Lalu Prana Wisesa mewariskan gambar itu dan menyimpannya di ruang pusaka sekte Elang Merah.

Hingga akhirnya sampailah gambar denah rahasia ruang pusaka sekte Rajawali Emas itu pada tangan Ki Taksaka, ketua sekte Elang Merah saat itu.

Dan entah telah berapa kali dengan diam-diam Ki Taksaka keluar masuk dalam ruang penyimpanan pusaka sekte Rajawali Emas.

Sementara Ki Respati sendiri memang sangat jarang, bahkan hampir tak pernah masuk lagi ke ruang penyimpanan pusaka sektenya itu.

Karena memang ruang penyimpanan pusaka itu sudah lama sengaja di kosongkan, dan seluruh pusaka sekte Rajawali Emas yang tersisa telah di pindahkan oleh Ki Respati ke salah satu kamar kosong.

Kamar kosong yang berada di dalam markas dan merangkap sebagai kediaman keluarganya.

Klaghk! Grrgk! Daambh!

Ki Taksaka berhasil membuka pusat ruang penyimpanan pusaka, tempat dulu Kitab Pusaka Rajawali Langit dan Pedang pusaka Rajawali Emas berada.

Sebuah ruang yang sebetulnya merupakan bagian tersulit, untuk di tembus seorang pencuri terlihai dan tersakti sekali pun.

Dan sengaja Ki Taksaka membawa keempat ketua sekte yang bersamanya ke ruang tersulit itu. Untuk membuat keempat ketua sekte percaya, bahwa pihak sekte Rajawali Emaslah yang mencuri pusaka milik sekte Harimau Besi!

"Hah! Bedebah! Ternyata benar 'Baju Harimau Besi' pusaka sekteku yang hilang berada di sarang sekte gembel ini!

Ini benar-benar tak terampuni" seru murka Ki Braja Denta, dengan mata mencorong dan tubuh bergetar menahan amarah dan kebenciannya.

"Terkutuk kau Respati! Ternyata Tongkat Besi Kuning pusaka milik sekteku juga di sini! Kurang ajar!!" seru bergetar Ki Mukti Roso, ketua sekte Kera Putih.

Ya, Ki Mukti Roso memang sudah hampir seminggu ini tak memeriksa ruang pusaka sektenya. Karuan saja dia menjadi sangat terkejut dan murka, saat melihat pusakanya telah berpindah ke ruang pusaka rahasia sekte Rajawali Emas itu.

Kedua ketua sekte Harimau Besi dan Kera Putih segera mengambil kembali pusaka milik sekte mereka.

Lalu seperti sepakat, kelima sosok itu kembali melesat keluar dari ruang penyimpanan pusaka sekte Rajawali Emas itu.

Ya, niat mereka berlima sama, yaitu membasmi semua anggota sekte Rajawali Emas hingga ke akar-akarnya!

Slaph! Slaph! ... Slaph!

Kelima sosok itu langsung melesat ke arah bangunan utama yang telah tua pada markas sekte Rajawali Emas itu, yang juga merupakan kediaman Ki Respati dan keluarganya.

"Basmi mereka..!" seru lantang Ki Mukti Roso, saat melihat keempat anggota keluarga Ki Respati, yang tengah bercengkrama di ruang tengah kediamannya.

Daun jendela ruangan tengah kediaman Ki Respati yang terbuka, ternyata memudahkan kelima sosok itu menemukan target mereka.

"Hiahhh..!” Weesshh..!

Ki Mukti Roso berseru keras, seraya langsung lontarkan Pukulan Luruh Gunung miliknya.

Seberkas cahaya putih terang pun seketika melesat ke arah ruang tengah kediaman Ki Respati, menerobos jendela yang terbuka itu.

Degh!

“Awas Seruni! Larasati! Jalu! Cepat kalian keluar lewat belakang!" seru Ki Respati terkejut bukan kepalang, saat ia merasakan hawa pukulan gelombang panas yang menuju ke arah keluarganya.

Seth! Taph!

Larasati dan Jalu bergegas melesat berlari, seraya menarik dan merangkul sang ibu. Mereka pun melesat ke arah pintu belakang markas, menuruti perintah ayah mereka.

"Hiahh!” Wuusshh! secepat kilat Ki Respati berseru keras seraya dorong telapak tangannya, memapaki gelombang pukulan cahaya putih yang di lontarkan Ki Mukti Roso.

Selarik cahaya putih keemasan melesat cepat dari kedua tapak tangan Ki Respati, yang membentuk posisi cakar Rajawali.

Blaarrghkks..!

Terjadilah ledakkan dahsyat tepat di tengah jendela ruang tengah yang terbuka itu, akibat benturan pukulan jarak jauh Ki Mukti Roso dan Ki Respati.

Daun jendela yang terbuat dari kayu jati itupun ambyar berkeping, hingga mengakibatkan jendela serta dindingnya jebol dan terkuak melebar.

Spraathss..! Daarggh..!

Namun selarik inti pukulan cahaya putih Ki Mukti Roso terus melesat menembus titik benturan, lalu melabrak ke arah dada Ki Respati.

Ki Respati pun hanya bisa silangkan sepasang tangannya di depan dada, dan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya di kedua pergelangan tangannya itu sebagai perisai. Hingga,

"Arrgghk..!” Wushh! Braaghk!

Ki Respati berseru keras, saat Pukulan Luruh Gunung yang di lepaskan Ki Mukti Roso menerjang ambyar perisai dua tangannya. Dadanya pun terhantam telak hingga membuatnya terhempas menabrak dinding.

"Haksh!” Huphs!

Ki Respati muntahkan segumpal darah segar dari mulutnya, lalu dia segera melenting tegak kembali dan bersiap kerahkan jurus ke-5 dalam kitab Rajawali Langit yang menjadi pamungkasnya, Kibas Sayap Neraka!

Byaarsh.!

Seketika kedua tangan Ki Respati di selimuti kobaran api hitam, mirip seperti sayap Rajawali. Hawa panas pun langsung menebar di sekitar sosok Ki Respati.

"Hahahaaa! Hanya sampai jurus kelima sajakah penguasaan ketua sekte Rajawali Emas saat ini?! Sungguh lemah dan menyedihkan!" seru lantang Ki Taksaka, seraya terbahak mengejek Ki Respati.

Ya, Ki Taksaka sedikit banyak cukup mengerti gaya jurus Rajawali langit. Walau tetap saja dia tak bisa mempelajari dan memahami isi kitab Rajawali Langit, yang tersimpan di rak kitab pusaka sekte Elang Merah.

"Kalian kejar dan habisi saja ibu dan dua anaknya itu! Pecundang yang satu ini serahkan saja padaku!" seru Ki Taksaka dengan nada jumawa pada ketua sekte lainnya.

Slaph! ...  Slaph!

Tiga ketua sekte lain melesat cepat, mengejar Jalu, Larasati, serta Seruni, yang berusaha melarikan diri melalui pintu belakang rumah.

Sementara Ki Mukti Roso masih menemani Ki Taksaka dan bersiap menyerang Ki Respati bila dirasa perlu.

Namun dia yakin, Ki Taksaka pasti tak akan kesulitan menghabisi ketua sekte Rajawali Emas itu.

Sungguh dalam hati Ki Taksaka sedang bersenandung riang, karena dia memang punya tujuan lain dalam upayanya memfitnah keluarga sekte Rajawali Emas.

Ya, ternyata Ki Taksaka berhasrat mengambil secara paksa Mustika Rajawali Emas, yang pastinya berada dalam tubuh salah seorang di antara keluarga sekte Rajawali Emas. Keji!

"Siapa kau?! Bagaimana kau bisa mengenali jurusku?!" seru Ki Respati kaget.  

Ya, Ki Respati tentu saja merasa terkejut dan heran, karena lawannya yang mengenakan kain penutup wajah itu mengetahui jurus yang di keluarkannya.

"Hiahh!” Byaarsshk..! Tanpa menjawab Ki Taksaka langsung ledakkan tiga perempat powernya.

Seketika gelombang energi panas angin berwarna kemerahan menebar di sekitar sosoknya. Hawa panas yang sanggup membuat kulit tubuh siapa pun yang berada dekat dengannya bagai tersengat jilatan api.

Ki Taksaka segera terapkan jurus pukulan Elang Menembus Badai.

Sosoknya kini diselimuti api merah berkobar, sedangkan kedua cakar tangannya nampak hitam berkilat diselimuti kobaran api hitam.

"Bedebah! Rupanya kau dari sekte Elang Merah! Ki Taksaka keparat!" teriak Ki Respati, yang rupanya juga mengenali jurus yang di terapkan Ki Taksaka.

"Hahahaa! Akhirnya kau mengenaliku Ki Respati! Sayang sekali kesempatan bernafasmu sudah hampir habis!" seru Ki Taksaka seraya tergelak.

"Hiahh!” Wuusshh..!

Ki Respati lontarkan pukulan Kibas Sayap Nerakanya ke arah Ki Taksaka.

Dua gelombang api hitam berkobar melesat deras ke arah Ki Taksaka. Bagaikan dua buah sayap Rajawali yang menebarkan hawa super panas di sekitar arena pertarungan.

"Hiahh!” Spraath! Wuussh!

Ki Taksaka langsung sambut pukulan itu dengan dorongkan kedua cakar hitamnya ke arah gelombang pukulan Ki Respati.

Dan melesatlah dua larik cahaya hitam yang di selubungi kobaran bara merah, dua larik cakar hitam itu pun langsung memapasi pukulan Ki Respati.

Blaaammpsh..!

Ledakkan dahsyat benturan dua pukulan pun terjadi, nampak pukulan Kibas Sayap Neraka milik Ki Respati seketika ambyar pecah dan musnah, terlabrak oleh pukulan Elang Menembus Badai milik Ki Taksaka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 250. PENDEKAR RAMBUT EMAS

    "Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 249. HEBOH DAN RASA BERSALAH

    BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 248. HUKUMAN SANG DEWA

    Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 247. CAKRA SEMESTA DAN LENYAP

    Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 246. AKHIRNYA..

    "HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 245. SIASAT GILA SANG PANGLIMA

    "Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status