Hari pertama bersama Nisa kemarin berjualan dengan lancar dan daganganku juga laris manis. Aku menyuruhnya pulang pada sore hari, kasihan anak-anaknya, terutama yang masih kecil. Tidak lupa juga, aku memberikannya uang untuk pegangan dan jajan anak-anaknya.
Pagi ini seperti biasanya.
"Bunda, Ayah tunggu di depan, ya."
Aku mengirim pesan ke Nisa pada aplikasi hijau."Iya Ayah, Bunda segera menyusul."Aku menunggu di atas motor tidak jauh dari kontrakannya, kali ini harus cepat langsung jalan, takut gosip enggak enak semakin memanas nanti, aku takut jangan sampai ada hasutan yang memperkeruh keadaan.
Setelah melihat Nisa keluar gang kontrakan dengan segera melaju menghampiri.
Brem ....
"Ayo Bun, cepat."
Nisa memahami dan langsung naik memegang pundakku dan duduk.
"Pegangan Bun."
"Biasa deh Ayah, heee."Berangkat dengan sedikit lebih cepat.
Setelah kembali dari pasar, aku menyuruh Nisa masak terlebih d
"Nak, Bapak dapat kabar kamu bawa Janda itu kesitu, ya. Kamu jadi bahan pembicaraan warga sekampung, Nak, malu-maluin Bapak saja!"Ucapan Bapak saat menelpon, aku menjawab panggilan teleponnya, takut ada yang penting eh, ternyata malah marah-marah.Aku terdiam saat Bapakku memarahiku dan langsung aku matikan ponselku."Ayah, kenapa? Kok, habis telepon wajahnya begitu, kenapa dimatikan teleponnya Yah," tanya Nisa yang melihatku."Enggak apa-apa Nis, ini Keuargaku yang telepon."Aku tidak memberi tahu Nisa dan melanjutkan lagi menyiapkan pesanan pelanggan.****"Ayah, kenapa ya? Apakah keluarganya tahu kalu aku ada di sini atau ... Orang tuanya tidak merestuiku, ya," dalam hati Nisa bertanya-tanya.****"Apa yang harus aku katakan ya sama Bapak, nanti sajalah, maaf ya Pak, aku matikan panggilan teleponnya tadi, soalnya lagi ramai pesanan."Aku berjanji akan menelpon balik nanti, setelah di kiosku agak sepi. Sembari
Pov : Orang Tua Farhan"Bu, bagaimana ini anak kita, sepertinya sudah susah sekali lepas dari Janda itu, sementara warga sudah membicarakannya." Tanya Bapak pada Istrinya."Ya, gimana ya, Pak, Ibu memang sangat tidak setuju juga, tapi kalau sudah begini keadaannya, Ibu bingung, Pak.""Iya Bu, Bapak juga bingung, takut kedepannya nanti, kasihan Farhan, audah repot saja pastinya dengan anak yang banyak."Obrolan kedua orang tua Farhan, mereka bimbang mengambil keputusan, disatu sisi kedua orang tuanya malu terhadap laporan salah satu warga yang memberi tahu lewat telepon.Bapaknya Farhan penasaran, seperti apa wajahnya Janda yang sangat disukai Farhan. Tapi bagaimana caranya, ya. Mengungkap dalam hati ingin melihat wajah dari Janda itu.Mungkin bapaknya sudah terlanjur mengatakan tidak akan pernah setuju dan tidak memberikan warisan sedikitpun namun, dalam hati Bapaknya tidak mungkin setega itu.Masih berpikir dan mencari solusi yang te
Desir angin dan lantunan musik menemani keharmonisan aku dan Nisa, di bibir danau buatan yang dibuat pihak restaurant, kami masih menuangkan segala cerita. Duduk saling menatap, tanganku masih memegang tangannya, jari-jariku melekat pada jemarinya.Banyak kisah lalu yang Nisa utarakan, aku semakin mengerti betapa berat kehidupannya, salut! Untuk seorang single Mom dengan anak tiga berjuang menghadapi kenyatan cinta dan realita kehidupan.Niatku, inginku, bertambah menjadi besar untuk memilikinya, awalnya hanya nafsuku yang melihat kecantikannya. Setelah aku tahu semua, cintaku menjadi menggunung karena ikut merasakan luka dan pahit kehidupannya. Bukan karena iba atau kasihan, tapi, ini murni sebuah cinta sejati yang hadir."Terima kasih ya Ayah, walaupun Ayah belum sah menjadi Suamiku, tapi Ayah sudah menjadi sosok calon Suami yang Bunda dambakan dan Ayah sudah membuktikan menjadi calon Ayah terbaik untuk anak-anakku."Ungkapan Nisa dan matanya yang berka
Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam, terlihat anak-anak Nisa sudah lelah dan mengantuk"Bun, yuk kita pulang.""Yuk, Yah.*"Anak-anak, ayo kita pulang," Nisa menggendong anaknya yang paling kecil.Aku berjalan menuju kasir, hendak membayar semua pesanan makanan dan minuman, saat langkah kakiku mendekati tempat kasir, Mba pegawai yang mengantarkan kopi ke mejaku, tersenyum melihatku."Apa yang ada dipikirannya, ya? Kok, aku melihat senyumannya berbeda."Ungkapan dalam hati, melanjutkan lagi aku mengeluarkan dompet dari balik kantong celanaku dan mengambil uang.Ternyata Nisa melihatiku dari kejauhan, ketika aku menoleh, matanya seperti ada sedikit marah cemburu, bibirnya memberi kode agar aku jangan genit, aku membalas Nisa dengan senyum. Rupanya sedari tadi ia memperhatikan gelagat Mba pegawai itu."Terima kasih, Pak."Sapa Mba pegawai itu, aku telah meninggalkan uang tips di atas meja itu. Sepanjang langkahku Mba itu masih me
Pov : NisaMantan Suami Nisa bernama Yudi tiba-tiba muncul mendatangi kediaman rumah Nisa, namun rumah kosong dan digembok, Nisa masih di Jakarta menemani Farhan bantu berjualan.Yudi menanyakan tetangga-tetangga Nisa, tapi semua tidak ada yang tahu keberadaan Nisa dan juga perginya. Masih berusaha, Yudi hendak bertanya kepada saudara kandungnya Nisa yang rumahnya berjarak satu kilo meter dari tempat tinggal Nisa.Kerinduan Yudi akan ke 3 anaknya sudah tidak tertahankan. Ia mengakui segala kesalahannya di masa lalu dan kini telah bertaubat berubah, setelah bercerai menghilang tanpa kabar dan tidak melaksanakan kewajibannya memberikan nafkah kepada ke 3 anaknya. Ini banyak terjadi dalam kehidupan di mana setelah bercerai Ayah kandung melupakan kewajibannya menafkahi anak kandungnya.Ayah kandung tetaplah tugasnya menafkahi anak-anaknya.Tidak ada istilahnya atau namanya mantan anak. Karena anak tetaplah belahan jiwa, akan ada pertanggung jawaban di akhir ke
Pov : NisaPembicaraan alot antara Yudi mantan Suami Nisa dan Burhan Suami Nia tidak juga menemukan solusinya, Yudi terus mendesak Burhan supaya mau membantunya, uang sebesar 2 juta telah siap diberikan Yudi jika Han mau mencari tau keberadaan Nisa. Biarlah Yudi yang langsung mendatangi Nisa ke rumah kontrakan. Kendati demikian Han tidak enak, jika lambat laun ketahuan bahwa Han ikut membantu Yudi. Namun, uang itu menggiurkannya dan memang sedang membutuhkan uang."Sebentar ya, Mas, aku bicarakan terlebih dahulu dengan Istriku," akhirnya Han mempertimbangkannya."Nah, gitu dong. Bantu Mas ya, uangnya Mas kasih duluan, kalau kamu sudah oke. Mas tunggu kabar secepatnya, ya. Soalnya Mas masih menginep di hotel Hijau," celetuk Yudi dalam panggilan telepon."Baiklah ... Mas, nanti aku kabarin ya, Mas, assalammualaikum.""Waalaikum salam."Panggilan selesai, Han menatap layar ponsel dalam lamunannya berkata, lumayan juga ini uangnya untuk kebutuha
"Bun, karyawan Ayah, tiga hari lagi baru mau ke sini, masuk kerja lagi," aku mengirim pesan kepada Nisa, seperti biasa kegiatan ini akulakukan sebelum tidur, berbalas pesan terlebih dahulu."Oh iya, Yah, gimana kalau Ayah ikut saja besok," ajakan Nisa padaku."Hem ... Ayah libur dulu dong?""Tutup setelah jam makan siang, Yah, nanti pulang lagi besok pagi, Ayah menginap saja, ada kontrakanku kosong tuh sebelah rumah.""Emangnga enggak apa-apa Bun, nanti warga gimana?""Ya, Ayah, Bukan tidur bareng di rumah Bunda! Sebelahan, Yah.""Hahaa, iya, iya."****Pov : NisaNisa merasa tidak bisa berbohong dan ia memaksakan mengajak Farhan, kendati demikian Nisapun takut andai mantan Suaminya nanti memelas, merayu dan memaksanya untuk mau kembali dan menikah lagi. Jika Farhan ikut mungkin Yudi mantan Suaminya akan segan berbicara.Ini cara terbaik menurut Nisa, sekalian mengenalkan Farhan kepada keluarga-keluarganya yang ada di sana,
"Yah, mau jalan jam berapa?" Nisa bertanya setelah para pelanggan selesai makan siang."Habis ini saja yuk, ya udah makan dulu, Bun, biar Ayah yang membersihkan semuanya, laper nih, Bun," aku meminta Nisa mengambilkan makanan yang ia telah masak, sudah menahan lapar dari tadi karena ramai."Cup ... Cup ... Cup, ya udah Bunda ambilkan makanannya ya, Yah," masih sempatnya Nisa dengan candaannya."Iya Bun, enggak pake lama, kan," aku mencoel punggungnya."Dih Ayah, geli tahu, ya udah sebentar ya sayangku," Nisa keluar meninggalkan kios."Cek ... Cek ... Cek ...," Jandaku emang bisa saja nih," aku sambil menggelengkan kepala.Sembari menunggu Nisa membawakan makanan, aku bergegas merapikan semuanya.****Pov : Yudi"De, gimana? Nisa sudah ada kabar belum?" Yudi mengirim pesab pada Burhan Suaminya Nia adiknya Nisa.Burhan yang telah mendapat kabar dari Istrinya bahwa Nisa akan pulang, menjadi senang karena sudah punya jawaban.