Share

PENJELAJAH WAKTU DAN JEO
PENJELAJAH WAKTU DAN JEO
Penulis: AyyaLatte

BAB 1

“AaaAaaaaa.” Suara erangan Bora menarik perhatian. Beberapa orang yang lewat menatap aneh. Posisi duduk miring dengan kepala yang bersender pada kayu ulin tua, mata sayu dihiasi kehitaman di bagian bawahnya, rambut acak-acakan serta gaun selutut kumuh dan celana panjang kecokelatan longgar yang dipadu dengan sepatu jerami butut. Bora pasrah, badannya remuk sehabis mengantarkan lima puluh roti ke perumahan sebelah dengan berjalan kaki. Dia mengangkat tangan saja tidak bisa, saking lelahnya. Badannya seperti masuk ke dalam papan kayu yang sebenarnya sudah agak jabuk tersebut.

Ini adalah tahun 1845, dimana kata modern belum ditemukan. Seratus tahun lebih sebelum semua alat canggih terlihat. Tidak ada smartphone, tidak ada internet, tidak ada sandwich dan lebih parah lagi tidak ada es krim!

Kim Bora meneguk liurnya sambil mengecap bibir saat melihat cerobong asap yang mirip es krim. Perkiraan suhu hari ini mencapai hampir empat puluh derajat, peluh menetes tanpa henti. Bora mengabaikan, dia menoleh ke samping. Dilihatnya orang-orang yang lalu lalang, berpakaian sangat rapi, memakai payung, berjalan dengan wajah santai tanpa memperdulikan cuaca yang sepanas neraka ini. Hanya Bora yang sudah terbiasa duduk di ruangan dingin merasakan stress luar biasa sampai kepalanya membayangkan hal-hal aneh.

Dia bukan datang dari abad ini. Seminggu yang lalu dia adalah gadis modern yang tinggal di apartemen mewah pusat kota Seoul. Bagaimana dia bisa sampai ke sini? Itu juga menjadi misteri karena saat dia membuka mata di malam istimewanya, semua berubah dalam sekejap. Bak mimpi, Bora tiba-tiba sampai di dalam sebuah kamar sempit dengan tubuh yang berbeda.

Padahal dia ingat dengan jelas kalau malam itu tidak ada kejadian aneh apapun. Malam dimana dia sibuk membuat video untuk merayakan akun media sosialnya yang telah meraih lima juta followers. Bora menyiapkan banyak sekali hal, mulai dari kue bertingkat dua yang dibuatnya sendiri, merias kamarnya dengan berbagai pernak pernik serta memakai pakaian mahal demi menunjukkannya kepada para pengikutnya.

Saat itu, dia terlalu sibuk. Tidak sempat memperhatikan apapun, yang ada di pikirannya adalah dia hanya ingin cepat selesai karena lelah luar biasa. Membuat video pendek bahkan butuh lebih dari lima jam pembuatan. Sehabis menyelesaikan kalimat penutup, Bora jatuh tertidur begitu saja di atas meja dengan kamera yang masih menyala. Entah karena udara dingin yang masuk melalui jendela kamar atau karena AC yang lupa diredupkan sebelum memakai baju tanpa lengan. Matanya berat sekali seolah-olah dia tidak sengaja minum obat tidur.

Bora bangkit, dia pergi ke samping rumah dimana suara berisik menganggu telinganya. Phill melirik sebentar saat Bora duduk di atas dipan kayu, lalu memposisikan diri sama seperti tadi. Kepalanya ia biarkan jatuh miring tanpa senderan.

“Kau habis menginjak kotoran? Kenapa wajahmu terlipat begitu?” Phill mengelap pelipis di dahi, ia mengambil satu batang besar kayu lagi. Mengerahkan semua tenaga lalu membelahnya dengan kapak. Yang ditanya tidak menjawab, sibuk memperhatikan tanah dengan wajah yang masih tetap sama.

“Kau habis membuat masalah?”

Bora masih tidak menjawab, mengacuhkan kakak laki-laki dari tubuh barunya. Helaan nafas panjang terdengar. Gadis itu kemudian merebahkan dirinya. Menatap langit biru yang bersih dari awan.

"Aku seperti bicara dengan hantu." Phill memotong kayu berikutnya dengan sekuat tenaga.

Bora menghela nafas lagi. Dia berkedip pelan saat menatap langit. Harusnya hari ini dia pergi ke jalan besar dan menabrakkan diri atau pergi ke danau dekat taman kota dan menceburkan diri. Walau tahu Phill atau ibunya akan mencegahnya melakukan itu untuk yang kesekian kalinya. Bora seminggu terakhir ini melakukan berbagai cara supaya dia bisa kembali. Bermodalkan serial drama dan film, dia melakukan semua tindakan gila. Bahkan dia sempat mengikat tali tambang pada atap kamar sebelum sempat mencobanya karena Phill datang dan menghujaninya dengan ceramah sampai liur pria itu membasahi lantai.

Bora tau bunuh diri bukan cara yang tepat tapi dia juga tidak mau hidup. Jadi dia pikir kalau tubuhnya yang sekarang mati maka dia bisa kembali ke tubuh aslinya di masa depan. Sekilas terpikir mungkin ini yang diidamkan para pejuang hidup, dimana mereka berharap hidup di tubuh orang lain dan lepas pada hidup menyedihkan yang terpaksa dijalani.

"Kau tidak akan ke danau kan?" tanya Phill sambil terengah-engah. Pria itu tidak memakai baju melainkan hanya memakai celana panjang kehitaman yang mirip seperti kuli. Bora berdehem pendek. Kalau dengan energi sekecil kerikil dia tidak akan pergi kemana-mana. Terlalu melelahkan melakukan semua cara-cara gila.

"Tapi apa kau ingat soal rumor kota ini?" Phill agak menaikkan nada suaranya saat menunduk, memilih kayu yang enak untuk dipenggal selanjutnya.

"Tidak ingat." Bora menjawab pendek dengan nada malas-malasan.

"Sreyxer," ucap Phill.

Bora melirik dengan ujung matanya. "Apa itu?" tanyanya setengah tertarik setengah tidak.

"Aku juga tidak tahu pasti. Itu rumor lama."

"Kau gila ya?" Bora kesal mendengar jawaban Phill, bisa-bisanya dia membuat Bora penasaran tapi tidak memiliki jawabannya. Kalau saja ada smartphone, tidak perlu Bora merasa sekesal ini karena tidak tahu tentang sesuatu.

"Oh! Ho! Jaga bicaramu ya! Apa perlu semarah itu?!"

"Manusia mana yang bicara setengah-setengah begitu? Apa kau tidak diajari tata krama hah!?" Bora duduk, wajahnya sudah tidak bisa santai.

"Tata krama? Apa maksudmu bicara begitu!? Lalu sejak kapan kau mau mempertahankan sikap kasarmu itu!" Phill geram, aksi memotong kayunya jadi terhambat.

"Sampai aku menemukan jalan keluar untuk kembali ke MASA DEPAN!!"

Hening. Suara kayuhan sepeda lewat, berdecit nyaring, seperti lama tidak diberi makan oli. Kelamaan didengar malah menyakitkan telinga. Saat hilang di kelokan jalan, suasana kembali hening.

"Aku sudah bilang untuk berhenti bicara tentang masa depan." Phill bicara dengan nada datar. "Aku tau kau ini amnesia tapi para dokter tidak pernah bilang kalau para pasien bisa bicara yang aneh-aneh."

"AKU TIDAK AMNESIA!!!" Bora berteriak sekencang mungkin. Phill bertahan pada kapak pendek sebelum jatuh saking kagetnya. Dia memasang raut paling terkejut, seperti baru pertama kali melihat gajah melahirkan secara langsung. Kedua bola matanya membesar, marah.

Kapak di tangan dilempar begitu saja. Phill mendekat dengan tergesa-gesa. Bora mundur, dia yang tengah sibuk mengatur nafas setelah berteriak merasa ketakutan didekati secara tiba-tiba.

"Kau!" Phill memegang kedua bahu Bora. "Hati-hati kalau bertemu Sreyxer! Dia bahaya! Aku tidak mau kehilanganmu dua kali! Jadi, kumohon. Jadilah seperti adikku! Bertingkahlah seperti adikku! Jangan jadi seperti orang lain!"

Pats! Bora melepas pegangan itu kasar. "Hentikan," gumamnya dengan raut jijik. "Kau tau apa yang lebih menyebalkan dari datang ke masa ini?"

"Bicara apa kau?"

"Ditakdirkan untuk memiliki kakak sepertimu! Aku sudah muak dengan semuanya! Ditambah kau yang membuatku tambah lelah! AKU TIDAK TAHAN!"

"VIOLA!" Ibunya datang dari belakang dengan sapu ijuk. Bora menurunkan bahunya sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia berbalik lalu memilih berlari pergi.

“Hey! Kuharap ingatanmu kembali! Supaya kau tau bagaimana menghormati KAKAKMU! VIOLA!!!” Phill berteriak sekencang mungkin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status