Share

Bab 6 PUTUS

Hari-hari telah berlalu, sejak Mama mencari Selena setelah sekian lama menghilang. Dan kini segalanya sudah berjalan seperti hari-hari normal bagi Selena. Wanita yang selalu mencarinya, masih datang sesekali waktu. Akan tetapi bukan Selena jika tidak pandai menghindar. Dengan bantuan Dimitri, kini pihak keamanan tidak akan pernah membiarkan wanita itu masuk ke dalam gedung, walau hanya sekedar menunggu di dalam lobby. Akan tetapi, sekeras apapun usaha pengusiran dari security, wanita itu tetap datang meski harus menunggu di luar gedung.

Begitu giginya perempuan itu, hingga membuat Raymond menemani wanita paruh baya itu untuk sekedar mengobrol. Itu juga jika ia sedang berada di Jakarta. Hingga pada suatu hari keluarlah surat larangan untuk seluruh karyawan In One TV untuk berhubungan dengan wanita tersebut. Hanya berbicara, atau memberikan bantuan, akan menerima sanksi yang cukup keras.

"Apa susahnya sih bagi Selena untuk menemui wanita itu? Paling juga tante itu cuma mau ngomong sebentar," tanya Sonia kesal.

"Jangan ikut campur urusan orang," jawab Raymond.

"Ini sudah hampir setahun dan itu tante masih selalu datang. Ya, memang ga setiap minggu sekali, tetapi dalam sebulan dia bisa datang 2 sampai 3 kali. Kalau liat umurnya yang tidak muda lagi, masa Selena ga punya hati untuk menemuinya sebentar aja?" kata Sonia.

"Udah, males ah, dari pada dengerin lo ngegosip, lebih baik gue naik ke atas," jawab Raymond

"Sayur lagi?"

"Ya apalagi? Urusan gue di atas ya cuma sayur," jawab Raymond.

"Udah malem, Mon. Mending lo anter gue pulang, nanti gue traktir makan malem deh,"ajak Sonia sambil memegang tangan Raymond.

"Sayur gue di atas ga ada yang ngurus selama gue di hutan. Kalau airnya habis, bisa gagal panen," jawab Raymond.

"Lu sih repot-repot piara sayur di rooftop, terus hasilnya dibagi-bagi pula ke orang-orang kantor," kata Sonia protes.

"Ya daripada gue melakukan yang ngga-ngga."

"Tapi ini udah malem banget, Mon. Hati-hati angin, ntar lo sakit."

"Iya, cerewet, udah pulang sana," jawab Raymond sambil beranjak pergi.

Kantor In One TV memang mewah, tetapi tidak ada sudut ruang di bangunan itu yang membuat Raymond betah, kecuali di lantai atap. Sepi, tidak banyak orang, hanya sesekali pegawai yang melakukan perawatan gedung dan memperbaiki instalasi pemancar. Tanaman sayur hanyalah alasannya agar Raymond dapat menghabiskan waktu berjam-jam di atap. Dan seperti biasa, jika Dimitri tahu, maka habislah riwayat Raymond beserta dengan seluruh sayur-sayurnya. Apalagi jika bos kecil tahu, Raymond menggunakan air dari tanki atap untuk mengairi ladang kecilnya, sudah pasti terjadi keributan. Untungnya, karena seluruh karyawan menikmati hasil sayuran Raymond secara gratis, maka mereka ikut membantu menyembunyikan kegiatan Raymond tersebut.

"Hei, hijau-hijau...maaf ya uda seminggu ga ke sini. Ini Gue isiin lagi, air nutrisi supaya kalian seneng," kata Raymond menyapa peliharaannya sambil mengambil gayung dan ember berisi tampungan air.

Setelah mengurusi semua tanamannya, menambah air dan nutrisi, Raymond duduk sebentar menikmati malam. Walaupun ia benci dengan kota Jakarta dan segudang polusinya, tetapi jika diperhatikan, pemandangan lampu gedung perkantoran di tengah malam tidak tampak terlalu buruk. Walaupun bagi orang seperti Raymond pemandangan bulan dan bintang di pantai atau hutan terlihat jauh lebih indah.

"Ternyata kota ini masih sibuk sampai tengah malam, menyedihkan. Ayo pulang-pulang, sudah waktunya untuk istirahat," ujar Raymond sambil bersiap-siap untuk turun ke bawah.

Ketika langkanya hampir mendekati pintu, tiba-tiba Raymond melihat 2 sosok orang yang baru saja naik ke lantai atas.

"Dim, sakit...., Emang mau ngomong apa? Sampai harus ke sini?" kata suara perempuan yang terdengar seperti suara Selena.

"Selena, I can't stand it anymore. Kamu selalu ikut campur di semua urusan aku," jawab Dimitri dengan nada tinggi.

"You asked me to help you, in that case, bukannya kamu yang minta tolong aku buat beresin semua urusan itu?" tanya Selena heran.

"But..., but...., not like this. Papa tau semuanya, papa tau kalau kamu yang ngatur semuanya. Ga ada orang yang tahu urusan itu, selain kamu, Selena. So now tell me the truth, kamu bilang kan ke papa, kamu pasti ngadu kalau aku minta tolong kamu," kata Dimitri sambil merengut kerah baju Selena hingga hampir melukai lehernya.

"Dim, sakit..." teriak Selena.

"Mulai sekarang, jangan sekali-kali kamu ngadu-ngadu sama Papa mengenai kerjaan aku, aku ga suka!"

"Tapi, aku ga ngomong apa-apa sama Om Elio. Beneran, Dim."

"BOHONG KAMU!," teriak Dimitri sambil bersiap melayangkan telapak tangannya.

"Maaf...," sela Raymond sambil menangkap tangan Dimitri dari belakang.

Selena keget ketika mengetahui jika ada seseorang yang berada di atap dan menyaksikan pertengkarannya dengan Dimitri.

"Saya tidak akan ikut campur urusan Bapak, tapi jika sudah berkaitan dengan kekerasan, saya tidak bisa tinggal diam," jawab Raymond.

"Eh,Kuli, kamu pikir kamu ini siapa? Kamu harus sadar, kalau bukan karena bokab, kamu pasti uda busuk di jalanan!" bentak Dimitri.

"Dim cukup," sela Selena.

"Oh, jadi kamu lebih belain dia...? Selama ini aku yang selalu bantuin kamu, dan aku ga terima kamu belain kuli comberan ini...? Ok Selena, I'm done, mulai hari ini kita PUTUS!"

Dimitri segera berjalan meninggalkan lantai rooftop dan bergegas berjalan menuruni tangga.

"Dimitri...., tunggu Dim... !" teriak Selena sambil berusaha mengejar Dimitri.

Dengan refleks tangan Raymond segera mengambil lengan Selena, untuk mencegah kejadian yang lebih buruk terjadi.

"Biarkan dia mendinginkan kepalanya dahulu," kata Raymond.

Selena segera melepaskan genggaman tangan Raymond." Jangan ikut campur," jawab Selena segera melangkahkan kaki, berlari untuk mengejar Dimitri ke bawah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status