Seperti biasa, Raymond memulai harinya dengan secangkir susu coklat hangat. Salah satu hal yang paling dirindukannya ketika kembali ke Jakarta. Ketika berada di daerah terpencil atau bahkan di tengah hutan belantara, minuman seperti ini hanya sebatas persediaan. Jika persediaan habis, Raymond dan kru Wildlife Adventure hanya dapat menikmati minuman hangat seperti ini dalam imajinasi masing-masing. Tetapi di Jakarta, kapan saja dia mau, susu coklat hangat selalu tersedia dimana saja.
Tidak terasa, sudah lima tahun Raymond menjadi pembawa acara Wildlive Adventure, dan siapa dapat menyangka kalau seorang mantan anak jalanan bisa mendapatkan pekerjaan prestisius di kantor ini. Dari seorang Raymond Bintang, seorang kru pengangkat peralatan shooting, hingga menjadi Ray Rimba host tampan dan gagah idaman para wanita.
Dengan bermodal wajah proporsional nyaris sempurna dan badan tegap berotot hasil kerja kerasnya mengangkut peralatan shooting yang berat-berat, Raymond bahkan bisa mendapat pekerjaan sampingan sebagai model. Tentu saja untuk produk alat-alat panjat tebing sesuai dengan programnya.
Tetapi, terkadang Raymond juga bersedia menjadi model pembantu di program lainnya seperti Beauty Blogger. Program tentang fashion dan dunia kecantikan yang juga merupakan salah satu unggulan dari stasiun TV ini.
"Selamat siang, Mas Ray. Ih, untung Mas Ray pas lagi ada di Jakarta, jadi bisa bantuin kita-kita deh."
"Apa sih yang ga buat Evan? Gue selalu bantu kok," jawab Raymond.
"Terima kasih ya mas, kita semua sudah kangen loh," kata Evan sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit. "Makanya Mas Ray jangan kebanyakan di hutan, pindah program aja, jadi model B Blog, atau co host Mbak Sonia, jamin ketampanannya akan lebih berkilau, se glowing-glowingnya. Lagipula ngapain ke juga hutan, kotor, bau, angker, serem ihh....," lanjut Evan sambil menggoyang-goyangkan kepalanya.
"Hahaha..., maaf, hutan itu sudah panggilan jiwa, jadi mau gimana lagi?" jawab Raymond.
"Evan cuma kasih saran aja, pikirin lagi deh, biar ga nyesel. Dengan modal body kaya Mas Ray gini, Mas Ray bisa jadi apa aja. Pilihan karirnya banyak," kata Evan.
"Maksud lo, termasuk simpenan artis-artis tajir gitu?" jawab Raymond bercanda.
"Ih, mas Ray, jelek amat pikirannya. Maksud Evan, Mas Ray bisa jadi model, main film, sinetron, semua bisa. Mas Ray cuma perlu tambah percaya diri aja. Ya, sekalian nambah skill modeling juga."
"Ah, kalau itu gue udah bosen dengerin ajarannya Sonia."
"Eh, ngomong-ngomong Mbak Sonia," kata Evan sambil melihat jam tangannya. "Eh, untung mas ngingetin. Ayo Mas, sudah telat nih, nanti Evan bisa dicakar Mbak Sonia. Sudah di tunggu di ruang touch up."
"Baiklah kalau begitu," lanjut Raymond sambil berjalan mengikuti Evan menuju ruang kecil tepat di sebelah studio kecil milik program Beauty Blogger.
Diperhatikan satu per satu ruangan yang dilakuinya. Dan dengan nafas panjang, Ramond merasa sangat beruntung dapat bekerja di salah satu stasiun televisi ternama. Berawal sebagai pekerja kasar, menjadi kru tetap di Wildlife Adventure, dan hingga sekarang menjadi seorang pembawa acara suatu program, bukanlah perjalanan yang mudah.
Langkah-langkah kakinya menuju ruang make up studio B Blog mengingatkan setiap perjalanan karirnya di In One TV. Bagaimana seluruh ototnya terasa terbakar mengangkut setiap peralatan, pengalaman bertahan hidup di ganasnya hutan belantara, hingga berkali-kali audisi yang selalu ditolak.
Lantai 7 gedung stasiun televisi ini memang begitu istimewa. Ada 3 program televisi yang bermarkas di lantai 7 gedung In One TV. Ruangan Wildlife Adventure yang biasa kosong dan hanya dihuni oleh beberapa orang bagian editing, Beauty Blogger yang super girly, serba pink dengan wangian parfum-parfum mahal, alat-alat make up dan model-model fashion ternama, dan tentu saja, satu ruangan paling sibuk di lantai ini, ruangan milik program anak emas dari In One TV, yaitu In One News.
Studio In One News merupakan tempat yang paling hectic di seluruh gedung. Program W Life serta B blog sesungguhnya hanya dirancang untuk menjadi rekanan untuk I O News. Jika News minta bantuan make up
untuknarasumber, maka orang dari B Blog harus selalu bersedia untuk melayani. Begitu pula dengan kru W Life yang akan selalu bersedia untuk mengantar wartawan I O News menembus pelosok-pelosok hutan jika ada peliputan di daerah terpencil."Hai Mon, lo masih hidup?" tanya Sonia sinis.
"Tadi Evan nyamberin ke kantor W life, katanya lo butuh bantuan. Ada apa?"
"Model pria yang seharusnya shooting hari ini tiba-tiba ngebatalin kontrak. Jadi ya, sorry to say, ngerepotin lo lagi deh."
"Oh ga apa-apa. Eh, ngomong-ngomong, tadi kebetulan lewat kantor news, kayanya mereka lebih grasak grusuk dari biasanya?" tanya Raymond.
"O ya? Pasti gara-gara Selena cuti 1 minggu, terus mereka keteteran. Lo bisa bayangkan, News tanpa Selena Audrey? Ancur..., semua orang juga tahu, Selena Audrey, yang mengerjakan hampir semua pekerjaan calon suaminya yang ga bisa apa-apa itu. Sudah bukan rahasia umum," bisik Sonia ketus.
"Tumben Selena cuti? Ga biasanya?"
"Lo belum tahu? Bokabnya, pengusaha terkenal itu, siapa namanya......"
"Poetra, Poetra Soeryaatmadja," jawab Raymond
"Ah, iya, Poetra Soeryaatmadja, meninggal karena serangan jantung, nggg...kurang lebih seminggu yang lalu. Jadi, ya Selena cuti kerja selama 1 minggu penuh,"
"O, ya? Gue baru tahu," tanya Raymond kaget.
"Makanya jangan terlalu lama di hutan, lama-lama lo ketinggalan berita, ga tahu apa-apa."
"Pasti berat banget bagi Selena, kehilangan keluarga satu-satunya,"
"Oh, please, Mon. Dia tu calon menantu Elio Soedibrata, pemilik stasiun TV ini. Apa yang harus dikasihani? Walaupun papanya bangkrut, orang kaya tetap aja beda dari kita-kita. Setidaknya mereka ga akan nge kost di kamar bau kaya kita."
Raymond terdiam, mungkin ucapan Sonia ada benarnya. Orang kaya memang berbeda nasib dari orang seperti dirinya. Serendah-rendahnya kondisi mereka, tidak akan serendah orang-orang seperti Raymond, berada sendirian di tengah jalanan, kehujanan dan mengorek sampah hanya untuk mengisi perutnya yang lapar.
"Mon, udah telat, lo langsung ke ruang touch up, dan honor modeling akan langsung gue transfer ke rekening lo seperti biasa," kata Sonia.
"Untuk masalah itu, lo atur aja sendiri," jawab Raymond sambil masuk ke ruangan touch up.
"Eh, Mon, jangan lupa, nanti jam 2 siang ada rapat gabungan."
"Rapat apa?"tanya Raymond bingung.
"Biasa, Bos kecil kurang puas dengan rating I O News akhir-akhir ini, dan sialnya program kita juga pasti kena imbasnya," jawab Sonia.
Andrea menaruh dagunya tepat pada topangan tangannya. Sambil memandangi bulan yang bersinar indah, pikirannya melayang-layang entah kemana. Diambilnya kedua amplop yang berada di atas meja belajarnya. Sebuah amplop coklat berisi panggilan test beasiswa yang akan menjadi masa depannya, dan satu amplop lagi yang sudah berisi surat pengunduran dirinya yang akan diberikannya pada Daniel esok hari. "Mungkin memang sudah jalannya, ini yang terbaik, Andrea, yang terbaik," bisik Andrea untuk menghibur dirinya sendiri. Sesungguhnya Andrea ingin keluar saat semuanya selesai, tetapi perkataan Daniel tadi siang membuatnya sadar. Seberapa lamanya Andrea berada di sisi Daniel untuk membantunya, pada akhirnya ia memang harus meninggalkannya. Saat ini, atau nanti, tidak menjadi masalah. "Tok..., tok...,tok...," pintu kamar Andrea berbunyi. "Masuk," kata Andrea mempersilahkan bapak untuk masuk kamarnya. "Dea, Bapak bikinin teh hangat untuk kamu," kata Bapak sambil menaruh segelas teh di atas meja
Tanganku mulai merogoh ke dalam saku jas, mencari benda yang dengan susah payah kudapatkan hari ini. Aku tahu, pengumumannya sudah keluar dan kami kalah. Agak berat untuk diterima, tapi, sama seperti apa kukatakan sebelumnya... aku tidak peduli. Aku sudah berusaha dan tetap akan berusaha lebih keras lagi. Bagaimanapun juga, aku akan mencari cara agar kita berdua dapat keluar dari jeratan Madam Devil. Aku tahu, perjuanganku masih sangat panjang. Tapi saat ini, ada hal penting yang harus kulakukan. Dan aku tidak mau menundanya lebih lama. Ok, Steven! Sekarang, kamu tinggal mengatakannya. Sandra Bayu Hutama, maukah engkau menikah denganku? Mudah bukan? Tapi...tunggu! Apa cukup jika hanya denga kata-kata seperti itu saja? Apa aku harus menambahkan sedikit kata-kata yang lebih poetic agar peristiwa ini lebih berkesan? Sandra, o sayangku...? Hiiiii, kenapa itu terdengar menjijikan, kurang manly, dan... oh Shit!! Komohon, otak... jangan malas! Ayo bantu aku! Apa yang harus kukatakan padanya?
"Andrea, gue udah nungguin lo dari tadi, eh.., baru nongol sekarang," kata Pak Mamat divisi ME di rumah sakit ini. "Sorry Pak, tadi pagi bu Novi sudah ngabarin, cuma saya aja yang kelupaan," jawab Andrea sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda permintaan maaf. "Ya udah, nih, barang lo udah gue benerin. Cek dulu aja!" kata Pak Mamat sambil memberikan sebuah raket listrik alat penangkap nyamuk pada Andrea. Andrea segera mencari nyamuk kecil yang sudah sejak tadi berdenging di telinganya. Diayunkannya raket itu dan dengan seketika, suara keras dan kilatan listrik muncul dari alat tersebut. "TEK!" bunyi keras muncul ketika alat itu mengenai seekor serangga. "Tuh, udah bagus kan? Gue bilang juga apa," kata Pak Mamat begitu melihat alat itu sudah kembali berfungsi dengan baik. "Makasih Pak. Ng..., saya harus bayar berapa untuk biaya perbaikannya?" tanya Andrea. "Ah, Ga usah, raket lo sih masih bagus, cuma baterenya aja yang melendung. Pas kemaren ada tetangga yang raket nya
Baru satu jam ia resmi bekerja dengan Daniel, Andrea mulai menyesali keputusannya. Baru saja ia memberikan surat pengunduran diri pada Bu Novi, Daniel sudah menyeretnya pergi tanpa memberikannya waktu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekan lainnya. Andrea masih tidak enak hati melihat kegundahan di hati bu Novi, sepertinya perempuan malang itu akan menerima banyak komplain hari ini karena pengunduran diri Andrea yang serba tiba-tiba. Untung saja, foto bersama Daniel Leo, cukup dapat menghibur hati Bu Novi di hari buruknya ini.Dan sialnya, bagi Andrea, kejadian buruk di hari ini masih akan terus berlangsung. Melihat Daniel berjalan keluar rumah sakit, beberapa fans dan wartawan sudah menunggunya di koridor luar rumah sakit."Daniel!!!" teriak mereka memanggil nama idola mereka.Melihat kerumunan banyak orang, Andrea merasa begitu tidak nyaman. Ia ingat terakhir kali ia betemu dengan fans-fans Daniel, kejadian yang berakhir dengan perundungan menyebalkan. Setelah beberapa
" dalam kepalaku, aku tidak akan pernah membuatnya menghentikan langkahku. Tidak hari ini, tidak juga nanti. "Selamat sore, hadirin yang terhormat, salam sejahtera bagi kita semua," salamku untuk memulai presentasi hari ini. "Sttt... ga salah ya? Speaker personnya Ruanna masih muda banget!" "Iya, padahal aku berharap Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi hari ini. Aku sudah menunggu penampilannya." "Yah, padahal kukira Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi mewakili bironya. Tahunya orang lain. Aneh, mengapa mereka mempercayakan presentasi penting seperti ini pada anak kecil itu? " "Atau mungkin mereka sudah pasrah... Tapi masa sih? Sekelas Anna Gunadi pasrah begitu saja? Tapi, aku ngerti sih, kalau mereka takut dengan Architext." Aku mendengar banyak bisikan ketika mereka melihatku berdiri di tengah panggung. Aku tidak tersinggung. Benar-benar tidak tersinggung. Hahaha... memang tidak perlu tersinggung jika mereka memanggilku dengan sebutan anak kecil atau anak baru. Toh, a
Dug... dug... Dug... dug... Dug... dug... "Waaaa... plok...plok… plok..." Dug... dug... Dug... dug... , ok? Setelah membereskan ruangan ini dan membangunkan 'kucing' malas itu," katanya sambil memandang Cat. "Ok!" kataku sambil berjalan keluar mengikuti panitia. "Hei Sandra, break a leg!" sahut Steven sebelum aku meninggalkan ruangan. Hahaha, Sialan... apa dia berharap aku naik panggung untuk menyanyi atau menari balet? Dia tidak perlu mengucapkan mantra sukses pemeran broadway sebelum mereka tampil. Tapi untuk humornya yang super random dan menghibur, kuucapkan sedikit terima kasih. Sedikit saja... ga banyak-banyak. Aku berjalan menuju ke belakang panggung. Yang ternyata hanya berjarak sekitar 10 meter dari ruangan kami bekerja. Tidak jauh, dan kuharap, Steven bisa langsung menyusulku kemari jika aku membutuhkan bantuannya. "t right now!"