Share

Bab 5 KEPINGAN MASA LALU

Selena segera berlari. Ia tidak ingin semua orang melihatnya dalam kondisi seperti ini. Lemah, pucat, dan berlumuran air mata. Hanya ada satu tempat di gedung ini yang hampir tidak pernah dikunjungi orang, lantai yang paling nyaman untuk berpikir, yaitu lantai atap, rooftop. Biasanya Selena hanya kemari jika ia membutuhkan udara segar, dan hanya sekedar melihat matahari sore. Tetapi matahari sore ini bukan yang paling indah dalam hidup Selena. Karena betapa terangnya cahaya orange matahari bersinar, hatinya tidak sanggup menyembunyikan perasaan sedihnya, dadanya terasa sesak dan air matanya mengalir deras.

Bagaimana mungkin Selena bisa melupakan wajah perempuan itu? Perempuan yang melahirkannya dan juga meninggalkannya dengan menorehkan begitu banyak luka. Mengapa baru sekarang mama mencarinya? Selama 24 tahun hidupnya, mama tidak pernah sekalipun menemuinya. Mengapa harus sekarang?

Ketika Selena berumur 3 tahun, mama membawa Selena pergi dari rumah dan ketika Papa datang menjemput, Selena tidak pernah lagi melihat sosok Mama dalam hidupnya. Mama tidak pernah kembali ke rumah, bahkan hanya sekedar untuk menemuinya. Selena ingat bertapa duka mendalam ketika melihat teman-teman seusianya dijemput ibunya sepulang sekolah. Betapa iri hatinya.

Tetapi yang sungguh membuatnya bersedih adalah ketika Selena melihat Papa selalu menangis setiap malam sambil memeluk foto mama. Walaupun di hadapannya, Papa tidak pernah menunjukkan kesedihannya, tetapi kesunyian malam tidak dapat menyembunyikan setiap luka dan tangisan yang tersembunyi di dalam lubuk hati.

"Selena, Mama pergi dan Papa tidak tahu kapan dia kembali. Tapi Papa janji, Papa tidak akan pernah tinggalkan kamu. Jadi, jangan sedih,Nak. Kamu punya Papa, dan kita akan baik-baik saja," kata-kata Papa yang selalu Selena ingat ketika hal-hal buruk terjadi padanya.

"Kamu punya papa, kita akan baik-baik saja."

Sekarang kata-kata itu terdengar seperti lelucon bagi Selena, karena sekarang Papa pun sudah pergi meninggalkannya sendirian. Selena tidak yakin kalau dia akan baik-baik saja tanpa kehadiran Papa.

"Hai," sapa Raymond dari belakang Selena.

Selena segera menghapus air matanya.

"Hai, Ray. Ada perlu apa ke sini?" tanya Selena.

"Mau nambahin air. Tanaman hydroponik saya banyak yang mati kehabisan air," kata Raymond sambil menunjuk box sayur hidroponiknya di salah satu sudut atap.

"Karena kemarin ditinggalkan cukup lama, jadi air di tampungan habis dan banyak yang kering. Sesungguhnya tadi telat datang rapat karena ini sih. Keasyikan beresin ini sampai lupa waktu."

"Oh, sorry saya lupa,  kamu emang suka di menghabiskan waktu di sini. Mamang kamu nanem sayur apa?" jawab Selena

"Selada, sawi, ya hanya itu sih. Nanti kalau panen berikutnya, saya bagi kamu."

Selena tersenyum tanda terima kasih.

"Ngomong-ngomong, ibu yang tadi ada di lobby titip pesan buat kamu," kata Raymond melanjutkan percakapan mereka.

"Beliau itu bilang kalau dia akan tetap datang, sampai kamu bersedia menemuinya, jadi....."

Selena hanya terdiam mendengar ucapan Raymond. Dia tidak mengeluarkan reaksi apapun, dan tampak seperti mayat hidup.

"Selena?" tanya Raymond yang melihat tatapan Selena yang kosong.

"Oh, maaf-maaf, tadi sampai mana?" tanya Selena kebingungan.

"Selena, sepertinya kamu butuh waktu sendiri. Saya tidak akan mengganggu kamu di sini, kalau begitu saya permisi dulu," jawab Raymond segera berjalan meninggalkan Selena seorang diri.

Raymond tidak tahu apa masalah Selena dengan perempuan itu. Tetapi ia tahu kalau sebaiknya ia membiarkan Selena sendiri untuk saat ini.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak ketika Selena sangat membutuhkannya. Kenapa baru sekarang?" pikir Selena penuh rasa marah.

Selena sangat merindukan ibunya. Bahkan 10 tahun lalu, ia sempat menyewa salah seorang penyidik profesional untuk mencari keberadaan ibunya. Dan Selena ingat betapa dirinya bersukacita ketika pencariannya tersebut membuahkan hasil.

10 tahun lalu, Selena berangkat sendiri ke Bandung untuk menemui ibunya. Penyidik profesional yang di sewanya menunjukkan foto ibunya di suatu alamat di Bandung. Selama perjalan kereta, tangannya selalu menggenggam undangan sweet seventeennya. Undangan yang akan diberikan kepada mama untuk datang di salah satu acara terpenting dalam hidupnya.

Selama perjalanan, Selena sudah merangkai kata-kata untuk diucapkan di depan Mama. Kata-kata dari seorang anak yang sudah lama merindukan ibunya. Kata-kata untuk mengungkapkan bahwa ia sudah memaafkan ibunya, dan siap untuk membujuknya pulang, kembali bersama Papa dan menjadi keluarga utuh dan bahagia kembali.

Tetapi kenyataan tidaklah semudah yang diimpikan. Betapa hancurnya hati Selena ketika ia melihat ibunya mencium pipi pria lain di pekarangan rumahnya. Perutnya yang sudah membesar menandakan ibunya sedang mengandung buah cintanya dengan lelaki tersebut. Maka sebelum mama sempat melihatnya kehadirannya, Selena segera berlari meninggalkan tempat itu.

Bagaimana mungkin Selena bisa melupakan hari itu? Hujan lebat yang mengguyurnya tidak terasa menyakitkan seperti pemandangan yang baru saja dilihatnya. Tetapi di hari yang penuh luka itu, Selena menemukan jawaban atas teka teki hidupnya.

"Jadi selama ini mama meninggalkan aku dan papa, hanya untuk hidup bersama pria lain."

Sejak saat itu, Selena berjanji dalam hatinya. Apapun yang terjadi, ia tidak akan pernah menemui mama lagi. Dan sampai saat ini pun, Selena masih mengingat janji yang diucapkannya 10 tahun yang lalu. Selena tidak sudi untuk menemui ibunya lagi selamanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status