Share

Bab 5

Part 5

 

"Hai, Bu Donny. Tumben hari ini bisa ikut arisan? Ke mana aja selama ini? Kok nggak pernah kelihatan?" tanya seorang ibu menyapaku saat aku baru saja masuk ruangan pertemuan dinas di mana acara arisan para istri pegawai kantor di mana suamiku bekerja ini dilaksanakan. Kalau tidak salah namanya Bu Lina, istri Pak Anton, teman satu ruangan Mas Donny.

 

"Iya, Bu. Alhamdulillah hari ini bisa hadir," jawabku basa basi. Enggan rasanya jujur mengatakan kalau selama ini aku tak bisa hadir karena tak pernah diberitahu suamiku kalau acara arisan ibu-ibu istri pegawai ini ternyata masih rutin dilakukan setiap bulannya. Apa kata mereka kalau tahu Mas Donny sengaja tak memberitahuku supaya aku tak bisa ikut hadir di acara pertemuan bulanan para istri pegawai ini?

 

"Eh ada Mbak Nisa. Syukurlah Mbak bisa hadir. Nanti jangan lupa isi daftar hadir ya, Mbak soalnya Bu Kadis udah nanyain terus lho dari bulan kemarin," celetuk Mbak Irma yang tiba-tiba datang dari arah pintu ruang aula tempat di mana kegiatan ini dilaksanakan.

 

Aku menganggukkan kepala. "Iya, Mbak. Nanti saya teken daftar hadir ya. Oh ya, Bu Kadis belum datang ya?" tanyaku sambil celingukan. Aku ingin minta maaf selama ini tak pernah datang arisan, tapi sosok istri kepala dinas itu belum juga kelihatan.

 

"Belum, Mbak. Katanya masih dalam perjalanan. Oh ya, uang arisannya bisa dikumpul ke saya nanti ya, Mbak. Soalnya arisan kita kan nggak dipotong dari gaji," beritahu Mbak Irma pula.

 

Aku menjadi sedikit terkejut mendengar penjelasan Mbak Irma itu.

 

Ah, kalau tidak dipotong dari gaji berarti sekarang aku harus membayar sendiri uang arisan itu? Memangnya berapa sih besaran uang setorannya? Kalau banyak ya susah juga soalnya aku tak banyak membawa uang.

 

Sementara sampai pagi ini aku belum juga bisa menghubungi Mas Donny. Ponsel suamiku itu belum juga aktif sejak ia izin lembur malam tadi. Dan sampai jam delapan pagi ini suamiku itu juga belum kelihatan batang hidungnya di kantor ini. 

 

Aku ingin bertanya pada para pegawai yang ada di ruang kerja Mas Donny, ke mana sebenarnya suamiku itu pergi. Tapi tak mungkin rasanya. Bisa-bisa mereka bingung dibuatnya. Masa seorang istri tak tahu ke mana suaminya pergi? 

 

Gaji Mas Donny tidak besar. Itu pun sebagian sudah dipotong angsuran pinjaman bank. Sebulan paling aku diberi dua juta rupiah. Pas-pasan buat makan dan kebutuhan rumah tangga kami selama sebulan. Kalau masih harus ditambah dengan bayar arisan, ya semakin berkuranglah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan bulanan kami.

 

"Memangnya arisannya berapa Mbak setiap bulan?" tanyaku pada Mbak Irma.

 

"Oh, cuma seratus ribu rupiah aja kok tiap bulan, Mbak. Tapi masalahnya Pak Donny sudah tiga bulan ini nggak pernah bayar. Sementara uangnya sudah diambil beliau. Jadi ada tunggakan sekitar tiga ratus ribu rupiah. Pak Donny sudah dapat giliran kemarin, tapi sejak dapat, beliau nggak pernah ngisi setoran lagi, makanya Bu Kadis akhirnya minta saya buat hubungi Mbak karena Mbak istrinya. Mau hubungi Pak Donny nggak enak,.Mbak. Maafkan saya, ya Mbak. Uang kas nggak cukup lagi buat nombok pegawai yang belum bayar arisan, jadi kalau bisa mbak selesaikan sekarang ya, Mbak kekurangan yang tiga bulan itu," sahut Mbak Irma menjelaskan.

 

Mendengar penjelasan itu, aku mengurut dada. Apa? Mas Donny sudah dapat uang arisan? Kok nggak pernah bilang-bilang? Berapa dapatnya? Pegawai di kantor ini jumlahnya lebih dari seratus orang termasuk dengan petugas di lapangan. Kalau semuanya ikut, berarti Mas Donny sudah dapat banyak. Tapi kok seingatku dia nggak pernah bilang dan memberikan uang itu padaku ya? Lalu diberikannya pada siapa? Apa dihabiskan sendiri? Ya, Tuhan Mas Donny ... batinku kesal.

 

"Memangnya, berapa dapat arisannya, Mbak Irma?" tanyaku ingin tahu.

 

"Dua juta lima ratus, Mbak. Karena setiap bulan kan kita ngeluarin untuk empat orang anggota yang dapat. Kali seratus pegawai, jadi dapatnya segitu, Mbak," jawab Mbak Irma lagi.

 

Mendengar penjelasan itu, aku menghembuskan nafas. Sial*n Mas Donny, sudah dapat uang tapi nggak bilang-bilang dan sekarang aku yang ditagih untuk bayar, sementara dianya malah nggak kelihatan batang hidungnya. Ah, di mana sih sebenarnya suamiku itu?

 

"Mbak, maaf aku sekarang lagi nggak bawa uang. Bawa cuma cukup untuk bayar sebulan aja, karena Mbak Irma semalam juga nggak bilang, jadi aku nggak bawa uang, Mbak. Bisa nggak besok aja saya bayarnya? Saya tanya bapaknya dulu, baru bayar," jawabku dengan nada malu, karena ketahuan tak punya uang. Tapi mau bagaimana lagi, saat ini aku memang lagi nggak pegang uang berlebih.

 

Mbak Irma mengangguk-anggukkan kepalanya.

 

"Ya, nggak papa juga Mbak kalau memang belum ada uangnya. Nanti saja kalau sudah ada baru Mbak kasih sama saya ya," jawabnya.

 

"Iya, Mbak. Maaf ya. Tapi nanti kalau misalnya Mas Donny sudah masuk kantor, saya mintain uangnya, terus saya kasih ke Mbak. Ya?" ucapku lagi merasa tak enak.

 

"Nggak papa, Mbak. Santai aja. Yang penting mbak sudah tahu. Oh ya ngomong-ngomong mbak ke sini tadi dengan siapa? Dengan Pak Donny atau sendirian?"

 

"Sendirian, Mbak," jawabku jujur.

 

"Oh, berarti benar. Yang saya lihat bareng Pak Donny di mobil tadi memang bukan mbak. Saya mau negur tapi takut bukan Mbak. Ternyata benar." Mbak Irma terlihat menatapku. 

 

"Memangnya siapa yang sama Mas Donny, Mbak?" Aku bertanya tak enak. Jantungku tiba-tiba berdebar kencang. Mungkinkah perempuan itu adalah perempuan yang mengirim pesan wa pribadi pada suamiku sekaligus perempuan yang menemani Mas Donny lembur malam tadi? Kalau benar, apa mungkin aku bisa mengorek keterangan dari Mbak Irma yang masih berdiri di depanku saat ini?

 

"Hmm ... nggak tahu juga ya. Coba Mbak tanya sendiri aja ke Pak Donny atau ke Bu Lina. Soalnya dia yang kenal sama cewek itu. Saya nggak berani cerita, takut fitnah soalnya, Mbak," ucap Mbak Irma buru-buru, terlihat takut dan tak enak. 

 

Aku hendak mencecarnya dengan pertanyaan lebih lanjut tapi batal karena Mbak Irma tiba-tiba ke luar ruangan seolah takut kutanyai lebih jauh lagi tentang perempuan yang dilihatnya berada di dalam mobil Mas Donny tadi.

 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Keyla Putri
mantaf thor alur nya
goodnovel comment avatar
Bong Novi Namuk Kraton
bgus banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status