Share

Bab 4 TAMU UNTUK SELENA

Tidak ada yang senang jika harus berbicara dengan Dimitri, bagi Sonia dan Raymond orang itu tidak pernah bisa diajak bicara baik-baik. Tetapi bagi Selena, Dimitri adalah cinta pertamanya. Sejak kecil mereka berdua cukup akrab, terutama pada pertemuan-pertemuan bisnis kedua orang tuanya.

Walaupun Selena sempat berpacaran dengan banyak pria lain. Akan tetapi, semenjak kuliah di Amerika, Dimitri bukan hanya kakak kelas yang baik, tapi juga sahabat curahan hati Selena. Itulah mengapa ketika Dimitri mintanya untuk menjadi kekasihnya, tanpa berpikir panjang, Selena segera menerimanya.

Selena sudah terbiasa mendampingi Dimitri, ia tahu bahwa terkadang kekasihnya bukanlah pria yang sempurna. Selena juga tahu, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaiki watak temperamental kekasihnya itu. Selena hanya bisa membantu sebisa yang dia mampu, untuk menutupi dan memperbaiki kesalahan Dimitri dari belakang. Dan itu akan selalu dilakukannya, termasuk hari ini.

Setelah rapat selesai, Selena segera berlari untuk menyusul Raymond dan meminta maaf atas keributan yang terjadi di ruang rapat.

"Ray..."

"Ray!" teriak Selena untuk mendapat perhatian Raymond.

Langkah seorang pria pecinta alam memang begitu panjang, sebentar saja berjalan, dia sudah jauh pergi meninggalkan ruang rapat. Selena harus berjalan sedikit lebih cepat hanya untuk mengejarnya.

"Ray!" teriak Selena sekali lagi.

Raymond segera menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Selena segera berjalan mendekati hingga jarak antara keduanya semakin dekat.

"Selena, kamu ga apa-apa? Wajah kamu masih tampak pucat," tanya Raymond melihat Selena yang mengejarnya.

"Oh ga apa-apa kok, jangan khawatir."

"Mau kuambilkan minum?" tanya Raymond.

"Oh, tidak, tidak, terima kasih."

"Kalau begitu, apa yang bisa kubantu?

"Aku cuma mau bilang maaf," jawab Selena.

"Maaf untuk?"

"Dimitri."

"Hahaha," Raymond tertawa kecil ketika mendengar ucapan Selena. "Tidak apa-apa, Selena. Kamu tidak perlu meminta maaf untuk dia. Lagipula Pak Dimitri sudah dewasa, dia bisa berbicara untuk dirinya sendiri, jadi kamu tidak perlu repot. Lagipula, dalam kejadian tadi, saya juga salah karena datang terlambat. Jadi keributan tadi bukan salahmu," jawab Raymond.

"Bukan hanya itu sih, terkadang aku merasa tidak enak karena Dimitri seperti menjadikan program lain selain News tidak penting. Apalagi terkadang perkataannya cukup kasar, menusuk hati."

"Sudah biasa, tidak masalah kok. Dari awal program kami memang hanya dirancang untuk mendukung IO News, jadi ya begitulah. Team kami memang harus berusaha ekstra keras untuk keberlangsungan program kami, dari dahulu juga begitu, dan kami bisa bertahan. Jadi kamu ga perlu khawatir."

"Terima kasih, Ray. Atas pengertiannya."

"Oh ya, saya baru dengar kabar tentang Ayahmu. Turut berduka cita atas meninggalnya Pak Poetra, semoga beliau tenang di alam sana."

"Terima kasih, a..."

Kata-kata Selena berhenti setelah matanya melihat sesosok wanita cukup berumur yang sedang duduk di sofa tepat dihadapannya. Wanita dengan rambut abu-abu pendek sebahu, serta pakaian yang sangat sederhana.

Secara tidak sadar kaki Selena melangkah  melewati Raymond dan mendekati perempuan tua itu. Dan ketika wanita itu berbalik, keringat dingin mengucur di dahi Selena dan tangannya tidak berhenti bergetar seperti seseorang yang baru saja melihat hantu.

"Selena...," panggil wanita itu dengan suara yang pelan dan sedikit serak.

Wajah Selena semakin memucat, matanya berkaca-kaca dan sebelum Selena mempermalukan dirinya sendiri di hadapan banyak orang, ia mengusap air matanyanya dan segera berlari meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan wanita tua itu yang hanya bisa terdiam dan mematung melihat kepergian Selena.

"Apa yang terjadi?"pikir Raymond yang kebingungan. Dengan segudang pertanyaan di kepalanya, Raymond memberanikan diri untuk menghapiri wanita tua itu.

"Selamat siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Raymond sambil menganggukan kepala.

"O, tidak, tidak , terima kasih," jawab wanita itu sambil mengusap air matanya.

Raymond segera menghampiri meja reseptionist dan meminta tissue pada salah seorang pegawai yang sedang bertugas.

"Mari bu, duduk dulu," ujar Raymond sambil menyodorkan tissue.

"Terima kasih."

"Kalau boleh tahu, Ibu datang untuk mencari siapa? Biar saya bantu ," tanya Raymond.

Ibu itu masih terdiam seribu bahasa. Hingga mau tidak mau, Raymond harus menunggunya menenangkan diri terlebih dahulu.

"Baiklah, Bu. Nama saya Ray, biasa orang di sini panggil saya Ray Rimba. Jika ibu ada perlu sesuatu, ibu bisa mencari saya. Ibu bisa minta tolong receptionist untuk menghubungi saya. Tapi sekarang, sepertinya ibu butuh waktu untuk sendiri, jadi saya tidak akan mengganggu, saya permisi dulu," kata Raymond sambil tersenyum.

Akan tetapi, sebelum Raymond beranjak lebih jauh. Ibu tersebut mulai kembali membuka mulutnya.

"Maaf, saya tidak akan lama di sini. Kalau boleh, tolong sampaikan pesan saya pada Selena. Tolong sampaikan, kalau saya akan tetap datang kemari, sampai dia bersedia menemui saya. Itu saja."

"Baiklah, akan saya sampaikan," jawab Raymond menggangguk.

Tidak lama kemudian wanita itu segera berdiri dan pergi meninggalkan gedung In One TV. Juga meninggalkan banyak tanda tanya di kepala Raymond.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status