Home / Historical / PERMAISURI YIN / 14. Pujaan Hati Datang

Share

14. Pujaan Hati Datang

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2024-11-21 11:58:11

“Lancang, kau berani mengancamku!” Hakim Chao Da duduk di kursinya tanpa berani bangun. Sedangkan anak buahnya mulai menghunuskan pedang ingin melawan Su Yin.

“Permintaanku tidak banyak. Hanya itu saja, aku tidak akan kabur aku tidak akan berbohong, aku tidak akan mangkir dari janjiku.” Ditekan lagi pedang itu hingga kulit Chao Da mulai mengeluarkan darah.

“Ah, Permaisuri Yin, kita bisa bicarakan ini baik-baik, turunkan pedangmu.” Chao Da ternyata takut mati juga.

“Aku beri kau waktu tiga menit, jika tidak ada jawaban aku tebas lehermu.”

“Dan kau juga akan mati, Permaisuri.”

“Kau pikir aku peduli. Sama-sama mati dengan dalih membunuh pejabat, apa bedanya.”

“Iya, iya, baiklah, turunkan pedangmu.” Memerah muka Chao Da mungkin kalau lebih lama Su Yin mengancamnya ia bisa kencing di celana.

“Kau kuberi waktu tiga menit.”

“Tiga menit, maksudnya?” tanya sang hakim.

“Dimulai dari aku menghitung, satu, dua, tiga …” Su Yin terus menghitung dan Chao Da kembali ke tempat di mana Menteri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PERMAISURI YIN   15. Masa Depan

    Pangeran Kedua dirawat oleh dua orang tabib dan beberapa pembantu tabib. Luka di bagian pinggang lelaki itu terasa berdenyut dan menyakitkan sebab memaksakan diri untuk lekas sampai ke istana. Sejak pertama datang, Pangeran Li Wei belum bertemu dengan A Yin. Tubuhnya lemah, letih, juga terus berkeringat. Bahkan secara khusus Kaisar datang bersama Selir Agung melihat jalannya pengobatan Pangeran Kedua. “Tabib, pastikan kau memberi pengobatan terbaik untuk putraku,” ucap Kaisar dengan wajah penuh kekhawatiran. Pangeran Kedua merupakan putra yang amat ia sayangi. Li Wei jauh lebih cakap dan mampu daripada Putra Makhkota yang merupakan putra pertama Kaisar dengan Selir Agung. “Baik, Yang Mulia, akan hamba pertaruhkan reputasi hamba untuk mengobatinya,” jawab sang tabib dengan penuh kepatuhan. Selir Agung memandang Pangeran Li Wei dengan raut wajah penuh kebencian. Ia tak senang, benar-benar tak senang. Harapannya agar sang pangeran mati di medan perang tidak terkabulkan. Ming Hua ju

    Last Updated : 2024-11-26
  • PERMAISURI YIN   16. Petunjuk

    “Permaisuri, pelan-pelan makannya, nanti tersedak.” Xu Chan meliat Su Yin begitu lahap makan bakpao. Padahal dulu permaisurinya sangat menjaga etika saat makan. Tidak buru-buru, tidak memperlihatkan diri seolah-olah sangat lapar. Tapi yang ini Su Yin, dan polisi itu tak peduli sama sekali. “Kau tahu, kalau aku selamat nanti dari hukuman mati kedua kalinya, kau harus membuatkan aku bakpao seperti ini, isi daging ayam dan kacang merah, bisa?” tanya Su Yin dengan nada semringah. Ia bahkan tak takut mati sama sekali. “Permaisuri,” ucap Xu Chan dengan lirih. “Kenapa,” jawab Su Yin dengan mulut penuh. “Kalau Permaisuri sampai dihukum mati, hamba akan ikut mati.” “Tidak akan, aku adalah polisi dan dokter forensik yang tahu bagaimana membongkar trik kotor para penjahat.” Ucapan Su Yin membuat Xu Chan bingung. “Polisi, dokter forensik, apa itu?” Pelayan tersebut menggaruk kepalanya. Sang permaisuri terbatuk dan Xu Chan lekas memberikannya air. “Is, aku rindu sekali dengan kopi dan minu

    Last Updated : 2024-11-27
  • PERMAISURI YIN   17. Waktu Bagaikan Pedang.

    “Hei, aku mengenalmu,” ucap Su Yin tiba-tiba saja. Lelaki itu adalah salah satu penjaga penjara yang menjebloskannya ke dalam jeruji. “Ternyata kau salah satu orang yang bertanggung jawab atas tewasnya Menteri Zhang.” Sang permaisuri menarik napas panjang. Tak lama kemudian ia mengikuti langkah lelaki tersebut. Ia terlihat sedang mengintai Permaisuri Li A Yin dan Menteri Zhang yang saling berbincang. “Pembunuhnya tidak hanya satu ternyata.” Mata Su Yin melihat dengan jelas ada seseorang lagi di belakang Menteri Zhang. Jendela di dekat Permaisuri Li A Yin terbuka tiba-tiba saja. Lalu angin masuk dengan cepat hingga menyebabkan perhatian dua bangsawan istana tersebut teralihkan. Su Yin tetap memperhatikan. Pada saat yang tepat, seseorang dengan pakaian hitam juga memukul punggung Menteri Zhang sebanyak dua kali dengan benda tumpul. Permaisuri Li A Yin tidak menyadarinya, sampai datang pemeran utama dari kasus itu dari arah samping dan membuat Li A Yin terkejut dan pedang pun terhunu

    Last Updated : 2024-11-28
  • PERMAISURI YIN   18. Peti Mati

    Enam jam berkendara dengan jeep sewaan, Li Wei dan tiga temannya sampai juga di desa yang sepi dan penduduknya tak ramah. Mereka tak menyapa sama sekali. Bahkan wajah-wajah penduduk terlihat sendu dan menyedihkan. “Apa karena desa ini jauh dari kota?” Li Wei memutar kemudi sesuai dengan petunjuk dari peta. “Mungkin karena kehidupan di sini masih sangat susah. Lihatlah, mengambil air bersih saja sangat jauh,” jawab teman Li Wei. “Jangan terlalu dipikirkan. Kita pergi ke makam, masuk ke dalam ambil hartanya dan pulang.” “Andai semudah itu, tentu kita sudah kaya sejak lama. Dulu tim kita ada delapan orang, sekarang hanya sisa empat saja.” Li Wei memelankan laju jeepnya. Tak lama lagi mereka akan sampai di bebatuan besar tempat Permaisuri Li A Yin dimakamkan. “Resiko, tanpa pekerjaan dan uang kita juga mati perlahan-lahan. Ayo turun.” Semua mengambil ransel ketika mobil telah diparkir dan ditutup kain hitam. Tidak terlihat gundukan tanah berbentuk bukit sebagai tanda seorang bangsaw

    Last Updated : 2024-11-29
  • PERMAISURI YIN   19. Pandangan Pertama

    Su Yin bangun di pagi hari dengan tubuh pegal dari kepala sampai kaki. Ia tak pernah dipenjara dan akhirnya tahu bagaimana rasanya jadi tahanan. Setelah ini—mungkin saja—saat ia kembali ke masa depan ia akan baik-baik dengan tahanan. “Ya, tapi, kan, mereka orang jahat, kenapa aku harus baik dengan mereka,” gumamnya sambil merapikan rambut yang berantakan. “Biasanya, di series-series dracin yang aku lihat sekilas. Pelayan akan datang membawakan air cuci muka dan makanan. Apakah di sini sama atau aku memang jadi kucel dan dekil seperti ini.” Su Yin mencium ketiaknya. “Astaga bau sekali, hueeek, aku mau muntah mencium bau badanku sendiri, kecut seperti kimichi.” Merinding bulu roma Su Yin dibuatnya. Tidak ada parfum, sikat gigi, deodorant, sabun, sampo apalagi. Semuanya kembali ke zaman batu dan kayu dengan peralatan ala kadarnya. “Hei, ada makanan untukku tidak?” tanya Su Yin pada penjaga penjara. Sembari ia perhatikan, tersangka yang ia temui kemarin dan ancam sedikit, tidak ada la

    Last Updated : 2024-11-30
  • PERMAISURI YIN   20. Sentuhan Lembut

    Xu Chan menyusul Pangeran Kedua dan pengawalnya ke penjara. Di perjalanan ia melihat beberapa penjaga terluka karena diserang oleh sang pangeran. Gadis polos itu pun mempercepat langkahnya sampai di depan penjara. Di sana Fu Rong berungkali menghantam rantai besi agar ikatannya terputus sedangkan Li Wei masih menahan nyeri di pinggangnya. Pada tebasan terakhir, rantai besi putus juga. Pintu penjara dibuka dan Su Yin menatap Fu Rong dengan serius. Xu Chan segera menghampiri permaisuri. “Terima kasih, Pangeran Kedua karena telah menolongku,” ucap Su Yin dengan tangan gemetar. Fu Rong bingung, Li Wei mengerutkan kening dan Xu Chan menutup mulutnya. “Permaisuri.” Xu Chan mendekat perlahan. “Dia bukan Pangeran Kedua, yang itu orangnya.” Pelayan polos tersebut melirik dengan ekor matanya. Li Wei menggeleng, ternyata benar istrinya lupa ingatan. “Oh, iya, mana aku tahu, ingatanku saja ke mana-mana.” Su Yin malah tersenyum pada Fu Rong. Pengawal itu jadi bingung dan mundur sejenak, lalu

    Last Updated : 2024-12-01
  • PERMAISURI YIN   21. Gelora Terpendam

    Li Wei memeluk istrinya sangat erat hingga dua orang itu jatuh di ranjang yang sama. Tak peduli Pangeran Kedua walau pinggangnya sakit, selagi ada kesempatan bersama dijalani saja walau bahaya menghadang. “Akhirnya kita sedekat ini lagi,” ucap pangeran dengan tersenyum lebar. Ia jadi teringat dengan malam pertama yang sangat berkesan dengan rasa yang lebih manis dari madu. “Kau itu sakit, tapi otakmu mesum.” Dengan santai Su Yin menekan jidat pangeran pakai telunjuknya. “Lepaskan, aku harus melihat lukamu.” Polisi wanita itu memberontak. “Di sini jauh lebih sakit sejak berpisah denganmu.” Semakin mendalam sang pangeran menekan di bagian dadanya dengan tangan Su Yin. “Bocah kalau jatuh cinta memang manis sekali mulutnya,” gumam polisi wanita yang umur aslinya sudah 38 tahun. “Bocah mana? Umurku 20 tahun, kau sudah 17 tahun, kita sudah menjadi calon orang tua, tugasku sekarang membuatmu hamil.” Ucapan Li Wei membuat Su Yin merasa seperti dipecundangi dan dilucuti bajunya habis-hab

    Last Updated : 2024-12-02
  • PERMAISURI YIN   22. Cemburu

    “Kenapa harus pakai baju cantik malam hari begini,” ucap Su Yin usah selesai mandi air hangat. Xu Chan memberinya sutera berwarna biru muda. Namun, yang jadi masalah, pakaian bagian atasnya tipis serta menerawang. Siapa pun lelaki yang melihat sang permaisuri pasti tergoda. Ya memang tujuannya untuk membuat sang pangeran tergoda. “Permaisuri, sekarang Pangeran sudah datang, jadi tampillah lebih cantik setiap hari di depannya. Agar kalau beliau misalnya mengambil selir, tetap engkau yang paling dicintainya.” “Halah, aku tidak peduli, mau dia punya sejuta selir aku tidak akan cemburu. Aku hanya ingin pulang. Bibiku yang sudah tua dan sebatang kara tinggal sendirian di apartement.” Su Yin menghela napas pendek. Wanita tua itu yang merawatnya sejak kedua orang tua Su Yin meninggal karena kecelakaan. “Sudah cantik, ayo, Permaisuri.” Xu Chan memberikan satu buah mantel yang di bagian lehernya ada hiasan bulu putih halus sekali. “Wah, ini kalau di Shanghai mahal sekali harganya. Hmm hal

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • PERMAISURI YIN   100. Sejoli Labil

    Selesai penobatan, Li Wei langsung membagi tugas-tugas penting untuk para bawahannya. Ia dan Su Yin akan tinggal di istana utama, menggantikan kaisar selatan yang telah tewas. Istana itu memang tidak lebih megah daripada di Chang An, tetapi memiliki ukiran serigala yang sangat kokoh.Jenderal Naga Perak memulai langkahnya dengan menerapkan sejumlah aturan di selatan. Di antaranya cara berpakaian mengikuti protokol Dinasti Tang. Warna merah hanya untuk raja dan ratu saja. Warna biru untuk para prajurit pemberani dan terhormat.Rakyat biasa tak lagi menggunakan pakaian dari kulit serigala. Mereka boleh menggunakan sutra atau bahan lainnya selama tidak menyamakan diri dengan pakaian raja dan ratu. Kulit serigala akan dijadikan hiasan bukan bahan utama.Sang raja memasuki kamar ketika urusan pekerjaannya telah selesai. Terlihat ratu sudah membuka baju warna merahnya dan menggunakan dalaman warna putih saja. Luntur harapan Li Wei, tadinya ia ingin mengulang momen malam pertama dan membuka

  • PERMAISURI YIN   99. Penobatan

    Su Yin sedang memeriksa sekujur tubuh suaminya yang mengalami luka dan memar. Perilaku keduanya tidak mirip dokter dan pasien, melainkan seperti sejoli yang rindu berat dan tak punya kesempatan untuk melampiaskan hasratnya.Dokter forensik itu menyetuh lengan bagian atas Li Wei yang ia jahit dua minggu lalu menggunakan benang sutra. Lukanya mulai mengering dan hanya butuh dibersihkan setiap hari.Dua mata itu saling menatap tanpa berkedip. Pangeran Kedua yang masih sakit tulang tak bisa menahan diri, ia menarik wajah Su Yin hingga keduanya tak ada jarak lagi.Permaisuri Yin melepas semua peralatan medis dan balas mencium Li Wei lebih dalam. Ya, memang keduanya saling merindukan. Namun, ketika polisi wanita itu menekan salah satu anggota tubuh suaminya, Li Wei pun melepas ciumannya dan mengaduh.“Sakit, kan?” tanya Su Yin dengan tatapan tak puas. Padahal ia sudah terbawa suasana.“Iya, aduh sakit sekali, kapan sembuhnya?” Li Wei memegang pinggangnya. Luka memanjang yang paling dalam.“

  • PERMAISURI YIN   98. Gila

    Permaisuri Bai Jing tak membuka mata meski Ru Yi telah melakukan segala cara untuk menyadarkannya. Wanita baik hati itu tak kuat ketika harus mengeluarkan bayi separuh serigala yang berwujud manusia biasa. Shen Du datang mendekat dengan keadaan tangan terluka. Lelaki itu mengambil sebuah benda bulat seperti mutiara. Ia meminta Ruyi agar menghancurkannya di air hangat dan memercikkan ke seluruh tubuh permaisuri. “Apa itu?” tanya Kaisar sambil menimang anaknya. “Mustika penahan arwah, Yang Mulia, belum saatnya Permaisuri Jing tutup usia, tapi karena huru-hara kandungan dan tubuhnya pun terganggu.” Kaisar hanya menghela napas saja. Benar-benar situasi yang tidak terkendali meski keamanan istana sudah dibuat sampai empat lapis. “Singkirkan semua mayat dan bersihkan kembali istana. Putriku harus mendapatkan penyambutan yang layak.” Perintah Kaisar pada pengawal pribadinya. “Yang Mulia, apa semua baik-baik saja.” Pangeran ketiga masuk ke rumah sakit istana. “Iya, semua baik, terima k

  • PERMAISURI YIN    97  Dewi Serigala 

    Seutas kain merah turun di departemen sihir dan perbintangan. Kain itu kemudian berubah menjadi sosok Aligur yang wajahnya ditumbuhi bulu-bulu warna merah. Dukun tersebut merupakan kaki tangan dewi serigala langit yang turun malam ini atas jamuannya. Aligur masuk ke kuil dengan niat mencari Shen Du. Namun, kepala departemen itu tidak ada di tempat. Dukun berambut merah tersebut ingin pergi, tetapi ia mendengar suara lonceng berdentangan dari ruang bawah tanah. Ya, ia menyadari kedatangan seorang saman yang sengaja mengganggunya. Wanita itu berubah jadi kain lagi dan turun menabrak semua jimat. Awalnya Aligur terpental, tetapi ia menjentikkan jari dan membakar semua jimat kertas hingga hangus dan tersisa jadi abu. Namun, Abu itu ternyata mengenai wajahnya dan ia terluka dalam. “Bedebah.” Dengan kemarahan di dalam dada Aligur menendang pintu yang dilapisi jimat lagi. Tiga kali tendangan pintu itu terbuka juga. Terlihat Park Hwa Rim menghentikan tarian demi menyambut tamu agungnya.

  • PERMAISURI YIN   96. Bulan Purnama Berdarah 

    Dengan pakaian seperti gundik, Aligur berjalan dengan gemulai di tengah kota Chang An. Tentu saja hal itu membuat mata lelaki tertuju dan mengikutinya. Ia tertawa dan menutupi wajahnya dengan kipas. Aligur terus berjalan hingga tak jauh lagi dari gerbang istana. Tiba-tiba saja dukun berambut merah itu menari dengan gerakan yang sangat indah. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas lalu berputar-putar. Tak ayal langit yang tadinya terang benderang langsung ditutupi awan gelap. “Hei, kau berhenti melakukan gerakan itu!” Kebetulan Pangeran Ketiga lewat di sana. Ia memerintah anak buahnya mengusir Aligur. Namun, belum sempat didekati anak buah pangeran ketiga terpental begitu jauh hingga kepalanya pecah. “Tangkap dia!” Pangeran Ketiga semakin terkejut ketika darah dari kepala prajuritnya dijilat seekor serigala. Penduduk pun berlarian ke sana kemari. Ditambah wajah Aligur perlahan-lahan menampakkan perubahan. Bulu warna merah tumbuh lebat di lehernya. “Dewi Serigala Langit, berkatilah

  • PERMAISURI YIN   95.  Saman dari Silla 

    Shen Du bersujud di depan Kaisar. Ia dipanggil secara khusus di tengah malam atas peringatan tentang peristiwa bulan berdarah. “Karena kau yang paling pertama memperingatiku. Kau yang harus bertanggung jawab mencegah peristiwa ini terjadi. Sebagai kaisar aku sudah memperketat keamanan. Lalu, apa yang telah kau lakukan?” “Yang Mulia,” ucap Shen Du. “Angkat kepalamu, aku sedang bicara denganmu.” Shen Du kemudian menegakkan tubuhnya. Ia menarik napas sebentar. Ketika ingin berbicara pemimpin departemen sihir dan perbintangan itu merasakan beberapa roh jahat terbang di dekat kaisar. “Yang Mulia, secara spiritual hamba akan mencegah terjadinya peristiwa bulan berdarah hingga Permaisuri Utama akan melahirkan dengan selamat, hanya saja.” “Hanya saja? Apa maksudmu?” “Hamba membutuhkan bantuan. Hamba memiliki kenalan seorang dukun saman terkenal dari Silla yang agung. Park Hwa Rim, dia bisa membantu hamba menekan kekuatan jahat yang mulai memasuki istana.” “Kekuatan jahat sudah masuk?”

  • PERMAISURI YIN   94. Karam

    Su Yin dan An Ama terkejut ketika sampai di kapal perang, beberapa prajurit Tang melawan serigala dengan ragam warna. Ya, pasukan Yi Gur sebagian bisa mengubah wujud, begitu pula dengan pemimpinnya. “Nyonya, hati-hati,” ucap An Mama ketika dua serigala memandang ke arah mereka. “Tebas langsung ke kepala saja, hiaaat!” Sang permaisuri melompat dan melayangkan pedang ke arah serigala hingga lepas. An Mama mendorong dan membuang binatang itu ke laut. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh prajurit Tang yang lain. “Kenapa dia ada di sini?” Perhatian Li Wei teralihkan. Pada saat yang sama Yigur menodongkan belati ke lehernya. “Enak saja, hanya aku yang boleh menyakiti suamiku, hiaaat!” Su Yin berlari dan menghalangi belati Yigur dengan pedangnya. “Kita jumpa lagi, kau datang juga.” Yigur tersenyum. “Kenapa kau tidak menuruti kata-kataku!” Li Wei masih sempat bertanya. “Kita bahas hal itu nanti, selesaikan yang di depan dulu.” Su Yin dan Li Wei bekerja sama melawan Yi

  • PERMAISURI YIN   93. Ikan Hiu

    Li Wei berdiri di atas benteng pertahanan. Pangeran Kedua sedang memantau para prajurit yang berlatih. Ia meraih teropong di pingang, lalu melihat ke arah yang jauh sampai ke tepi pantai. Armada angkatan laut yang dipimpin oleh menhan langsung sedang mengisi amunisi. Sebuah anak panah menancap di sebelah Li Wei. Di anak panah itu terikat sebuah surat. Ia membuka dan membacanya dengan perlahan lalu meremas dan membuangnya. “Suku serigala sedang mempersiapkan serangan untuk kita. Kapal mereka mulai berjalan. Sampaikan pesanku pada menhan agar mempercepat persiapan. Sampaikan diam-diam jangan sampai ada yang tahu, mengerti!” perintah Li Wei. “Baik, Pangeran.” Furong melompat dari benteng dan berlari ke kandang kuda lalu segera ke pelabuhan. Tersisa Pangeran Kedua dengan beberapa pasukan elitenya. Lelaki itu mengembuskan napas dalam. Ia boleh mati tapi Permaisuri Yin harus selamat apa pun caranya. Li Wei pergi menemui An Mama secara pribadi. Sang guru yang sedang mengasah pedang berd

  • PERMAISURI YIN   92 Angkatan Laut

    Ibu Suri duduk di kamarnya. Ia menatap ke depan dengan kekosongan. Sejak ditinggal Gui Mama tak ada lagi pelayan lain yang cakap dalam bekerja. Termasuk mengurus opium yang telah menjadi candunya. Ming Hua seperti orang gila yang terlihat baik-baik saja. “Pelayaaan!” teriak Ibu Suri. Semua berbaris dengan teratur memenuhi panggilannya. “Tolol. Aku hukum mati kalian semua baru tahu rasa!” “Jangan, Ibu Suri, ampuni kami yang datang terlambat.” Para pelayan bersujud di depan wanita angkuh itu. “Bantu aku berkemas. Aku ingin mengunjungi kaisar. Ada yang harus aku bicarakan.” Tiga orang pelayan wanita datang mendekatinya. “Tunggu, kalian semua keluar, dan kau tetap di sini.” Ming Hua meminta satu orang saja yang menemaninya. “Berikan aku opium.” “Ibu Suri, tapi opiumnya sudah habis sejak tadi malam.” Pelayan itu menjawab dengan takut. “Kurang ajar!” Ming Hua melayangkan tamparan. “Kenapa tidak dibeli lagi.” “Hamba tidak tahu, Ibu Suri, hamba tidak tahu harus mencarinya di mana.”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status