Home / Fantasi / PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN / BAB 5 " GEJOLAK DI SEKTE LANGIT ABADI

Share

BAB 5 " GEJOLAK DI SEKTE LANGIT ABADI

Author: Adi Rasman
last update Last Updated: 2025-06-11 23:39:41

Langit sore mulai memudar, digantikan kabut tipis yang turun perlahan dari puncak-puncak batu Sekte Langit Abadi. Gunung utama sekte menjulang agung seperti tombak surgawi, menusuk langit jingga yang mulai digelayuti bayangan malam. Burung-burung roh terbang berputar-putar, seolah membawa firasat akan sesuatu yang ganjil.

Namun hari itu, tidak ada ketenangan seperti biasanya. Udara terasa berat. Para murid berjalan dengan kepala tertunduk, membisikkan sesuatu yang telah menyebar lebih cepat daripada angin malam.

> "Kau dengar? Wang Xuan kembali..."

> "Yang diusir itu? Tapi... bukankah dia sudah dibuang ke wilayah utara tiga bulan lalu?"

> "Kabar itu benar! Dia datang dari jalur timur dan langsung melewati gerbang luar. Dua penjaga pingsan hanya karena tekanan qi-nya!"

> "Apa dia sudah mendapatkan warisan iblis?"

Setiap sudut sekte dipenuhi bisik-bisik, namun tidak satu pun berani menyebut namanya dengan suara keras. Sebab nama itu... telah berubah menjadi simbol sesuatu yang tidak dapat dijelaskan—takdir yang menolak tunduk.

Di aula tetua, pertemuan darurat sedang berlangsung. Empat orang duduk membentuk setengah lingkaran, masing-masing mengenakan jubah panjang dengan simbol naga surgawi berwarna keemasan di dada.

Patriark Bai Heng, pria paruh baya dengan jenggot putih rapi, menatap kosong ke depan. Di hadapannya, laporan mengenai kembalinya Wang Xuan terbuka di atas meja giok.

> “Apa yang kalian semua lihat bukan hanya seorang murid buangan kembali,” ucapnya pelan, “tetapi gejolak yang bahkan langit tidak bisa abaikan.”

Tetua Mo Jian, yang paling keras menolak Wang Xuan sejak dulu, berdiri sambil mengepalkan tangan.

> “Apa kita akan membiarkan dia kembali begitu saja? Kita telah mencabut statusnya, menghapus namanya dari catatan murid! Ini... penghinaan terhadap aturan sekte!”

Tetua Lan Yue, satu-satunya perempuan dalam jajaran empat tetua utama, menggeleng perlahan.

> “Jika kau melihat wajahnya saat kembali, kau tidak akan mengucapkan kata-kata itu, Mo Jian. Aura-nya... seperti jurang. Bukan aura kultivator biasa. Bahkan Tetua Langit Ketiga yang sudah berada di tahap Nascent Soul merasakan tekanan.”

> “Itu tak mungkin!” Mo Jian menolak mentah-mentah. “Dia hanya tahap Qi Dasar ketika dibuang. Tak ada jalur kultivasi yang bisa melonjak secepat itu... kecuali...”

> “Kecuali dia takdir yang ditolak langit,” gumam Patriark Bai Heng.

Ruangan sunyi.

---

Sementara itu, di puncak gunung belakang sekte, di mana murid-murid baru biasa menjalani ujian pertama, seorang pemuda berdiri sendirian di tepi tebing.

Wang Xuan.

Jubahnya sudah berubah, tidak lagi compang-camping seperti ketika baru kembali. Ia mengenakan pakaian hitam polos tanpa lambang sekte. Tidak mewakili siapa pun, tidak berada di bawah perlindungan apa pun.

Ia memandangi lembah di bawahnya—tempat di mana dulu ia mencuci alat-alat tetua, menjadi bahan ejekan para murid, dan disuruh-suruh tanpa perlawanan. Tempat itu kini terasa asing… seolah dunia lama sudah mati, dan hanya dia yang tersisa dari reruntuhan.

> “Mereka takut,” ucap Wang Xuan pelan.

“Bukan karena kekuatanku… tapi karena mereka tahu aku kembali bukan sebagai murid.”

> “Tapi sebagai saksi... bahwa sistem mereka telah gagal.”

Ia duduk bersila. Mengambil napas perlahan. Saat ia memejamkan mata, suara seperti desir angin muncul dari dalam dirinya. Bukan dari teknik yang ia pelajari dari sekte ini—melainkan dari warisan misterius yang terkunci dalam jiwanya sejak ia terbangun dari pengusiran itu.

Kitab Langit yang Tertindas.

Itu bukan nama teknik. Itu nama perasaan. Nama dari kehendak yang bangkit dari kehinaan.

> “Kau yang telah dilupakan langit… bangkitlah…

Kau yang dijatuhi takdir… hancurkan jalannya…”

Tulisan-tulisan emas melayang di dalam kesadarannya. Setiap karakter seperti mengandung hukum dunia yang belum ditulis. Ia tidak hanya membaca teknik. Ia menyerap kemarahan dunia yang dikhianati.

Dan perlahan, pusaran qi hitam dan emas muncul di sekeliling tubuhnya, membentuk lingkaran konsentrasi spiritual yang belum pernah terjadi di puncak itu.

Dari kejauhan, beberapa tetua mengawasi dari balik formasi rahasia.

> “Apa itu... teknik iblis?”

> “Bukan. Ini... lebih purba dari teknik apapun yang kita tahu.”

> “Tapi dia bahkan belum memiliki posisi dalam sekte. Bagaimana jika ini menyesatkan murid-murid?”

Patriark Bai Heng menghela napas.

> “Itulah yang menakutkan. Sekte ini menolaknya… tapi dunia mengenalinya.”

---

Di markas murid inti, keributan terjadi.

Zhao Rui, murid nomor satu yang pernah menghina Wang Xuan secara terbuka di depan balairung utama, kini menggertakkan giginya saat mendengar kabar bahwa Wang Xuan telah mengaktifkan qi spiritual tanpa bantuan formasi manapun.

> “Mustahil... mustahil! Dia hanya cacing!”

Seorang pengikut di sampingnya berbisik.

> “Tapi bahkan Batu Ujian di pelataran pecah saat dia mendekat. Itu belum pernah terjadi…”

Zhao Rui menghempaskan cangkir tehnya, berdiri dengan mata merah.

> “Kalau begitu, kita akan pastikan dia tetap menjadi cacing. Aku akan tantang dia besok... di arena!”

---

Namun saat malam turun sepenuhnya, dan sekte diliputi cahaya lentera qi yang bergoyang tenang di udara… tidak ada yang benar-benar bisa tidur.

Sekte Langit Abadi tidak lagi tenang.

Dan semuanya bermula… dari satu nama yang mereka singkirkan.

Wang Xuan.

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 28 Ancaman yang Menembus Dimensi

    Lembah yang hancur perlahan mulai menenangkan diri, namun ketenangan itu hanyalah sementara. Udara masih pekat, debu beterbangan, dan getaran energi yang menekuk hukum ruang terasa seperti ancaman yang terus mengintai setiap napas. Para kultivator dari tiga sekte besar berdiri dengan kewaspadaan tinggi, beberapa masih berjuang untuk mengendalikan Qi mereka, sementara tetua-tetua menatap langit dengan cemas. Celah dimensi di langit semakin melebar, memancarkan cahaya merah-perak yang menakutkan. Makhluk-makhluk luar dunia yang baru muncul lebih cepat, lebih besar, dan lebih kompleks daripada sebelumnya. Bentuk mereka semakin aneh: bayangan raksasa yang bisa menembus ruang, makhluk elemental yang memutar hukum realitas, bahkan entitas yang tampak seperti kabut hidup yang bergerak tanpa wujud pasti. Gelombang energi mereka menekan lembah hingga hampir runtuh, menciptaka

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 27 Ancaman Dimensi Lain

    Lembah yang dulu menjadi medan kehancuran kini tampak hening, namun ketenangan itu menipu. Angin membawa aroma besi, debu beterbangan, dan udara terasa pekat dengan tekanan energi yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Para kultivator tiga sekte menatap langit retak dengan waspada, sadar bahwa pertempuran baru akan segera dimulai. Dari celah langit yang tertutup sebagian, muncul fenomena aneh—bayangan dimensi lain yang bergerak seperti kabut pekat. Energi yang merembes dari celah itu berbeda dari makhluk Alam Void sebelumnya; ia lebih kompleks, lebih mengerikan, dan mampu menekuk hukum ruang. Setiap detik yang berlalu membawa gelombang tekanan yang membuat para kultivator sulit bernapas. Wang Xuan berdiri di tengah lembah, tubuhnya bersinar keemasan bercampur garis hitam dari Ranah Takdir yang Ter

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 26 Kebangkitan Takdir Dan Tekanan Dunia Luar

    Lembah yang retak kini menjadi medan kekuatan yang tidak bisa lagi disebut dunia fana. Batu-batu raksasa beterbangan, sungai danau hitam menggelegak, dan udara dipenuhi gelombang energi yang memekakkan telinga. Para murid dari tiga sekte besar terseret gelombang kehancuran, beberapa jatuh tak sadarkan diri, sementara para tetua tetap bertahan dengan seluruh Qi mereka. Di tengah kehancuran itu, Wang Xuan berdiri dengan tubuh memancarkan cahaya keemasan bercampur garis hitam dari Ranah Takdir yang Tertolak. Energi yang mengalir dari dirinya menstabilkan sebagian lembah, namun tekanan dari dunia luar semakin terasa. Retakan langit semakin besar, memancarkan cahaya merah-perak, dan dari dalam celah muncul makhluk luar dunia tingkat tinggi, tubuh mereka menjulang lebih besar dari gunung, aura kehancurannya menekan seluruh benua. Wan

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 25 Pertarungan di Ambang Dunia

    Retakan di langit timur kini semakin membesar, menganga seperti mulut iblis yang siap menelan dunia fana. Cahaya merah keunguan menyelimuti pegunungan dan lembah, memantul di sungai danau hitam seperti darah yang tumpah tanpa henti. Angin membawa aroma besi dan energi spiritual yang tercampur dengan kehancuran; udara terasa berat, bahkan bagi kultivator tingkat tinggi. Di lembah itu, tiga sekte besar berdiri berjajar. Para Patriark dan tetua tertinggi mengerahkan seluruh Qi mereka, membentuk benteng energi yang menyelimuti ribuan murid. Namun dari retakan langit, makhluk-makhluk Alam Void muncul dengan kecepatan dan jumlah yang terus meningkat. Tubuh mereka berputar seperti kabut hitam pekat, tapi setiap gerakan meninggalkan luka di tanah dan udara. “Formasi Seribu Pedang! Lindungi pusat lembah!” teriak Patriark Han Lie, pedangnya berpendar ca

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 24 Bayangan yang Turun Dari Langit Retak

    Langit retak bukan lagi sekadar fenomena spiritual. Kini retakan itu tumbuh — meluas seperti luka di tubuh langit, memancarkan cahaya merah keunguan yang menyelimuti seluruh timur benua. Burung-burung spiritual jatuh dari udara, naga-naga kecil yang menjaga lembah melarikan diri ke arah pegunungan, dan air sungai mulai memantulkan bayangan yang bukan milik dunia ini. Di puncak Menara Jingkong, markas tertinggi Aliansi Tujuh Sekte, para tetua dan penguasa sekte berkumpul. Wajah mereka serius, mata mereka memantulkan cahaya retakan langit di kejauhan. Tak ada satu pun yang berani bicara terlebih dahulu. Di tengah ruangan besar itu, Patriark Sekte Surya Abadi, pria tua berambut putih panjang dengan jubah berwarna emas, membuka suara. “Langit runtuh, bumi bergetar, dan kekuatan spiritual mulai menolak manusia. Ini bukan bencana biasa.”

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 23 Darah di Langit Timur, Bayangan Dari Alam Lain

    Langit Timur terbakar merah seperti luka yang menganga. Awan-awan spiritual yang biasanya tenang kini berputar liar, membentuk pusaran seperti mata iblis yang mengintai dari balik dimensi. Suara petir tidak lagi murni dari langit — ada gema asing di dalamnya, sesuatu yang tidak seharusnya ada di dunia ini. Di lembah suci milik Sekte Gunung Langit, para murid berlarian membawa gulungan pelindung, mencoba menstabilkan formasi pertahanan. Tanah bergetar di bawah kaki mereka; akar-akar pohon tua mencuat dari bumi, seperti tangan yang ingin meraih langit. “Energi spiritual kacau! Alam spiritual di timur benar-benar runtuh!” teriak salah satu Penjaga Formasi. Di atas menara batu, Elder Mo Tian, salah satu tetua tertinggi sekte, berdiri dengan wajah kelam. Aura Inti Roh miliknya meluap, namun setiap kali ia mencoba menenangkan badai spiritual, ada kekuatan asing yang menolak — kekuatan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status