Share

Bab 4

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-01-09 22:11:00

Part 4

 

"Ris, kamu di mana? Malam ini kamu off kan? Bisa bantu mbak nggak?" tanyaku pada Aris, adik bungsuku yang berprofesi sebagai seorang petugas keamanan sebuah instansi pemerintah.

 

"Minta bantu apa ya, Mbak? Kalau Aris bisa bantu, insyaallah Aris bantu?" tanya Aris di seberang telepon.

 

"Kamu bisa ke kantornya Mas Donny nggak sekarang? Coba lihat, beneran nggak Mas Donny lagi kerja lembur bareng temennya?" jawabku.

 

"Mas Donny kerja lembur? Malam-malam gini, Mbak? Yang bener aja. Oke, Aris otewe kalau gitu. Tapi tumben-tumbenan mbak nguatirin Mas Donny, ada apa memangnya, Mbak?" tanya Aris ingin tahu.

 

"Nggak ada apa-apa sih, Ris. Mbak cuma pengen tahu aja. Maklum zaman sekarang 'kan banyak kuntilanak yang suka ganggu rumah tangga orang. Jadi Mbak mau prepare aja sebelum kejadian beneran, Ris," sahutku memberi alasan. 

 

Sebenarnya jujur saja aku merasa malu harus melibatkan adik lelakiku dalam urusan rumah tangga seperti ini, tapi kalau bukan ke Aris aku minta tolong, mau ke siapa lagi. Nggak mungkin aku datang ke kantor Mas Donny malam-malam begini sendirian. Bisa-bisa malah insiden di jalan nanti.

 

"Oh gitu. Ya udah deh, Mbak. Aris otewe sekarang ya. Mbak tunggu aja nanti kabar dari aku."

 

"Oke, makasih sebelumnya ya, Ris. Maaf, Mbak jadi merepotkan kamu," ucapku.

 

"Never mind, Mbakku Sayang," sahut Aris lalu mematikan telepon.

 

Setelahnya aku duduk menunggu kabar dari adikku itu sambil nonton televisi.

 

Setengah jam kemudian Aris kembali menelpon.

 

"Mbak, nggak ada pegawai lembur tuh kayaknya. Kantor sepi-sepi aja. Malah aku tadi ketemu temen yang kerja jadi satpol PP. Katanya nggak ada kantor yang lembur," beritahu Aris dari seberang.

 

Mendengar penjelasan Aris, aku jadi tercenung. Kalau benar begitu, berarti kecurigaanku tidak salah, Mas Donny memang nggak sedang lembur melainkan kemungkinan besar sedang menginap bersama teman wanitanya itu. Hmm, awas saja kamu, Mas. Kalau sampai aku memergokimu, akan kubuat perhitungan denganmu! Kesalku.

 

"Ya, udah, Ris. Makasih ya. Kamu cepat pulang ya, hari sudah malam," jawabku pada Aris, menyuruh adikku itu cepat pulang ke rumah.

 

Kami tinggal dalam satu kota. Aris tinggal bersama kedua orang tuaku dan adik-adik. Sedangkan aku karena sudah berumah tangga sendiri, maka tinggal bersama suami. Jarak rumahku ini dan rumah orang tua pun tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh kilometer. Sama seperti jarak ke rumah orang tua Mas Donny.

 

"Iya, Mbak. Mbak yang sabar ya. Kalau Mas Donny macam-macam, mbak kasih tahu aku aja. Aku nggak akan membiarkan mbak diperlakukan seenaknya sama Mas Donny soalnya," ucap Aris lagi.

 

"Kamu tenang aja, Ris. Kalau Mas Donny macam-macam, mbak juga nggak akan tinggal diam begitu saja. Mbak pantang dibohongi. Kalau memang sudah nggak suka, Mas Donny tinggal bilang aja, nggak usah main kucing-kucingan begini. Mbak mah gak papa disuruh pulang ke rumah orang tua, asal jangan dipermainkan begini," sahutku kesal.

 

"Iya, Mbak. Mbak yang kuat ya. Besok Aris ke sana. Aris mau bantuin kalau misalnya Mas Donny beneran ada apa-apa di luaran."

 

"Makasih, Ris. Tapi kamu jangan bilang ibu dan bapak ya. Mbak nggak mau ibu sama bapak susah hati."

 

"Siap, Mbak. Tenang aja, Aris akan simpan rahasia sampai Mbak cerita sendiri," sahut Aris lagi.

 

"Iya, Ris. Makasih ya," ucapku lalu menutup telepon.

 

Sesudah komunikasi antara aku dan adikku usai, aku pun beranjak menuju ke kamar. Sampai di kamar kubaringkan tubuh di atas kasur. Pikiranku tak tenang memikirkan apa yang sedang dilakukan Mas Donny saat ini dan bagaimana caranya supaya bisa mengetahui apa sebenarnya yang sedang dilakukan Mas Donny sekarang di luaran. Katanya mau kerja lembur bareng Dika, rekan kerjanya, tetapi nyatanya tidak.

 

Drrt ... ddrt ... drrt ....!

 

Sedang aku melamun, ponselku bergetar keras. Kuambil benda itu dan membuka pesan w******p yang nampaknya baru saja dikirimkan oleh seseorang padaku.

 

Ada pesan dari kontak bernama Irma. Seingatku ia adalah istri teman kantor Mas Donny. Kami bertemu saat sama-sama;menghadiri acara darma wanita persatuan di instansi mana suamiku dan suaminya bekerja, lebih enam bulan lalu. 

 

Di situlah kami saling berbagi nomor kontak w******p dan sempat saling say hello di telepon. Sayang, setelah itu hampir tak pernah ada pertemuan lagi karena kata Mas Donny, kantor tak lagi membuat acara pertemuan karena efek pandemi Corona dan aku percaya saja.

 

[Assalamualaikum. Mbak Nisa, ke mana aja kok nggak pernah ikut acara arisan kantor lagi?] Bunyi W******p dari Irma.

 

Acara arisan kantor? Bukannya Mas Donny bilang, kantor sudah tidak lagi mengadakan acara arisan karena berbagai macam alasan yang tidak dia jelaskan secara detail?

 

[Waalaikum salam. Memangnya acara arisan masih lanjut ya, Mbak?] Balasku bertanya.

 

[Masih, Mbak. Makanya ini Bu Kadis nanyain, Mbak ke mana aja kok nggak pernah ikut acara kantor lagi? Apa iya, Mbak dilarang aktivitas ke luar rumah lagi sama dokter karena sedang program kehamilan?] tanya Mbak Irma lagi.

 

Membaca pesan itu, sontak aku merasa kaget. Apa-apaan ini, siapa yang bilang aku nggak boleh aktivitas di luar rumah lagi karena sedang promil? Bohong banget! Mas Donny aja malah santai banget saat aku ngebet mengajaknya ikut program kehamilan dulu. Lantas siapa yang bilang aku tak boleh keluar rumah karena sedang program itu?

 

[Siapa yang bilang saya nggak boleh aktivitas ke luar rumah lagi karena sedang promil, Mbak? Iya sih saya sedang menunggu hamil lagi, tapi nggak juga sampai gak boleh ke luar rumah.] sahutku jujur.

 

[Yang bilang Pak Donny sendiri, Mbak. Makanya ini saya konfirmasi langsung ke Mbak. Kebetulan saya ingat masih nyimpen nomor hape Mbak, jadi saya wa mbak aja langsung. Besok pagi ada acara arisan di kantor. Bu Kadis minta Mbak untuk hadir, nggak boleh alpa lagi katanya, Mbak. Jadi usahakan Mbak datang ya. Lagian sekali-kali nggak papa 'kan kita para istri pegawai kumpul di kantor biar tahu ada kabar apa suami kita di kantor.] ujarnya sembari menyelipkan emoji tertawa sambil menutup mulut.

 

Membaca pesan itu aku merasa ada sesuatu yang sepertinya hendak disampaikan Mbak Irma padaku, tapi ia tak mau bicara langsung. Perasaanku mengatakan itu. Ah, apa jangan-jangan Mas Donny memang sudah bikin masalah di kantor ya dan semua orang sudah tahu?

 

[Memang ada kabar apa sekarang di kantor, Mbak? Saya udah lama nggak ikut kumpul-kumpul soalnya?"] tanyaku, ingin tahu.

 

[Hmm, nggak ada apa-apa sih, Mbak. Paling ada gosip-gosip aja dikit. Makanya mbak datang aja ya, biar tahu sendiri.] Balas Mbak Irma lagi membuatku merasa semakin penasaran.

 

[Oke deh, Mbak kalau gitu besok pagi aku usahakan supaya bisa hadir ya. Makasih infonya ya, Mbak.] ucapku berterima kasih atas infonya yang Mbak Irma sampaikan.

 

[Sip. Sama-sama, Mbak.] balasnya pula.

 

Setelah itu komunikasi antara aku dan Mbak Irma berakhir, tapi tidak dengan rasa ingin tahuku. Ada apa sebenarnya sampai Mas Donny tak mau memberitahuku kalau di kantornya ada acara istri pegawai yang ternyata masih rutin dilakukan?

 

Apa ada yang disembunyikan oleh suamiku itu? Ah, jangan-jangan perempuan yang menjadi selingkuhan suamiku itu adalah rekan kerjanya satu kantor sehingga untuk menghindari supaya aku tak mencium perbuatannya, ia terpaksa mengarang cerita kalau di kantornya tak pernah lagi diadakan acara ibu-ibu darma wanita dan beralasan aku sedang mengikuti program kehamilan supaya tak diminta hadir di acara itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Keyla Putri
lanjut semangat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 29 (TAMAT)

    POV DONNYSetelah diperintahkan hakim untuk melakukan mediasi, kami berdua pun akhirnya menghadap hakim mediasi di ruangan kerjanya.Kulihat Nisa menatap garang saat aku berjalan lebih dulu menuju ruangan tersebut. Aku memang berharap hakim mediasi dapat menyatukan kami berdua kembali. "Jadi, Pak Hakim, saya ingin rujuk lagi dengan istri saya ini. Saya memang sudah melakukan kesalahan fatal dengan mengkhianati perkawinan kami, tapi saya sangat menyesali hal itu, Pak Hakim.""Saya juga kasihan sama Nisa, istri saya ini. Kalau dia jadi janda, pasti namanya akan buruk di mata masyarakat. Dia akan jadi bahan gunjingan tetangga. Orang-orang akan takut kalau Nisa merebut suami mereka. Lagi pula, zaman begini banyak laki-laki suka seenaknya saja. Mereka berpikir janda itu perempuan yang mudah digoda dan diajak berbuat yang tidak-tidak.""Makanya saya ingin mengajak Nisa rujuk. Apalagi, Nisa ini hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak punya banyak pilihan. Hanya laki-laki yang benar-benar baik s

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 28

    POV DONNY"Saudari Nisa, Saudari yakin hendak melanjutkan gugatan perceraian pada suami Saudari, yakni Saudara Donny ini? Sudah dipertimbangkan masak-masak? Kami masih memberikan kesempatan bila mana Saudari hendak membatalkannya," ucap salah seorang hakim pada Nisa yang kemudian mengangguk yakin sebagai jawaban."Yakin, Yang Mulia. Sudah saya pertimbangkan masak-masak, saya akan tetap melanjutkan gugatan saya ini," jawab Nisa dengan nada tegas."Baik." Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya lalu meneruskan pertanyaan kembali."Apa alasan dan dasar hingga Saudari memutuskan untuk menggugat cerai suami Saudari?" lanjut hakim pula."Karena suami saya sudah menikah lagi tanpa izin dari saya maupun izin atasan tempat ia bekerja sehingga saat ini status kepegawaian suami saya pun terancam dipecat dan berakhir. Bukan itu saja, saat ini suami saya juga sudah memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya itu, Yang Mulia dan sebagai seorang istri, rasanya saya tidak bisa menerima dan mentoleri

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 27

    POV DONNYSetelah dengan terpaksa meninggalkan rumah ibu NIna, aku pun melajukan roda dua menyusuri jalanan kota yang mulai sepi di jam tengah malam seperti ini.Hampir semua rumah penduduk sudah tutup. Hanya warung kopi dan warung pinggir jalan saja yang tampaknya masih buka.Aku pun membelokkan kendaraan ke sebuah warung kopi yang terlihat ramai.Kubiarkan saja tas pakaian berada di jok motor sementara aku duduk di bangku santai yang berjajar di sepanjang pinggir trotoar."Kopi, Mas. Satu," ucapku pada pelayan.Pelayan mengangguk. Aku pun menunggu, tetapi hingga beberapa saat lamanya, pesanan kopiku tak juga kunjung datang.Aku pun memanggil pelayan itu kembali dan dengan tak sabar, meminta pesananku segera dibuatkan.Pelayan tampak grogi. Namun, sesaat kemudian ia membawakan juga pesanan kopi yang kuminta. "Maaf ya, Mas. Kami kurang anggota, jadi pesanan lama nunggu," ujarnya sambil menundukkan kepala, meminta maaf."Kekurangan anggota? Maksudnya kurang pekerja?" tanyaku dengan na

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 26

    POV DONNY"Nina, apa ini? Keterlaluan kamu! Kamu selingkuh ya! Atau ... jangan-jangan kamu ju*al diri! Kamu gila! Baru saja selesai nifas, sudah berbuat seperti ini! Bukan sama suami, tapi sama orang lain! Dasar perempuan jal*ng!" bentakku kalap saat melihat keadaan Nina yang demikian.Kurenggut kimono yang dikenakan perempuan itu hingga sobek di beberapa bagian.Nina berusaha mempertahankan dan menutup bagian atas tubuhnya yang terbuka dengan telapak tangan, tapi percuma sebab tangan itu pun kurenggut paksa."Percuma kamu tutupi! Aku sudah melihat semuanya, Nina! Kamu selingkuh, kan! Iya, kan!" bentakku lagi dengan kalap.Nina hanya mampu menatapku nanar."Apa kata kamu! Hentikan, Mas! Apa-apaan kamu!" dengkusnya keras."Kamu yang apa-apaan! Kenapa badan kamu merah-merah begini! Kamu habis ngapain! Jelaskan!" bentakku untuk ke sekian kalinya dengan nada penuh curiga dan emosi.Nina hendak membuka mulutnya, tapi urung saat Naura tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya lalu memekik ke

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 25

    POV DONNY"Bu, memangnya Nina mau ke mana sih? Hari sudah sore, apa nanti nggak kemalaman di jalan?" tanyaku pada ibu mertua saat Nina sudah keluar dari rumah, menggunakan ojek online yang dipesan oleh istriku itu untuk pergi. Entah ke mana."Nina ke mana nggak perlu kamu tanyakan lagi, Don. Biar aja dia pergi. Doakan saja istrimu itu selamat! Yang penting nanti pulang bawa uang. Kamu nggak bisa ngasih istri dan anakmu makan lagi, jadi nggak usah banyak tanya deh!" jawab ibu mertua dengan ketus sambil berlalu ke belakang."Kok ibu ngomong gitu? Sebelum SK pemecatan Donny keluar, Donny kan masih bisa dapat gaji, Bu. Lagi pula gajian kemarin semua uangnya sudah Donny kasih ke Nina, kok dibilang Donny udah nggak bisa ngasih makan Nina dan Naura lagi sih, Bu!" protesku sedikit keras pada beliau sambil membuntuti langkah ibu mertua ke belakang. Namun, beliau mengibaskan tangannya."Iya, bulan ini mungkin masih bisa makan. Tapi itu juga pas-pasan, karena sembako sekarang naik semua. Minyak

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 24

    POV DONNY"Bu, maaf apa lowongan pekerjaan ini masih ada, Bu?" tanyaku pada ibu pemilik warung yang baru saja mengantarkan teh dingin yang kupesan.Ibu tersebut menganggukkan kepalanya."Masih. Siapa yang butuh pekerjaan? Tapi gajinya kecil ya, cuma lima ratus ribu sebulan. Kerjanya cuci piring sama ngantarin makanan ke meja tamu," sahut sang ibu dengan wajah datar."Lima ratus ribu, Bu? Kecil sekali ya," ucapku tanpa sadar. Membuat sang ibu pemilik warung makan mencebikkan bibirnya tak suka. Hari gini mencari pekerjaan memang susah. Sejak pandemi Corona melanda, hampir semua sektor usaha terdampak. Apalagi rumah makan yang notabene jam operasinya dibatasi sebab pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat."Gajinya kecil? Namanya juga kerja di rumah makan, Mas. Kalau mau gaji besar, situ ngelamar aja jadi menteri apa presiden sekalian. Ya, sudah. Nanti es tehnya nggak usah dibayar! Hitung-hitung saya sedekah sama sampean. Pengangguran aja sok minta digaji besar. Belum tentu juga saya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status