Share

LIMA

Mobil Arka berhenti di samping pagar rumah ketika melihat mobil rolls royce terparkir manis di dalam halaman rumahnya.

Mobil nenek!

Arka segera turun dengan langkah cepat dan tegas, beberapa pengawal yang berjaga dan sopir membungkuk memberi salam.

Arka melirik sekilas lalu masuk ke dalam rumah mewah berlantai tiga. "Nenek." Sapa Arka ketika melihat neneknya duduk di sofa sementara ibunya duduk berlutut di lantai.

"Arka." Senyum nenek Arka. "Kenapa kamu terlambat pulang? Nenek kira kamu kabur, makanya nenek sedikit menghukum ibumu."

Dengan wajah datar, Arka menolong ibunya berdiri dan mendudukkannya di sofa terdekat, berhadapan dengan sang nenek.

Arka berdiri di samping sofa ibunya. "Apa yang nenek inginkan?"

"Nenek hanya kangen dan ingin bertemu dengan kamu, sayang."

"Nenek, cucu nenek bukan hanya aku. Ayah sudah membuang aku dan kakak jadi, kenapa nenek tidak mengenali anak-anak ayah yang lainnya?"

Nenek Arka meletakkan cangkir teh ke tatakan dengan keras. "JANGAN KURANG AJAR KAMU!" bentaknya.

Arka tidak takut dengan gertakan musuh di depannya tapi lebih takut dengan posisi ibunya yang menggigil ketakutan. "Ada perlu apa nenek ke sini setelah sekian lama?"

"Seharusnya kamu bersyukur, nenek datang ke sini untuk memperingatkan kamu tentang ahli waris."

"Masih ada kakak, kenapa harus aku?"

"Kamu belum menikah, nenek akan menjodohkan kamu dengan wanita yang setara jadi-"

"Maaf, aku akan menikah."

"Apa?"

"Aku akan menikah."

Nenek Arka menatap lurus mantan menantunya. "Kenapa kamu tidak bilang sedari awal soal ini?"

"Ibu tidak tahu." Arka melindungi ibunya. "Aku akan menikah dengan wanita biasa saja."

Nenek Arka menatap lurus Arka, menelusuri jejak kebohongan di wajahnya lalu tersenyum. "Berita yang sangat bagus, kenapa kamu tidak mengundangnya ke rumah?"

Ayu dan Arka terkejut, jawaban nenek di luar dugaan mereka berdua.

"Bawa wanita itu ke rumah, kamu seorang pewaris jadi harus bisa belajar di sisi kamu." Nenek berdiri dan mengambil tas mungilnya.

"Bagaimana jika aku menolak?"

"Arka, kamu tidak akan bisa menolak. Ini keputusan para tetua, jika kamu merasa takut kami mengintimidasi istri kamu yang hanya orang biasa- tidak perlu takut, selama kamu menurut pada nenek. Nenek tidak akan menyentuhnya."

Arka menjadi geram, tanpa sadar sudah masuk ke dalam jebakan neneknya.

Ayu menghela napas sedih.

Nenek pergi dari rumah setelah menjatuhkan bom. "Jangan mencoba lari, Arka. Jika menurut kamu Arya pantas menggantikan posisi ayah kalian maka tunjukkan di hadapan kami."

"Arya menikah dengan wanita yang berasal dari keluarga hebat, tidak sesuai dengan posisi calon istriku. Aku akan menunjukkannya ke nenek dan para tetua lain."

Nenek pergi tanpa menjawab.

Setelah memastikan mereka pergi, Ayu menghela napas lega.

"Bu, mereka apakan ibu?" tanya Arka sambil berlutut di depan ibunya.

"Ibu hanya disuruh berlutut saja, tidak perlu khawatir. Ka, ibu mohon jangan libatkan Nina, dia hanya orang luar."

"Ibu bisa lihat sendiri, bagaimana nenek menantangku," ucap Arka dengan kesal. "Nenek kira aku berbohong sehingga menyuruhnya datang ke rumah, memang mau apa dia ke rumah? Dia benar-benar ingin menjodohkan Arka."

Ayu tidak tahu harus berkata apa. Pada awalnya dia hanya mendengar niat mantan mertuanya ingin menjodohkan Arka dengan wanita lain, lalu mencari ide supaya Arka mau menikah dengan Nina. Tidak disangka mantan mertuanya datang ke rumah mencari Arka dan mengira kabur.

"Arka harus bicara dengan kakak."

"Ka, Arya itu pilot. Cita-citanya menjadi pilot, apa kamu ingin mengaburkan keinginan kakak kamu? Lagipula dia-"

"Bu, memangnya kenapa kalau dia pilot? Kakak bisa belajar dari awal denganku, aku akan membantu kakak. Bu, biarkan kakak menjadi pewaris."

Ayu menatap sedih putranya. "Kalau itu keinginan kamu, ibu tidak bisa menghalanginya."

Arka memeluk erat ibunya. "Terima kasih, bu."

Setelahnya, Arka menghubungi kakaknya di Jepang untuk segera pulang ke Indonesia.

Ayu menghela napas sekali lagi.

----

Esok harinya Nina bahagia karena tidak akan ada pengganggu lagi, ternyata harapannya tidak berlangsung lama dikabulkan. Pria mesum itu muncul lagi, bersandar di mobil sambil melihat jam tangan merk mewah dan memakai pakaian resmi pria, minus dasi.

Semua murid yang keluar lewat gerbang menatap aneh Arka. Sexy, tampan dan kaya.

Nina bisa melihat mobil mewah yang dibawa pria itu.

Mulut Jaka menganga lebar sambil memegang cilok di tangan. "Astagfirullah, Nin. Novel mesum kamu kan ada mafia atau petinggi gitu, jangan-jangan dia keluar dari novel kamu."

Nina melempar tatapan bermusuhan ke Jaka, masih tidak terima ditinggal begitu saja.

Jaka nyengir merasa bersalah.

Nina menarik tangan Jaka kembali ke sekolah, mereka akan melompati pagar di belakang.

Tidak lama Nina menabrak sesuatu yang keras di depan lalu mendongak, seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian formal dan kaca mata, berdiri menghalanginya.

"Nyonya."

Nina tersadar dari lamunannya begitu dipanggil Nyonya. "Hah?"

"Tuan sudah menunggu."

"Nin, kemarin kamu langsung nikah?" tanya Jaka tidak percaya.

Nina memukul kepala Jaka dengan buku paket yang dibawanya. "Gila aja, aku nikah! Sebentar lagi aku mau kuliah, dodol!"

Jaka membelai kepalanya yang dipukul. "Haduh, Nin. Sakit sekali."

"Nyonya, mari."

Nina menggeleng sambil memeluk lengan kanan Jaka.

Jaka berusaha melepas pelukan Nina sambil mendorong kepalanya. "Nin, minggir. Aku gak mau kena masalah!"

Nina tetap memeluk erat lengan Jaka. "Aku nggak mau kemana-mana, tolong aku."

"Ya, sama. Kamu mah tinggal masuk mobil di sana, lha nasibku gimana? Bisa-bisa mereka buang aku jauh!"

"Nggak, pokoknya aku nggak mau jauh dari kamu!"

"Meskipun aku eek, kamu tetap mau ikut? Nggilani!"

Eek yang dimaksud Jaka adalah buang air besar dan nggilani itu bahasa jawa dari jorok.

"Yah ngapain juga aku ikut ke sana? Pokoknya aku mau sama kamu!"

"Aku gak mau!"

"Jaka jahat!"

"Mending jahat daripada nyawa melayang."

"Kya!" teriak Nina yang tiba-tiba tubuhnya melayang di udara.

Arka menggendong Nina seperti karung beras, disampirkan ke bahu kanan. "Berisik! Dijemput bukannya terima kasih malah ribut mau ikut

eek!"

Nina memberontak. "Biar, biarpun Jaka mau eek, aku tetap ikut! Aku gak mau ikut sama si mesum! Tolong, ini penculikan!"

Tidak ada yang menolong, semua sibuk merekam kegiatan memalukan itu.

"Ini penculikan! Bukan syuting!" teriak Nina dengan kesal.

Tetap saja tidak ada yang menolong sampai Nina masuk ke dalam mobil.

Arka memutar mobil dan masuk ke bagian sopir sementara bodyguard menghalangi pintu Nina supaya tidak bisa keluar. "Pakai sabuk pengaman!" perintahnya.

"Aku gak mau!"

"Aku mau ngebut, kamu benar tidak mau pakai?"

Dengan berat hati, Nina memakai sabuk pengaman. Tanpa aba-aba, Arka menjalankan mobil sampai tubuh Nina maju ke depan.

"ARKAAAAA!" jerit Nina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status