Share

Bab 3. RAPAT

Author: Bebekz_hijau
last update Last Updated: 2022-04-22 21:54:43

"Raymond mana?" tanya Dimitri dengannada tinggi ketika Sonia masuk ke dalam ruangan rapat.

"Tadi habis bantu pemotretan untuk B Blog, Pak. Mungkin sebentar lagi ke sini," jawab Sonia.

"Coba telepon!" perintah Dimitri.

"Baik, Pak. Saya akan coba hubungi," jawab Sonia sambil mengeluarkan telepon genggamnya.

Selena sudah berada di dalam ruang rapat bersama Dimitri sejak tadi. Tidak seperti wajah Dimitri yang tampak penuh amarah, wajah Selena terlihat pucat pasi hampir menyerupai mayat hidup. Sakit kepalanya sudah hampir tidak tertahan lagi. Sesungguhnya Selena berniat untuk beristirahat di dalam kantor pribadinya siang ini, tetapi dia tidak bisa menolak ketika Dimitri sendiri yang memintanya untuk menghadiri rapat ini.

Sesunggunya ia bisa saja menolak, tapi masalahnya, bukanlah seorang Selena Audrey jika ia tidak memaksakan dirinya untuk bekerja keras. Selena selalu bertanggung jawab atas semua pekerjaanya. Selena juga tidak berniat untuk mencari-cari alasan dan tampak lemah dan rapuh di hadapan rekan-rekan sejawatnya.

Kini, jam dinding sudah menunjukkan pukul 14.25 dan Raymond belum juga datang. Wajah Dimitri sudah memerah dan teriakannya sudah berada tepat di depan bibir, siap meneriaki telinga semua orang yang ada di dalam. Akan tetapi, sesaat sebelum mulut itu meledak untuk mengeluarkan umpatan kasar, pintu ruang rapat tiba-tiba terbuka.  

"Siang," sapa Raymond sambil memasuki ruangan.

"Eh, kamu kira ini jam berapa?" tanya Dimitri ketus.

"Maaf, Pak. Saya terlambat," jawab Raymond tanpa ekspresi dan segera duduk di sebelah Sonia.

"Saya akan memberi sangsi untuk keterlambatanmu. Ini tidak bisa dibiarkan, dasar tidak tahu di untung, lama-lama kamu bisa ngelun..."

"Saya sudah meminta maaf, pak. Saya mengakui kesalahan saya. Saya telah membuat rapat ini terlambat 25 menit. Jadi sekarang jika bapak tidak mau kehilangan lebih banyak waktu untuk mengurusi orang seperti saya, lebih baik kita segera mulai," jawab Raymond.

Mendengar ucapan Raymond, Dimitri menjadi semakin geram. Jika bukan karena Selena yang memegangi lengan bajunya, pastilah kepalan tangannya sudah mendarat di pipi Raymond.

Selama bekerja di In One TV, Dimitri dan Raymond tidak pernah akur. Mereka seperti air dan minyak yang tidak dapat saling menyatu. Hanya untuk urusan pekerjaan saja mereka harus saling membangun relasi, di luar itu, mereka bersikap seperti orang yang tidak saling mengenal. Pertengkaran-pertengkaran dingin seperti hari ini sudah biasa terjadi di antara keduanya.

Dimitri sudah sering meminta ayahnya untuk mengeluarkan Raymond dari sini, tetapi permintaannya itu selalu ditolak. Elio Soedibrata bukan orang berpikiran sempit seperti anaknya. Lagipula, jika Rayomond keluar, maka I O Newslah yang paling dirigikan.

Tidak ada orang yang sebaik Raymond untuk mencari jejak dan bertahan hidup di hutan. Wildlife Adventure mungkin bisa saja mengganti Raymond sebagai presenter, tetapi IO News tidak bisa kehilangan orang sepertinya untuk mencari jejak jika ada kasus penting di dalam hutan. Suka tidak suka, itulah fakta yang harus diterima Dimitri dengan berat hati.

"Sudah, sudah, sebaiknya kita lanjutkan rapat hari ini," ujar Selena untuk menurunkan suhu tinggi di dalam ruangan rapat.

Dimitri menarik nafas panjang, dan ketika dia mulai tenang, ia segera mamulai rapat ini.

"Dalam beberapa minggu ini, rating dari 3 acara kita berkurang, B Blog dan W life sudah lama menurun dan jeblok, dan saya tidak mau IO News juga ikut turun. Sebelum saya bicarakan masalah ini dengan team kreatif acara kalian masing-masing, saya hanya ingin mendengar masukkan kalian sebagai presenter. Kira-kira materi seperti apa yang menarik untuk dibawakan, yang bisa menarik minat banyak penonton?" tanya Dimitri memulai rapat.

"Untuk B Blog, kami butuh lebih banyak kerja sama dengan desainer-desainer ternama, dan peliputan ajang fashion bergengsi sebaiknya ditayangkan pada program kami, bukan pada I O News," jawab Sonia sambil melirik ke arah Selena.

"Untuk kerja sama dengan lebih banyak desainer, saya bisa usahakan, tetapi untuk peliputan berita acara ternama saya tidak bisa mengabulkannya."

"Tapi Pak, peliputan acara seperti Jakarta fashion week dapat menambah ratting and share untuk..."

"Peliputan acara seperti itu tetap exclusive di IO News, titik. Saya rasa semua orang di sini sudah tahu, kalau konsep dari In One TV adalah saluran yang memberikan pemberitaan yang akurat, jadi tidak ada tapi-tapi. Untuk mendukung program News, maka program kalian harus berkorban, paham?"

"Baiklah," jawab Sonia sambil cemberut.

"W life?" tanya Dimitri.

"Seperti usul saya pada rapat-rapat sebelumnya. Dengan penambahan bintang tamu, kita bisa bikin konsep acara yang baru. Ketika kita membawa orang terkenal untuk merasakan tinggal di dalam hutan, pasti menarik untuk disimak oleh pemirsa," jawab Raymond

"Tidak...Saya tidak bisa menambah budget untuk acara seperti W life. Lagipula biaya asuransi untuk artis masuk ke dalam hutan bukan biaya sedikit," potong Dimitri ketus.

"Menurut saya, ide Ray ada benarnya. Penambahan bintang tamu akan membuat penonton lebih penasaran. Jika ada orang awam harus belajar tinggal ke dalam hutan, bisa lebih dikemas sebagai tayangan edukasi," jawab Selena.

"Mungkin idenya menarik, tetapi penerapannya tidak mudah. Membawa orang kota masuk ke dalam hutan itu beresiko tinggi. Dan kami tidak akan mengambil resiko itu hanya untuk program kelas dua."

"Tapi kita tidak pernah tahu kalau belum di coba, Pak," jawab Raymond tidak terima.

"Saya tidak bisa membiarkan kamu menjadikan program di Stasiun TV ini kelinci percobaan," lanjut Dimitri.

"Apa bapak takut?" tanya Raymond hanya untuk membuat Dimitri kesal.

"Takut? Tidak.."

"Lalu...?"

"Baiklah kalau kamu memaksa. Terserah saja, silahkan lakukan apa yang kalian mau, tapi cari sendiri bintang tamu yang mau pergi hutan, tapi yang paling penting, tidak ada penambahan budget. Jadi silahkan selesaikan masalahmu sendiri."

Sebelum Raymond menjawab tantangan Dimitri, Sonia segera menendang kaki Raymond untuk mencegah perdebatan ini semakin runyam.

"Mon, ingat, program kita cuma program kelas 2 di In One TV, jadi, jangan macam-macam," bisik Sonia.

"Tapi...," bisik Raymond kesal.

"Semua di sini hanya tentang Newsnews dan news jadi sebelum lo ribut lagi dengan bos kecil, sebaiknya kita sadar, kalau program kita cuma anak tiri. Ga akan pernah menang melawan anak kandung. Kita harus sadar itu," bisik Sonia menjelaskan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 90

    Andrea menaruh dagunya tepat pada topangan tangannya. Sambil memandangi bulan yang bersinar indah, pikirannya melayang-layang entah kemana. Diambilnya kedua amplop yang berada di atas meja belajarnya. Sebuah amplop coklat berisi panggilan test beasiswa yang akan menjadi masa depannya, dan satu amplop lagi yang sudah berisi surat pengunduran dirinya yang akan diberikannya pada Daniel esok hari. "Mungkin memang sudah jalannya, ini yang terbaik, Andrea, yang terbaik," bisik Andrea untuk menghibur dirinya sendiri. Sesungguhnya Andrea ingin keluar saat semuanya selesai, tetapi perkataan Daniel tadi siang membuatnya sadar. Seberapa lamanya Andrea berada di sisi Daniel untuk membantunya, pada akhirnya ia memang harus meninggalkannya. Saat ini, atau nanti, tidak menjadi masalah. "Tok..., tok...,tok...," pintu kamar Andrea berbunyi. "Masuk," kata Andrea mempersilahkan bapak untuk masuk kamarnya. "Dea, Bapak bikinin teh hangat untuk kamu," kata Bapak sambil menaruh segelas teh di atas meja

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 89

    Tanganku mulai merogoh ke dalam saku jas, mencari benda yang dengan susah payah kudapatkan hari ini. Aku tahu, pengumumannya sudah keluar dan kami kalah. Agak berat untuk diterima, tapi, sama seperti apa kukatakan sebelumnya... aku tidak peduli. Aku sudah berusaha dan tetap akan berusaha lebih keras lagi. Bagaimanapun juga, aku akan mencari cara agar kita berdua dapat keluar dari jeratan Madam Devil. Aku tahu, perjuanganku masih sangat panjang. Tapi saat ini, ada hal penting yang harus kulakukan. Dan aku tidak mau menundanya lebih lama. Ok, Steven! Sekarang, kamu tinggal mengatakannya. Sandra Bayu Hutama, maukah engkau menikah denganku? Mudah bukan? Tapi...tunggu! Apa cukup jika hanya denga kata-kata seperti itu saja? Apa aku harus menambahkan sedikit kata-kata yang lebih poetic agar peristiwa ini lebih berkesan? Sandra, o sayangku...? Hiiiii, kenapa itu terdengar menjijikan, kurang manly, dan... oh Shit!! Komohon, otak... jangan malas! Ayo bantu aku! Apa yang harus kukatakan padanya?

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 88

    "Andrea, gue udah nungguin lo dari tadi, eh.., baru nongol sekarang," kata Pak Mamat divisi ME di rumah sakit ini. "Sorry Pak, tadi pagi bu Novi sudah ngabarin, cuma saya aja yang kelupaan," jawab Andrea sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda permintaan maaf. "Ya udah, nih, barang lo udah gue benerin. Cek dulu aja!" kata Pak Mamat sambil memberikan sebuah raket listrik alat penangkap nyamuk pada Andrea. Andrea segera mencari nyamuk kecil yang sudah sejak tadi berdenging di telinganya. Diayunkannya raket itu dan dengan seketika, suara keras dan kilatan listrik muncul dari alat tersebut. "TEK!" bunyi keras muncul ketika alat itu mengenai seekor serangga. "Tuh, udah bagus kan? Gue bilang juga apa," kata Pak Mamat begitu melihat alat itu sudah kembali berfungsi dengan baik. "Makasih Pak. Ng..., saya harus bayar berapa untuk biaya perbaikannya?" tanya Andrea. "Ah, Ga usah, raket lo sih masih bagus, cuma baterenya aja yang melendung. Pas kemaren ada tetangga yang raket nya

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 87

    Baru satu jam ia resmi bekerja dengan Daniel, Andrea mulai menyesali keputusannya. Baru saja ia memberikan surat pengunduran diri pada Bu Novi, Daniel sudah menyeretnya pergi tanpa memberikannya waktu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekan lainnya. Andrea masih tidak enak hati melihat kegundahan di hati bu Novi, sepertinya perempuan malang itu akan menerima banyak komplain hari ini karena pengunduran diri Andrea yang serba tiba-tiba. Untung saja, foto bersama Daniel Leo, cukup dapat menghibur hati Bu Novi di hari buruknya ini.Dan sialnya, bagi Andrea, kejadian buruk di hari ini masih akan terus berlangsung. Melihat Daniel berjalan keluar rumah sakit, beberapa fans dan wartawan sudah menunggunya di koridor luar rumah sakit."Daniel!!!" teriak mereka memanggil nama idola mereka.Melihat kerumunan banyak orang, Andrea merasa begitu tidak nyaman. Ia ingat terakhir kali ia betemu dengan fans-fans Daniel, kejadian yang berakhir dengan perundungan menyebalkan. Setelah beberapa

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 86

    " dalam kepalaku, aku tidak akan pernah membuatnya menghentikan langkahku. Tidak hari ini, tidak juga nanti. "Selamat sore, hadirin yang terhormat, salam sejahtera bagi kita semua," salamku untuk memulai presentasi hari ini. "Sttt... ga salah ya? Speaker personnya Ruanna masih muda banget!" "Iya, padahal aku berharap Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi hari ini. Aku sudah menunggu penampilannya." "Yah, padahal kukira Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi mewakili bironya. Tahunya orang lain. Aneh, mengapa mereka mempercayakan presentasi penting seperti ini pada anak kecil itu? " "Atau mungkin mereka sudah pasrah... Tapi masa sih? Sekelas Anna Gunadi pasrah begitu saja? Tapi, aku ngerti sih, kalau mereka takut dengan Architext." Aku mendengar banyak bisikan ketika mereka melihatku berdiri di tengah panggung. Aku tidak tersinggung. Benar-benar tidak tersinggung. Hahaha... memang tidak perlu tersinggung jika mereka memanggilku dengan sebutan anak kecil atau anak baru. Toh, a

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 85

    Dug... dug... Dug... dug... Dug... dug... "Waaaa... plok...plok… plok..." Dug... dug... Dug... dug... , ok? Setelah membereskan ruangan ini dan membangunkan 'kucing' malas itu," katanya sambil memandang Cat. "Ok!" kataku sambil berjalan keluar mengikuti panitia. "Hei Sandra, break a leg!" sahut Steven sebelum aku meninggalkan ruangan. Hahaha, Sialan... apa dia berharap aku naik panggung untuk menyanyi atau menari balet? Dia tidak perlu mengucapkan mantra sukses pemeran broadway sebelum mereka tampil. Tapi untuk humornya yang super random dan menghibur, kuucapkan sedikit terima kasih. Sedikit saja... ga banyak-banyak. Aku berjalan menuju ke belakang panggung. Yang ternyata hanya berjarak sekitar 10 meter dari ruangan kami bekerja. Tidak jauh, dan kuharap, Steven bisa langsung menyusulku kemari jika aku membutuhkan bantuannya. "t right now!"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status